Proses Pembuatan Amdal

Posted: Agustus 1, 2012 in Uncategorized

proses pembuatan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dari pemrakarsa yang akan mendirikan usaha dan atau kegiatan sampai dikeluarkannya izin usaha oleh instansi yang berwenang. Pertama-tama pemrakarsa mendatangi konsultan (Orang yang mempunyai sertifikat kompetensi membuat amdal A/B). Pemrakarsa menceritakan kepada konsultan tentang usaha/aktivitas yang akan ia bangun. Setelah itu, konsultan melihat Buku Pedoman Amdal (mengenai dampak penting) yang diterbitkan oleh Menteri Lingkungan Hidup. Setelah itu, konsultan mengetahui apakah usaha/kegiatan yang akan dilakukan oleh pemrakarsa tersebut memiliki dampak penting atau tidak. Jika tidak memiliki dampak penting maka pemrakarsa hanya cukup membuat UKL/UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan/Upaya Pemnatauan Lingkungan). Namun jika usaha/kegiatan itu memiliki dampak penting, maka pemrakarsa wajib membuat dan menyusun dokumen Amdal. Setelah itu konsultan membuat Amdal atas permintaan pemrakarsa. Ia membuat Kerangka Acuan (KA) terlebih dahulu. KA diberikan kepada Kepala Daerah melalui komisi penilai (bisa berupa Badan Lingkungan Hidup). Komisi Penilai Amdal adalah komisi yang dibentuk oleh kepala daerah untuk menilai dokumen-dokumen Amdal yang dibuat oleh pemrakarsa dengan dibantul oleh konsultan Amdal. Sesudah itu membuat ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan), RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan), RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan). Setelah semua itu disusun kemudian dinilai lagi oleh Komisi Penilai Amdal, apakah manfaat itu lebih besar daripada kerugian, dan apakah ada teknologi penangkal bahaya usaha tersebut. Setelah itu ada feasibility study, apakah layak untuk dilakukan. Jika layak maka akand diberikan kepada kepala daerah untuk diberikan surat keputusan, sebagai instansi yang bertanggungjawab. Berdasarkan surat keputusan kelayakan tersebut, maka dikeluarkan Ijin Lingkungan. Setelah keluarnya ijin lingkungan, maka akan keluar pula ijin usaha.

LAPORAN PENELITIAN

Posted: Juli 6, 2012 in Uncategorized

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cabai atau lombok (bahasa Jawa) adalah sayuran buah semusim yang termasuk dalam anggota genus Capsicum yang banyak diperlukan oleh masyarakat sebagai penyedap rasa masakan. Salah satu tanaman cabai yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah tanaman cabai merah. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat. Ciri dari jenis sayuran ini adalah rasanya yang pedas dan aromanya yang khas, sehingga bagi orang-orang tertentu dapat membangkitkan selera makan. Karena merupakan sayuran yang dikonsumsi setiap saat, maka cabai akan terus dibutuhkan dengan jumlah yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan perekonomian nasional .
Cabai merah mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. Kandungan vitamin dalam cabe adalah A dan C serta mengandung minyak atsiri, yang rasanya pedas dan memberikan kehangatan bila kita gunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Sun et al. (2000). melaporkan cabai merah mengandung anti oksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari radikal bebas. Radikal bebas yaitu suatu keadaan dimana suatu molekul kehilangan atau kekeurangan elektron, sehingga elektron tersebut menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron dari sel-sel tubuh kita yang lainnya. Kandungan terbesar anti oksidan dalam cabai terdapat pada cabai hijau. Cabai juga mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan sebagai zat anti kanker.
Menurut data statistik Indonesia tahun 2009, luas panen, produksi dan hasil perhektar cabai besar NTB adalah 8,08 ton/ha, masih jauh di atas Bali yang hasil panen perhektaranya 11,55 ton/ha. Namun jika kita bandingkan dengan hasil panen perhektar cabai merah NTT yang jumlahnya sebesar 5,87 ton/ha, maka produksi cabai merah NTB masih jauh lebih besar. Begitupun jika kita bandingkan dengan pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku yang rata-rata hasil panen perhektarnya sebesar 6,03 ton/ha, 7,56 ton/ha, 5,19 ton/ha, 4,00 ton ha dan 4,57 ton/ha, maka hasil produksi tanaman cabai besar NTB masih jauh lebih .

Data statistik produksi tanaman cabai provinsi NTB pada tahun 2007 adalah sebesar 2.676 ton/ha dengan luas areal panen sebesar 446 ha. Jika dibandingkan dengan data hasil sensus Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat tahun 2003-2006 tentang produksi tanaman cabai NTB dengan luas areal tanam dimana pada tahun 2003 adalah sebesar 488 ha meningkat menjadi 810 ha pada tahun 2004. Pada tahun 2005 luas areal tanaman menurun menjadi 549 ha sampai pada tahun 2006 menurun lagi menjadi 455 ha. Produksi tanaman cabai merah berturut-turut adalah sebesar 2.179 ton pada tahun 2003 meningkat menjadi 3.904 ton pada tahun 2004. Kemudian pada tahun 2005 produksinya menurun sebesar 1.867 ton dan pada tahun 2006 produksinya menurun menjadi 1.825 ton. Data diatas menununjukkan bahwa produksi tanaman cabai mengalami penurunan dari tiap tahunnya. Penurunan produksi ini disebabkan karena semakin berkurangnya luas areal tanam cabai merah. Dengan semakin sempitnya luas areal tanam cabai ini menujukkan bawa peluang bisnis tanaman cabai merah meimilki prospek karena suplai dari tahun ke tahun belum mencukupi.
Bertanam cabai dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko) diantaranya: teknis budidaya, kekahatan hara dalam tanah, serangan hama dan penyakit. Maka dari itu perlu dukungan teknologi budidaya intensif baik itu terkait dengan pemupukan, proses pengolahan lahan, pemeliharaan, maupun penerapan-penerapan teknologi tepat guna sederhana dalam membudidayakannya. Pemberian unsur hara yang tepat sesuai dengan kebutuhan, waktu tanam dan penempatan hara pada daerah serapan akar juga menjadi pendukung dalam keberhasilan budidaya tanaman cabai. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi cabai besar sekaligus menanggulangi bayaknya permintaan masyarakat tersebut adalah dengan manajemen pemupukan yang menjadi bagian dari intensifikasi pertanian .
Pemupukan merupakan tindakan yang bertujuan untuk menambah unsur hara yang sudah berada dalam tanah, memberikan unsur hara yang memang belum tersedia dalam tanah dan mengganti unsur hara yang diangkut oleh tanaman melalui panen. Sedangkan bahan penyubur tanaman yang ditambahkan kedalam tanah atau diberikan langsung kepada tanaman melalui penyemprotan pada permukaan daun disebut dengan pupuk. Sejarah mencatat bahwa penggunaan pupuk kimia meningkatkan produksi pertanian karena terbukti mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk dunia yang terus meningkat populasinya. Namun akibat penggunaan pupuk kimia yang terus menerus tersebut dapat mengganggu keseimbangan kimia tanah sehingga produktifitas tanah menurun.
Pemakain pupuk kimia secara terus menerus menyebabkan terjadinya residu yang berlebihan dalam tanah. Tumpukan residu pupuk ini dalam tanah akan menjadi racun tanah yang mengakibatkan tanah menjadi sakit. Pada tanah yang sakit ini akan terjadi degradasi mikrobia pengendali keseimbangan kesuburan tanah, ketidak seimbangan hara, dan munculnya mutan-mutan hama dan penyakit tanaman. Menurut Go Ban Hong (1998), berbagai upaya program intensifikasi pada lahan sawah tidak lagi memberikan kontribusi pada peningkatan produktifitas lahan karena telah mencapai titik jenuh (Leveling Off) tetapi sebaliknya produktifitas lahan justru cenderung menurun. Disamping itu juga penggunaan pupuk sebagai salah satu sumber nutrisi tanaman apabila diberikan secara tidak bijaksana dapat menyebabkan penurunan kualitas dan produksi tanaman, dapat menimbulkan pencermaran lingkungan hidup dan dapat menurunkan ketahanan alami tanaman melawan gangguan lingkungan, hama dan penyakit.
Dampak dari Leveling off ini terjadi salah satunya pada penurunan produksi tanaman cabai merah. Hal ini terbukti dari penurunan kadar total karbon (C) dan pemadatan atau pengerasan lapisan olah tanah dibeberapa sentra produksi cabai di Indonesia. Di Berebes, Jawa Tengah, dosis penggunaan pupuk buatan tanaman cabai merah ditingkat petani adalah sangat tinggi, yakni 320 kg Urea, 150 kg KCL, 686 kg CaO, 123 kg MgO, dan 919kg S/ha. Jumlah pemakain pupuk ini sangat jauh melebihi dosis pupuk berimbang yang direkomendasikan oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), yaitu 200 kg N, 150 kg P205 dan 100 K2O/ha (Martodireso, 2011). Widadi (2011) Juga mengungkapkan bahwa dampak lain dari penggunaan pupuk buatan pada dosis yang sangat tinggi adalah terjadinya penumpukan (Akumulasi) beberapa logam berat dan nitrat pada produk sayuran cabai merah. Karena pemakaian pupuk buatan yang berlebihan sangat berbahaya maka aplikasi pupuk organik dan pupuk alam menjadi alternatif dalam mengemabangkan pertanian yang ramah lingkungan.
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan atau manusia seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos baik yang berbentuk cair maupun padat. Pupuk organik bersifat bulky dengan kandungan hara makro dan mikro rendah sehingga perlu diberikan dalam jumlah banyak. Manfaat utama pupuk organik adalah dapat memperbaiki kesuburan kimia, fisik dan biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanaman. Secara lebih spesifik keuntungan dari penggunaan pupuk organik antara lain: memperbaiki struktur tanah, sumber unsur hara bagi tanaman, menambah kandungan humus tanah, meningkatkan aktifitas jasad renik, meningkatkan kapasitas menahan air (water holding capacity), mengurangi erosi dan pencucian nitrogen terlarut, meningkatkan kapasitas tukar kation dalam tanah (Deviana, 2000), meningkatkan daya sangga (buffering capasity) terhadap perubahan drastis sifat tanah, meningkatkan kerja mikrobia tanah dalam proses dekomposisi bahan organik. Suriadikarta (2006) menambahkan bahwa pupuk organic akan membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti Al, Fe, dan Mn. Salah satu sumber pupuk orgnaik yang paling sering digunakan sebagai pupuk organik adalah pupuk kandang sapi. Satu ekor sapi dewasa dapat menghasilkan 23,59 kg kotoran tiap harinya. Dan dengan kandungan unsur N, P dan K yang tertera seperti pada tabel berikut.
Tabel Kandungan unsur hara pada pupuk kandang yang berasal dari beberapa ternak.
Jenis ternak Unsur hara (kg/ton)
N P K
Sapi perah 22,0 2,6 13,7
Sapi potong 26,2 4,5 13,0
Domba 50,6 6,7 39,7
Unggas 65,8 13,7 12,8
Sumber: http://www.disnak.jabarprov.go.id/data/arsip/
Disamping menghasilkan unsur-unsur makro tersebut, pupuk kandang sapi juga menghasilkan sejumlah unsur hara mikro, seperti Fe, Zn, Bo, Mn, Cu, dan Mo. Jadi dapat dikatakan bahwa, pupuk kandang ini dapat dianggap sebagai pupuk alternatif untuk mempertahankan produksi tanaman (Pujianto, 2011).
Pemanfaatn limbah biogas urin sapi yang selajutnya di sebut Bio Sllurry merupakan salah satu bentuk dan alternatif lain dari penggunaan pupuk organik bagi tanaman cabai merah. Pemanfaatn limbah biogas urin sapi sebagai pupuk tidak mengurangi nilai pentingnya sebagai pupuk, karena pada saat dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang diambil cuma metananya saja (CH¬4). Dari sekian banyak kotoran ternak yang terdapat di daerah sentra produksi ternak banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal sebagian diantaranya terbuang begitu saja, sehingga sering merusak lingkungan yang akibatnya akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Begitupula untuk limbah biogas urin sapi ini. Jika tidak mendapat penanganan yang tepat tentu akan menimbulkan pencemaran bagi lingkungan sekitar (Rahayu, 2005).
Dari uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian mengenai Aplikasi Pupuk Organik (Limbah Biogas) Sebagai Alternatif untuk Mengurangi Penggunaan Pupuk Anorganik Pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.).
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
TujuanPenelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis perbandingan pupuk organik dengan anorganik dalam menekan penggunaan pupuk anorganik aplikasinya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai besar.
Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk menggunakan pupuk organik dalam budidaya cabai merah serta tambahan informasi bagi peneliti selanjutnya.
Hipotesis
Untuk mengarahkan jalannya penelitian ini maka diajukan hipotesis bahwa penggunaan jenis pupuk dengan dosis perbandingan yang berbeda pada tanaman cabai merah akan memberikan hasil yang berbeda-beda.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Cabai
Cabai merupakan tanaman sayuran buah semusim yang diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagi bumbu atau penyedap makanan. Tanaman cabai memiliki banyak nama populer diberbagai negara. Namun secara umum tanaman cabai disebut sebagai pepper atau chili. Nama pepper lebih umum digunakan untuk menyebut berbagai jenis cabai besar, cabai manis, atau paprika. Sedangkan chili, biasanya digunakan untuk menyebut cabai pedas, misalnya cabai rawit. Di Indonesia sendiri, penamaan cabai juga bermacam-macam tergantung daerahnya. Cabai sering disebut dengan berbagai nama lain, misalnya, lombok, mengkreng, rawit, cengis, cengek, Sebie dan sebutan lainnya
1. Sejarah Penyebaran
Ditinjau dari segi sejarahnya. Tanaman cabai berasal dari dunia baru (Meksiko, Amerika Tengah dan Pegunungan Andes di Amerika Selatan), kemudian menyebar ke Eropa pada abad ke-15. Kini tanaman cabai sudah mulai menyebar ke berbagai Negara tropik, terutama di Asia, Afrika Tropika, Amerika Selatan dan Karibia. Di Indonesia, tanaman cabai tersebar luas diberbagai daerah seperti: Purworejo, Kebumen, Tegal, Pekalongan, Pati, Padang, Bengkulu dan lain sebaginya.

2. Klasifikasi tanaman cabai
Secara umum klasifikasi tanaman cabai adalah sebagai berikut:
• Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
• Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
• Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
• Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
• Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
• Sub Kelas : Asteridae
• Ordo : Solanales
• Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
• Genus : Capsicum
• Spesies : Capsicum annum L.

Cabai masuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan dan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar. Tanaman cabai cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan sarang serta tidak tergenang air

3. Morfologi tanaman cabai besar
Cabai merah termasuk tanaman semusim (setahun) yang berbentuk perdu, tingginya bisa mencapai 11/2 m atau lebih.
• Daun,
Daunnya bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada daun yang berbentuk oval, lonjong, bahkan ada yang lanset. Warna permukaan daun bagian atas biasanya hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan permukaan daun pada bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan daun cabai ada yang halus adapula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang daun cabai antara 3 – 11 cm, dengan lebar antara 1 – 5 cm .
• Batang,
batang pada tanaman cabai merah tidak berkayu. Bentuknya bulat sampai agak persegi dengan posisi yang cenderung agak tegak. Warna batang kehijaun sampai keunguan dengan ruas berwarna hiaju atau ungu. Pada batang-batang yang telah tua (batang paling bawah), akan muncul warna coklat seperti kayu. Ini merupakan kayu semu yang diperoleh dari pengerasan jaringan parenkim. Biasanya batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian membentuk banyak percabangan
• Akar,
akar tanaman cabai memiliki perakaran yang cukup rumit. Akar tunggangnya dalam dengan susunan akar sampingnya (serabut) yang baik. Biasanya di akar terdapat bintil-bintil yang merupakan hasil simbiosis dengan beberapa mikroorganisme
• Bunga,
Bunga tanaman cabai merupakan bunga sempurna. Artinya dalam satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga betina dalam waktu yang sama (atau hampir sama), sehingga tanaman dapat melakukan penyerbukan sendiri. Bunga berbentuk bintang, biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya terdapat 2 – 3 bunga saja. Mahkota bunga tanaman cabai warnanya putih, putih kehijauan, dan ungu. Diameter bunga antara 5 – 20 mm. Tiap bunga memiliki 5 daun buah dan 5 – 6 daun mahkota
• Buah,
Buah cabai merupakan bagian tanaman cabai yang paling banyak dikenal dan memiliki banyak variasi. Menurut Sanders et. al. (1998), buah cabai terbagi dalam 11 tipe bentuk, yaitu serrano, cubanelle, cayenne, pimento, anaheim chile, cherry, jalapeno, elongate bell, ancho, banana, dan blocky bell. Namun menurut Peet (2001), hanya ada 10 tipe bentuk buah cabai, di mana tipe elongate bell dan blocky bell dianggap sama.

4. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Merah
Beberapa syarat tumbuh tanaman cabai merah diantaranya adalah keadaan iklim, suhu dan keadaan tanah, uraian ketiganya adalah sebagai berikut:
• Keadaan Iklim
Tanama cabai lebih senang tumbuh di daerah yang tipe iklimnya lembab sampai agak lembab, daerah yang memiliki tipe iklim ABACD, BABC, CABC, DABC (Menrut Schmidt dan Ferguson). Tanaman cabai tidak senang terhadap curah hujan lebat, tetapi pada stadia tertentu perlu banyak air. Di daerah yang iklimnya sangat basah tanaman mudah terserang penyakit daun seperti bercak hitam (Antraknosa). Oleh karena itu tanaman cabai sangat baik ditanam pada awal musim kemarau. Pada musim hujan tanaman juga mudah mengalami tekanan (stress), sehingga bunganya sedikit, dan banyak bunga yang tidak mampu menjadi buah. Kalaupun bisa berbuah, buahnya akan mudah sekali gugur karena tekanan air hujan yang lebat. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai berkisar antara 600 – 1200 mm/tahun dengan jumlah bulan basah 3-9 bulan. Walaupun demikian apabila pada waktu berbunga tanaman cabai kekuranga air, maka banyak bunganya yang akan gugur tidak mampu menjadi buah. Pada umumnya tanaman cabai lebih senang ditanaman di daerah yang terbuka.

• Suhu Udara
Suhu udara yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai berkisar antara 210C – 280C. Suhu harian yang terlalu terik, yakni di atas 320C menyebabkan tepung sari tanaman cabai tidak berfungsi untuk melakukan pembuahan. Selain itu juga suhu harian yang terik dapat menyebabkan bunga dan buahnya terbakar. Suhu tanahpun juga berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara terutama N dan P. Apabila pada waktu berbunga suhu turun di bawah 150C, maka pembuahan dan pembijiannya terganggu. Pada suhu ini, unsur mikro yang penting untuk pertumbuhan buah sukar diserap oleh tanaman cabai sehingga terjadi buah tanpa biji atau parteokarpi. Suhu udara yang rendah, menyebabkan banyak cendawan penyakit daun menyerang tanaman cabai, teutama apabila disertai dengan kelembaban tinggi.

• Tanah
Tanah yang subur dan banyak mengandung humus (bahan organik), gembur dan memiliki drainase baik sanagt cocok untuk budidaya tanaman cabai merah. Tanaman cabai sebenarnya dapat tumbuh disegala macam tipe tanah, dan ketinggian tempat. Tanaman cabai merah akan tumbuh baik pada ketinggian 0 – 1300 m dpl. Bahkan pada ketinggian 1500 m dpl pun tanaman cabai merah masih mampu tumbuh dan berbuah baik. Tanah yang air tanahnya dangkal dan prositasnya rendah menyebabkan tanaman cabai mudah terserang hama dan penyakit akar, penyakit layu dan keguguran pada daun dan buahnya. pH tanah yang baik untuk tanaman cabai berkisar antara 51/2 – 61/2. Namun begitu tanaman cabai sangat toleran terhadap tanah masam yang pH-nya kurang dari 5 hanya saja buahnya kurang lebat dan pertumbuhannya kerdil.

5. Fase Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Cabai Merah
• Fase vegetative
Fase muda/vegetatif adalah fase yang dimulai sejak perkecambah biji, tumbuh menjadi bibit dan dicirikan oleh pembentukan daun-daun yang pertama dan berlangsung terus sampai masa berbunga dan atau berbuah yang pertama (Anonim, 2008 b). Pada tanaman cabai merah fase ini dimulai dari perkecambahan benih sampai tanaman membentuk primordia bunga (Sudarman, 2006).

• Fase generative
Fase generatif adalah fase yang ditandai dengan lebih pendeknya pertumbuhan ranting dan ruas, lebih pendeknya jarak antar daun pada pucuk tanaman, dan pertumbuhan pucuk terhenti (Prihmantoro, 2005). Pada fase ini terjadi pembentukan dan perkembangan kuncup bunga, buah, biji dan dan pembentukan struktur penyimpanan makanan (Setiati, 1996).

6. Penggunaan Teknologi Budidaya Tanaman Cabai Merah
• Bedengan
Tanaman cabai sebenarnya bisa ditanam dimana saja asal tanahnya sudah diolah terlebih dahulu agar menjadi gembur dan layak untuk ditanami sebab kalau tidak begitu maka pertumbuhan akar dan perkembangan tanaman akan terganggu. Penggunaan bedengan dalam budidaya cabai adalah salah satu cara yang tepat untuk membantu pertumbuhan akar agar mampu menyokong perkembangan tanaman cabai menjadi lebih maksimal, selain itu juga menggunakan bedengan dalam buidaya tanaman cabai membantu agar akar tanaman tidak tergenang air dan menurut beberapa ahli menggunakan bedengan dalam budidaya tanaman mampu meningkatkan hasil produksi tanaman cabai. Keuntungan lain dari penggunaan bedengan dalam budidaya cabai ini diantaranya: mempermudah perawatan, memaksimalkan dan mengefisiensikan penyerapan pupuk yang diberikan pada tanaman, meminimalisisr persaingan tanaman cabai dengan gulma dalam mendapatkan unsur hara (Hadiyanto, 2005).
Pembuatan bedengan biasanya dilakukan setelah tanah dibajak atau diolah. Pembajakan atau penggaruan dilakukan dengan menggunakan hewan ternak maupun dengan bajak traktor. Pembajakan dan penggaruan bertujuan untuk menggemburkan, memperbaiki aerasi tanah dan untuk menghilangkan OPT yang bersembunyi di tanah. Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 100 – 110 cm dengan ketinggian bedengan 50 – 60 cm dan lebar parit 50 – 60 cm . Panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan.

• Pemulsaan
Pemasangan mulsa dilakukan setelah bedengan dibuat, mulsa yang bisa digunakan adalah mulsa plastik yang berwarna hitam perak. Penggunaan mulsa mutlak diperlukan apalagi jika kita melakukan budidaya cabai pada musim hujan. Salah satu keuntungan pemakain mulsa plastik ini adalah bisa menekan serangan hama dan penyakit. Keuntungan ini muncul karena warna perak akan memantulkan sinar ultra violet ke permukaan bawah daun yang banyak dihuni oleh hama aphid, thrips, tungau, ulat dan cendawan. Keuntungan lain dari penggunaan mulsa ini adalah: mengurangi penguapan air dan pupuk oleh sinar matahari sehingga mampu menekan biaya pemupukan, penyiraman bahkan penyiangan gulma, mencegah erosi bedengan pada musim hujan, menjaga kelembaban, suhu dan kegemburan tanah; mengoptimalkan sinar matahari untuk fotosintesis dengan pantulan sinar matahari dari lapisan warna perak pada mulsa; menekan pertumbuhan gulma; membantu merangsang pertumbuhan akar tanaman akibat suhu hangat dalam bedengan; mencegah hilangnya pupuk akibat siraman air hujan dan mencegah kelebihan air pada media tanam.

• Pengajiran
Tanaman cabai perlu ditopang pertumbuhannya agar kokoh dan mampu menopang tajuknya yang rimbun. Pemasangan ajir diusahakan sedini mungkin, maksimal satu bulan setelah tanam. Ajir biasa dipasang miring membentuk sudut 450 dengan batang tanaman cabai atau tegak lurus dengan batang tanaman (redaksi Trubus, 2009). Beberapa fungsi dari ajir ini adalah: membantu tegaknya tanaman dari buahnya yang rimbun, tiupan angin, mengotimalkan sinar matahari pada tanaman sehingga fotosintesis berlangsung maksimal, membantu penyebaran daun dan ranting supaya teratur sehingga mempermudah penyiangan dan pemupukan. Selain itu juga penanaman cabai dengan ajir dapat menaikkan produksi buah cabai sampai 48% dan dapat mengurangi serangan hama dan penyakit.

• Pupuk
PengertianPupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme. Dalam pemilihan pupuk perlu diketahui terlebih dahulu jumlah dan jenis unsur hara yang dikandungnya, serta manfaat dari berbagai unsur hara pembentuk pupuk tersebut. Pemberian pupuk harus sesuai dengan kebutuhan tumbuhan, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan (Anonim, 2011 c). Selain menentukan jumlah kebutuhan hara dan jenis pupuk yang tepat, pengetahuan akan cara aplikasi pupuk yang benar sangat diperlukan. Sehingga takaran pupuk yang diberikan dapat lebih efisien. Kesalahan dalam aplikasi pupuk akan berakibat pada terganggunya pertumbuhan tanaman. Bahkan unsur hara yang dikandung oleh pupuk tidak dapat dimanfaatkan tanaman.

• Penggolongan pupuk
Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (Dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Contohnya adalah pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah. Sesuai dengan namanya, kandungan bahan organik pupuk ini termasuk tinggi (Anonim, 2011 d). Pupuk an-organik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki prosentase kandungan hara yang tinggi. Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya, pupuk anorganik dapat dibagi menjadi dua yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro primer, misalnya urea hanya mengandung unsur nitrogen.

• Limbah Biogas (Sllurry)
Pengertian Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah rumah tangga, limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida. Limbah biogas, yaitu kotoran ternak yang telah hilang gasnya (sllurry) merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Bahkan, unsur-unsur tertentu seperti protein, selulose, lignin dan lain-lain tidak bisa digantikan oleh pupuk kimia. Agar kandungan hara dalam limbah biogas tinggi maka perbandingan Karbon (C) dan Nitrogen (N) atau disebut rasio C/N berkisar antara 8-20.

Dibeberapa daerah seperti di Bali, Subang, Sukabumi dan beberapa daerah di Jawa lainnya menggunakanan limbah biogas sebagai pupuk. Penggunaan limbah biogas urin sapi ini terbukti sangat efektif dan efisien dalam meningkatkan hasil produksi tanamama budidaya. Limah biogas yang biasa dimanfaatkan oleh petani berbentuk padatan dan cairan. Limbah biogas yang berbentuk padatan diaplikasikan dengan cara dibenamkan atau ditebarkan ke tanah. Limbah biogas yang berbentuk cairan diaplikasikan dengan cara disiramkan ke tanaman. Pupuk yang berasal dari limbah biogas ini bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman tanpa harus menunggu pupuk tersebut mengalami proses pelapukan atau pengomposan. Hala ini disebabkan karena pupuk tersebut sudah mengalami proses dekomposisi oleh bakteri anaerob didalam tabung penampungan.

7. Cara Aplikasi Pupuk
• Cara Aplikasi Pupuk Anorganik
Larikan, dibuat larikan atau parit kecil disamping barisan tanaman sedalam 6-10 cm. Tempatkan pupuk di dalam larikan tersebut, kemudian tutup kembali. Cara ini dapat dilakukan pada satu atau kedua sisi baris tanaman. Pada jenis pepohonan, larikan dapat dibuat melingkar di sekeliling pohon dengan jari-jari 0,5-1 kali jari-jari tajuk.
Penebaran Secara Merata di Atas Permukaan Tanah, Cara ini biasanya dilakukan sebelum penanaman. Setelah penebaran pupuk, lanjutkan dengan pengolahan tanah, seperti pada aplikasi kapur dan pupuk organik. Cara ini menyebabkan distribusi unsur hara dapat merata sehingga perkembangan akarpun lebih seimbang.
Pop Up, pupuk dimasukkan ke lubang tanam pada saat penanaman benih atau bibit. Pupuk yang digunakan harus memiliki kandungan garam yang rendah agar tidak merusak benih atau biji. Cara ini lazim menggunakan pupuk jenis SP36, pupuk organik, atau pupuk slow release.
Penugalan, pupuk ditempatkan ke dalam lubang di samping tanaman sedalam 10-15 cm. Lubang tersebut dibuat dengan alat tugal. Kemudian setelah pupuk dimasukkan, tutup kembali lubang dengan tanah untuk menghindari penguapan. Cara ini dapat dilakukan disamping kiri dan samping kanan baris tanaman atau. Jenis pupuk yang dapat diaplikasikan dengan cara ini adalah pupuk slow release dan pupuk tablet.
Fertigasi, Pupuk dilarutkan dalam air dan disiramkan pada tanaman melalui air irigasi. Cara ini dilakukan untuk tanaman yang pengairannya menggunakan sistem sprinkle. Cara ini telah banyak diterapkan pada tanaman yang bernilai ekonomi tinggi. Lewat cara ini, akurasi dan penyerapan pupuk oleh akar dapat lebih tinggi.

• Cara Aplikasi Pupuk Organik
Secara umum pupuk organik diberikan dengan cara ditebar. Penebaran biasanya dilakukan satu minggu sebelum tanam. Kebutuhan dosis pupuk organik yang sangat besar seringkali menjadi kendala proses penebarannya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi pupuk organik adalah sebagai berikut: Penebaran pupuk organik sebaiknya diikuti dengan pengolahan tanah seperti pembajakan atau penggemburan tanah agar pupuk organik dapat mencapai lapisan tanah yang lebih dalam. Pemberian pupuk organik dengan dosis kecil lebih baik dari pada dosis banyak yang diberikan sekaligus. Pada cabai, tomat, dan beberapa jenis sayuran, pupuk organik sebaiknya ditempatkan pada lubang tanam satu minggu sebelum bibit ditanam. Jika harus menggunakan pupuk organik yang belum terurai sempurna (rasio C/N masih tinggi) harus diberi jeda waktu antara pemberian pupuk organik dan penanaman bibit yakni minimal satu minggu. Hal itu dilakukan untuk menghindari dampak buruk yang mungkin terjadi pada tanaman ketika proses penguraian pupuk organik berlangsung.

• Pemupukan Pada Tanaman Cabai
Keberhasilan budidaya cabai merah selama ini tidak lain karena dukungan program intensifikasi seperti penggunaan pupuk yang tepat, pengendalian hama dan penyakit, dan adopsi teknologi-teknologi baru. Disamping itu, peningkatan jumlah produksi cabai merah sangat dipengaruhi oleh penggunaan kultivar-kultivar yang tahan dengan daya hasil yang tinggi. Namun demikian agar tetap berproduksi tinggi tanaman cabai merah tetap membutuhkan pasokan unsur hara yang tinggi bagi pertumbuhan dan perkembangannya (Suryanto, 2011). Berikut beberapa tahapan dalam pemupukan tanaman cabai merah.
• Waktu Pemberian Pupuk
Pupuk organik seperti SP 36 dan KCL diberikan seluruhnya sebagi pupuk dasar, yaitu satu hari sebelum tanam. Untuk pupuk-pupuk seperti Urea dan ZA diberikan secara bertahap. Setengah bagian diberika sebagai pupuk susulan pertama yaitu 14 hari setelah tanam. Setengah sisanya diberikan sebagai pupuk susulan kedua, yaitu pada 28 hari setelah tanam (Anonim, 2011 e).

• Pupuk Dasar dan Pupuk Susulan
Pupuk dasar diberikan dengan cara ditabur secara merata dan kemudian dicampur tanah. Pupuk susulan baik pertama maupun kedua diberikan dengan cara diletakkan dalam tugal yang dibuat sedalam 5-10 cm dengan jarak 10 – 15 cm di kiri kanan tanaman atau barisan tanaman. Pupuk dasar diberikan pada awal proses penanaman (Anonim, 2011 c).

• Pupuk Pelengkap
Pupuk pelengkap cair diberikan 4 kali dengan dosis 1.25 cc/liter air atau 6,25 cc/500 liter air setiap kali penyemprotan. Tahap pertama diberikan pada 20 hari setelah tanam (HST), tahap kedua diberikan pada pada 30 HST dan tahap ketiga di berikan pada 40 HST, serta tahap keempat diberikan pada 40 HST.

METODOLOGI PENELITIAN

1. Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan percobaan di lapangan.

2. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (Randomized Block Design) yang terdiri dari 5 kombinasi perlakuan yaitu:
K1 = 0,5 kg Bio-Sllurry/tanaman setara dengan 20 ton/ha + 0 gr Urea/tanaman, 0 gr TSP/tanaman dan 0 gr KCL/tanaman setara dengan 0 kg/ha Urea, 0 kg/ha TSP dan 0 kg/ha KCL
K2 = 0,38 kg Bio-Sllurry/tanaman setara 15 ton/ha + 0,94 gr Urea/tanaman, 0,63 gr TSP/tanaman dan 6,3 gr KCL/tanaman setara dengan 37,5 kg/ha Urea, 25 kg/ha TSP dan 25 kg/ha KCL
K3= 0,25 kg Bio-Sllurry/tanaman setara dengan 10 ton/ha + 1,88 gr Urea/tanaman, 1,25 gr TSP/tanaman dan 1,25 gr KCL/tanaman setara dengan 75 kg/ha Urea, 50 kg/ha TSP dan 50 kg/ha KCL
K4= 0,13 kg Bio-Sllurry/tanaman setara dengan 5 ton/ha + 2,81 gr Urea/tanaman, 1,88 gr TSP/tanaman dan 1,88 gr KCL/tanaman K setara dengan 112,5 kg/ha Urea, 75 kg/ha TSP dan 75 kg/ha KCL
K5= 0 kg Bio-Sllurry/tanaman setara dengan 0 ton/ha + 3,75 gr Urea/tanaman, 2,5 gr TSP/tanaman dan 2,5 gr KCL/tanaman setara dengan 150 kg/ha Urea, 100 kg/ha TSP dan 100 kg/ha KCL
Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak lima kali sehingga seluruh percobaan menjadi 25 petak percobaan.

3. Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis keragaman (Analisis of Variance) pada taraf nyata 5%. Beda nyata antar perlakuan diuji lanjut dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf nyata yang sama.
4. Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini akan dilaksanakan di Kelurahan Rembiga di lahan sawah milik petani. Mulai dari bulan April 2011-Juli 2011.
Pelaksanaan Percobaan

5. Persiapan Benih
Benih yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah benih cabai merah. Sebelum disemai benih direndam dengan menggunakan air hangat dengan suhu ± 50 0C selama 1 jam dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan benih Cabai. Kemudian air rendaman biji dibuang. Biji dimasukkan kedalam lubang tray yang telah diisi media semai dan sudah disemprot dengan pestisida nabati.

6. Persemaian
Media persemaian yang akan digunakan adalah pupuk kandang sapi + pasir + tanah yang telah diayak dengan perbandingan 1:1:1 dicampur merata dan dimasukan ke dalam bak semai/seedling/ tray. Setelah media semai dimasukkan ke dalam tray kemudian disemprot dengan menggunkan pestisida nabati yang dibuat dari daun Imbe. Benih dimasukan ke dalam lubang dengan jumlah satu biji per lubang. Tray ditempatkan di rumah semai atau atap peneduh yang telah dibuatkan terlebih dahulu dari atap plastik.

7. Persiapan Pupuk
Bio-Sllurry diambil dari tempat penampungan milik petani. Sllurry yang diambil adalah sllurry yang sudah jadi dengan cirri-ciri tidak memiliki bau dan gas-gas metananya sudah hilang. Sllurry kemudian dipisahkan antara padatan dan cairan. Sllurry padat dapat diaplikasikan melalui tanah dengan cara dibenamkan atau disebar. Sedangkan sllurry cair dapat diaplikasikan dengan cara penyemprotan atau penyiraman. Sebelum Bio-sllurry diaplikasikan pada tanaman maka harus diketahui C/N ratio dari Sllurry tersebut. C/N ratio yang baik bagi tanaman berkisar anatar 8-20. Untuk mengetahui berapa kandungan C/N ratio dari Bio-Sllurry yang digunakan maka dilakukan anlisis di laboratorium.
Sllurry yang siap pakai kemudian ditimbang atau diukur sesuai dengan kebutuhan pertanamannya. Setelah ukuran didapat Sllurry kemudian disebar pada bedengan yang telah disiapkan sebelumnya.

8. Pembuatan Bedengan
Lahan yang akan digunakan untuk penanaman dibersihkan kemudian dilakukan pengolahan lahan dengan cara dibajak. Bedengan dibuat sebanyak 30 petak dibagi dalam 3 blok. Bedengan dibuat dengan tinggi 20 cm. Jarak antar bedengan dalam satu blok yaitu 50 cm. Ukuran bedengan adalah 4m x 1m. Jarak antar blok 100 cm dengan arah blok bedengan adalah timur-barat.

9. Pemasangan mulsa
Pemulsaan dilakukan dengan menggunakan mulsa alami yang berasal dari jerami padi. Pemasangan mulsa jerami dilakukan setelah bedengan selesai dibuat.

10. Penanaman
Penanaman dilakukan 3-4 minggu setelah persemaian atau bibit tanaman cabai merah rata-rata mempunyai jumlah daun 4 helai. Setiap bedengan terdiri dari 3 baris tanaman, dimana setiap baris terdiri dari 10 tanaman sehingga pada setiap bedengan terdapat 30 tanaman.

11. Pembuatan lubang tanam
Pembuatan lubang tanam dilakukan menggunakan kaleng bekas dengan diameter lingkaran 10 cm. Kedalaman lubang tanam adalah 10 cm dari permukaan bedengan.

12. Penentuan jarak tanam
Jarak tanam yang digunakan adalah 50 cm antar baris dan 50 cm antar tanaman dalam baris. ini bertujuan untuk memperlancar sirkulasi udara dan sinar matahari sehingga kelembaban bisa ditekan dan penyakit tidak mudah berkembang.

13. Pemasangan Ajir
Pemasangan ajir pada penelitian ini menggunakan sistem posisi ajir tegak. Ajir terbuat dari bilah bambu dengan panjang 150 cm. Ajir dipasang 2 minggu setelah penanaman dilakukan.

14. Pemeliharaan
Penyiraman: Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari sampai tanaman berumur 2 minggu setelah tanam.
Pemupukan: Pemberian pupuk sebanyak 20 ton/ha pupuk kandang atau 15 kg/bedeng, 150 kg/ha pupuk urea atau 3,75 g/tanaman, 100 kg/ha pupuk TSP atau 2,5 g/tanaman, dan 100 kg/ha pupuk KCl atau 2.5 g/tanaman. Pupuk diberikan dengan dua cara yaitu: dengan cara ditugal/ditanam disekitar batang tanaman dan dengan cara disebar merata pada bedengan. Pupuk sllurry diberikan satu minggu sebelum tanam sedangkan untuk pupuk seperti TSP dan KCL diberikan satu hari sebelum tanamam. Pupuk urea diberikan dengan dua tahapan yaitu tahap pertama pada saat tanaman berumur 14 hari dan tahap kedua saat tanaman berumur 28 hari.
Penyulaman: Penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam pada tanaman-tanaman yang mati atau pertumbuhanya kurang baik diganti dengan bibit baru yang telah disiapkan.
Perompesan: Perompesan dilakukan dengan tujuan memperoleh buah yang berkualitas baik dan mencegah terjadinya penyakit. Perompesan dilakukan pada tunas-tunas muda yang tumbuh di ketiak cabang/batang.
Pembubunan: Pembubunan dilakukan jika tanah disekitar perakaran atau batang bawah tanaman cabai berkurang akibat air hujan ataupun karena penyiraman.
Sanitasi kebun: salah satu perawatan yang juga harus dilakukan adalah menjaga sanitasi kebun, meliputi penjagaan areal kebersihan kebun. Sanitasi kebun dilakukan dengan membuang daun, buah dan batang tunas hasil perampelan.
Pengendalian hama dan penyakit: Pengendalian hama dan penyakit tanaman dapat dilakukan dengan memberika pestisida nabati yang berasal dari daun imbe dengan cara penyemprotan secara teratur. Usaha lain adalah menyiangi kemungkinan adanya gulma serta pengawasan secara rutin dan berkala terhadap tanaman, sehingga ketika gejala hama dan penyakit menyerang, dapat sedini mungkin teratasi.

15. Pemanenan
Panen pertama akan dilakukan setelah buah cabai menunjukan kematangan dengan kriteria matang 80-90 % dan pemetikan dilakukan pada pagi atau sore hari untuk mengurangi penyusutan kuantitas dan kandungan gizi buah.

16. Pengamatan
Penentuan Tanaman Sampel
Dalam satu petak terdapat 30 tanaman. Dalam setiap petak perlakuan ditentukan 5 tanaman sampel. Tanaman sampel ditentukan secara acak pada masing-masing petak dengan system sistematis randem sampling. Dimana yang diacak hanya tanaman pertaman pada tiap bedengan. Baru kemudian tanaman sampel berikutnya ditentukan selang tiga tanaman dari tanaman pertama dan seterusnya untuk sampel berikutnya.
Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah: tinggi tanaman, jumlah daun, umur tanaman saat berbunga, jumlah cabang produktif, umur tanaman saat berbuah, persen bunga menjadi buah, berat buah per buah, berat buah per petak, berat buah per tanaman, jumlah buah pertanaman, berat kering tanaman, Panjang Buah dan diameter buah.

17. Cara Pengamatan
Tinggi tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur batang utama tanaman dari atas permukaan media tumbuh sampai titik tumbuh tertinggi. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan sejak tanaman berumur 7, 14, 21, 28, 35, 42, dan 49 hari setelah tanam.
Jumlah daun (helai)
Pengamatan jumlah daun dilakukan pada umur 7, 14, 21, 28, 35, 42, dan 49 hari setelah tanam. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah daun tanaman.
Umur tanaman Saat Berbunga (hst)
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung umur tanaman dari saat tanam sampai tanaman membentuk bunga pada masing-masing petak perlakuan.
Jumlah Cabang Produktif
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah cabang tanaman yang menghasilkan bunga dan buah. Pengamatan dilakukan saat tanaman berumur 9 minggu setelah tanam atau tanaman telah mulai barbunga.
Umur tanaman saat berbuah (hst)
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung umur tanaman dari saat tanam sampai tanaman telah menunjukan 50% populasi berbuah pada masing-masing petak perlakuan.
Jumlah buah pertanaman
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah buah pada setiap tanaman sampel. Pengamatan dilakukan pada saat pemanenan.
Berat buah perbuah
Pengamatan dilakukan dengan menimbang berat buah per buah pada tanaman sampel.
Berat buah perpetak
Pengamatan dilakukan dengan menimbang berat buah per petak perlakuan setiap kali panen.
Persentase bunga menjadi buah
Pengamatan dilakukan pada saat pembungaan dan pembuahan. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah bunga yang terbentuk dan menghitung buah yang tebentuk. Untuk menghitung persentase bunga menjdi buah ini dapat menggunakan rumus
bunga menjadi buah= (jumlah buah)/(jumlah bunga ) x100%
Berat Kering tanaman
Pengamatan dilakukan dengan menimbang berangkasan kering tanaman sampel setelah dikering oven pada suhu 700C sampai mencapai berat konstan. Pengamatan dilakukan setelah panen terakhir dengan cara mengoven semua bagian tanaman. Sebelum dioven batang tanaman cabai dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil agar mudah dalam pembungkusannya.
Diameter buah (cm)
Setelah buah dipanen dilakukan pengukuran diameter buah menggunakan jangka sorong. Pengukuran buah dilakukan pada tanaman sampel dengan mengukur lingkaran buah yang paling lebar.

Panjang buah (cm)
Setelah buah dipanen dilakukan pengukuran terhadap panjang buah menggunakan mistar atau penggaris. Pengukuran panjang buah dilakukan pada buah tanaman sampel dengan mengukur ujung bawah buah samapai.
Bahan dan Alat Percobaan
Bahan Percobaan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Cabai Merah, air, tanah, pasir, sllurry biogas, Pupuk Urea, TSP, KCL, pestisida nabati.
Alat percobaan
Alat yang digunakan adalah, trey (bak semai), pisau, mulsa plastik hitam perak, kawat bendrat, cangkul, sabit, ajir bambu, alat penyemprot, gembor, penggaris, jangka sorong, tali rafia, sekop, sapu lidi, gunting pangkas, gayung, sabit, dan alat tulis menulis.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011 a. Budidaya Cabai Merah. http://epetani.deptan.go.id/budidaya/ 909. 1 h. (15 Januari 2011)
.2011b. Membudidayaka Tanaman Cabai. http://tipspetani.blogspot.com/2010/04. 1 ha (20 januari 2011)
.2011c. Jenis – Jenis Pupuk Dan Cara Aplikasinya. http://eone87.wordpress.com/2010/04/03/. 3h (15 Januari 2011).
.2011d. Pupuk Organik Sebagai Jembatan Pertanian Berkelanjutan. http://www.ipb.ac.id/ edit.pdf. 7ha.(15 Januari 2011).
.2011e. Nutrisi Tanaman. http://berasorganikmerden.wordpress.com/2010/07/01. 2 ha. (19 Januari 2011)
Badan Pusat Statistik NTB, 2007. Statistik Produksi Tanaman Horticultural Provinsi NTB. Mataram, NTB.
Badan Pusat Statistik NTB, 2010. Statistik Tanaman Sayuran Dan Buah Semusim Indonesia. Jakarta. Indonesia.
Hadiyanto, Iskandar. 2005. Bertanam Cabai. Balai Pustaka (Persero). Jakarta. 35 ha
Martodireso, sudadi dan Widada Agus Suryanto.2011. Terobosan Teknologi Pemupukan Dalam Era Pertanian Organik. Kanisius. Cetakan ke VII. Yoyakarta. 78h.
Ma’shum Mansur. 2005. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. UPT Mataram University press. Cetakan IV. Mataram.
Mulyati dan Lolita E.S. 2006. Pupuk Dan Pemupukan. UPT Mataram University press. Cetakan I. Mataram.
Prajanata, Final. 2007. Kiat Sukses Bertanam Cabai Di musim Hujan. Penebar Swadaya. Cetakan ke XII. Jakarta 64h.
Prajanata, Final. 2006. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya. Jakarta. 162 ha.
http://www.google.com
http://www.adeputraselayar.wordpress.com

MAKALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Posted: Juni 12, 2012 in PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.           LATAR BELAKANG

Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita. Siapapun bisa berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, termasuk kita. Dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas.

Permasalahan pencemaran lingkungan yang harus segera kita atasi bersama diantaranya pencemaran air tanah dan sungai, pencemaran udara perkotaan, kontaminasi tanah oleh sampah, hujan asam, perubahan iklim global, penipisan lapisan ozon, kontaminasi zat radioaktif, dan sebagainya.

Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya kita harus mengetahui sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan bagaimana langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam hal ini kami menyusun makalah yang mengambil tema “Pencemaran Lingkungan” agar kita dapat mengetahui darimana pencemaran lingkungan itu datang dan bagaimana cara penanggulangannya.

1.2.           RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah :

1.2.1.     Apa Definisi dari Lingkungan?

1.2.2.     Jelaskan Pengertian dan Macam-macam Pencemaran Lingkungan?

1.2.3.     Apa penyebab terjadinya pencemaran lingkungan?

1.2.4.     Jelaskan Dampak pencemaran Lingkungan?

1.2.5.     Sebutkan cara penanganan Pencemaran Lingkungan?

1.3.           TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1.3.1.     Untuk mengetahui Definisi dari Lingkungan?

1.3.2.     Mengetahui Pengertian dan Macam-macam Pencemaran Lingkungan?

1.3.3.     Mengetahui dan memahami penyebab terjadinya pencemaran lingkungan?

1.3.4.     Dapat menjelaskan Dampak pencemaran Lingkungan?

1.3.5.     Dapat menjelaskan cara penanganan Pencemaran Lingkungan?

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.     DEFINISI LINGKUNGAN HIDUP

Sebelum kita membahas tentang pencemaran lingkungan, ada baiknya kita harus mengetahui terlebih dahulu definisi dari lingkungan itu sendiri. Dalam makalah ini akan disampaikan beberapa defisini tentang lingkungan.

Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berWawasan Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya.

Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.

Merujuk pada definisi di atas, maka lingkungan hidup Indonesia tidak lain merupakan Wawasan Nusantara, yang menempati posisi silang antara dua benua dan dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta musim yang memberikan kondisi alamiah dan kedudukan dengan peranan strategis yang tinggi nilainya, tempat bangsaIndonesia menyelenggarakan kehidupan bernegara dalam segala aspeknya.

Secara hukum maka wawasan dalam menyelenggarakan penegakan hukumpengelolaan lingkungan hidup di Indonesia adalah Wawasan Nusantara. Sedangkan menurut para ahli antara lain :

Munajat saputra : Semua benda dan kondisi yang terdapat di dalam ruang dimana manusia itu berada dan berpengaruh terhadap kelangsungan dan kesejahteraan manusia.

Otto Sumarwoto : Lingkungan adalah jumlah sebuah benda dan kondisi yang berada di dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi Kehidupan manusia.

Emil Salim : Segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruhnya yang terdapat di dalam ruang yang mempengaruhi segala yang berada di dalam ruang yang kita tempati.

2.2.     PENGERTIAN DAN MACAM-MACAM PENCEMARAN LINGKUNGAN

2.1.1.     Pengertian Pencemaran Lingkungan

Pencemaran, menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No 02/MENKLH/1988, adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidupzat,energi, dan/atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya.

Pada saat ini, pencemaran terhadap lingkungan berlangsung di mana-mana dengan laju yang sangat cepat. Sekarang ini beban pencemaran dalam lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat.

Pencemaran lingkungan dapat dikategorikan menjadi:

2.1.2.     Macam-macam Pencemaran Lingkungan

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pencemaran lingkungan dibagi menjadi tiga yaitu :

2.1.2.1.    Pencemaran Air

Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danausungailautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Walaupun fenomena alam seperti gunung berapibadaigempa bumi dll juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran. Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi. Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berattoksinorganik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.

2.1.2.2.    Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansifisikkimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.

Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suarapanasradiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokalregional, maupun global.

Pencemar udara dibedakan menjadi pencemar primer dan pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Karbon monoksida adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder.

Atmosfer merupakan sebuah sistem yang kompleks, dinamik, dan rapuh. Belakangan ini pertumbuhan keprihatinan akan efek dari emisi polusi udara dalam konteks global dan hubungannya denganpemanasan globalperubahan iklim dan deplesi ozon di stratosfer semakin meningkat.

2.1.2.3.    Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).

Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepadamanusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.

2.3.     PENYEBAB TERJADINYA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Penyebab terjadinya pencemaran lingkungan sebagian besar disebabkan oleh tangan manusia. Pencemaran air dan tanah adalah pencemaran yang terjadi di perairan seperti sungai, kali, danau, laut, air tanah, dan sebagainya. Sedangkan pencemaran tanah adalah pencemaran yang terjadi di darat baik di kota maupun di desa.

Alam memiliki kemampuan untuk mengembalikan kondisi air yang telah tercemar dengan proses pemurnian atau purifikasi alami dengan jalan pemurnian tanah, pasir, bebatuan dan mikro organisme yang ada di alam sekitar kita.

Jumlah pencemaran yang sangat masal dari pihak manusia membuat alam tidak mampu mengembalikan kondisi ke seperti semula. Alam menjadi kehilangan kemampuan untuk memurnikan pencemaran yang terjadi. Sampah dan zat seperti plastik, DDT, deterjen dan sebagainya yang tidak ramah lingkungan akan semakin memperparah kondisi pengrusakan alam yang kian hari kian bertambah parah.

Sebab Pencemaran Lingkungan di Air dan di Tanah :

  • Erosi dan curah hujan yang tinggi.
  • Sampah buangan manusia dari rumah-rumah atau pemukiman penduduk.
  • Zat kimia dari lokasi rumah penduduk, pertanian, industri, dan sebagainya.

Salah satu penyebab pencemaran di air yang paling terkenal adalah akibat penggunaan zat kimia pemberantas hama DDT. DDT digunakan oleh para petani untuk mengusir dan membunuh hama yang menyerang lahan pertanian.

DDT tidak hanya berdampak pada hama namun juga binatang-binatang lain yang ada di sekitarnya dah bahkan di tempat yang sangat jauh sekalipun akibat proses aliran rantai makanan dari satu hewan ke hewan lainnya yang mengakumulasi zat DDT. Dengan demikian seluruh hewan yang ada pada rantai makanan akan tercemar oleh DDT termasuk pada manusia.

DDT yang telah masuk ke dalam tubuh akan larut dalam lemak, sehingga tubuh kita akan menjadi pusat polutan yang semakin hari akan terakumulasi hingga mengakibatkan efek yang lebih menakutkan.

Akibat adanya biological magnification / pembesaran biologis pada organisme yang disebabkan oleh penggunaan DDT.

a.      Merusak jaringan tubuh makhluk hidup.

b.      Menimbulkan otot kejang, otot lehah dan bisa juga kelumpuhan Menghambat proses pengapuran dinding telur pada hewan bertelur sehingga telurnya tidak dapat menetas.

c.      Lambat laun bisa menyebabkan penyakit kanker pada tubuh.

2.4.     DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN

Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi.Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.

Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemiaMerkuri (air raksa) dan siklodienadikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hatiOrganofosfat dan karmabat dapat dapat menyebabkan ganguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorinmerangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan kematian.

Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropodayang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.

Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.

 

2.5.     PENANGANAN PENCEMARAN LINGKUNGAN

2.5.1.     Remediasi :

Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan,venting (injeksi), dan bioremediasi.

Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.

 

2.5.2.     Bioremediasi

Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamurbakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).


BAB III

PENUTUP

 

3.1.           KESIMPULAN

Dari berbagai uraian di atas kami dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

Bahwa pencemaran lingkungan terjadi karena ulah manusia itu sendiri yang tidak dapat mengolah dan memanfaatkan lingkungan dengan baik. Pencemaran lingkungan dibagi ke dalam tiga bagian yaitu ; (1) Pencemaran Udara, (2) Pencemaran Air, dan (3) Penmcemaran Tanah.

Dampak pencemaran lingkungan khususnya bagi kesehatan manusia yaitu akan berdampak pada tingkat kekebalan tubuh. Semakin banyak pencemaran yang dilakukan, maka kekebalan tubuh manusia yang berada di sekitar daerah pencemaran akan menurun sehingga tidak jarang manusia saat ini sering terkena penyakit seperti penyakit kulit, penyakit kanker, dll.

Cara penanganan pencemaran lingkungan dilakukan dengan Remediasi dan bioremediasi, yaitu membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Untuk pencemaran udara yaitu mengurangi kendaraan –kendaraan yang cenderung menggunakan bahan baker yang dapat menyebabkan polusi udara.

3.2.           SARAN

Sekiranya pencemaran lingkungan ini adalah masalah kita bersama, untuk itu selaku insan manusia yang bertanggung jawab dan memegang teguh konsep keseimbangan alam, maka sudah sepantasnya kita menjaga dan merawat lingkungan, mulai dari lingkungan tempat tinggal kita sehingga nantinya akan tercipta lingkungan yang sehat.

Image

 

Teknik Budidaya Dan Pasca Panen Jambu Mete

 

Posted by crew_cerianet

Tanaman jambu mete bukan tanaman asli Indonesia. Beberapa ahli boteni menduga bahwa tanaman jambu mete berasal dari Amerika Selatan. Dari negara asalnya ini, tanaman jambu mete menyebar ke seluruh penjuru dunia, terutama di negara-negara yang memiliki iklim subtropis dan iklim tropis, termasuk Indonesia. Dalam tatanama atau sistematika (taksonomi) tanaman, jambu mete di klasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Anacardium
Spesies : Annacardium occdentale L

Usaha budidaya tanaman jambu mete, selain memperhatikan faktor iklim dan tanah, sebaiknya juga memperhatikan factor penunjang yang berkaitan dengan penentuan lokasi usaha tani.

A. Keadaan Iklim

1. Temperatur
Tanaman jambu mete dapat hidup dan tumbuh di dataran rendah ataupun dataran tinggi. Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu mete adalah antara 170C-370C.

2. Curah hujan
Iklim yang hangat dan kering sangat cocok untuk tanaman jambu mete pada saat pembungaan dan pembentukan buah. Iklim dengan jumlah bulan kering antara 4 – 6 bulan dengan curah hujan 1.500 – 2000 mm/tahun paling cocok untuk pertumbuhan dan pembentukan hasil (buah).

3. Kelembapan udara
Tingkat kelembapan udara yang cocok untuk tanaman jambu mete adalah berkisar 70% – 80%. Namun, tanaman jambu mete masih cukup toleran pada tingkat kelembapan udara antara 60% – 70%.

4. Penyinaran matahari
Penyinaran matahari yang cukup tinggi sepanjang tahun sangat diperlukan oleh tanaman jambu mete untuk pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif. Selain itu, penyinaran matahari yang cukup sangat diperlukan untuk proses fotosintesis tanaman.

B. Keadaan Tanah

1. Jenis tanah
Jenis-jenis tanah yang cocok untuk budi daya tanaman jambu mete adalah tanah latosal merah yang solumnya dalam, tanah alluvial, tanahlaterit, tanah pedsolik, dan tanah regosal.

2. Sifat kimia tanah
Agar keadaan sifat kimia tanah cocok untuk penanaman jambu mete, maka derajat keasaman tanah pada lokasi yang akan ditanami harus ditelitri terlebih dahulu. Cara meneliti keasaman tanah dapat dilakukan dengan menggunakan pH meter. Keasaman (pH) tanah yang rendah (kurang dari 5,5) dapat diatasi dengan pemberian belerang. Sedangkan apabila pH tanahnya tinggi (lebih dari 6,3) dapat diturunkan dengan memberikan pengapuran.

3. Sifat fisik tanah
Sifak fisik tanah yang penting adalah tekstur dan struktur tanah. Tekstur tanah yang cocok untuk tanaman jambu mete adalah tanah yang bertekstur lempung berpasir, liat berpasir, tanah berpasir, dan pasir liat. Sdangkan struktur tanah yang baik untuk tanaman jambu mete adalah tanah yang genbur dan mudah mengikat air (porous}.

4. Sifat biologi tanah
tanaman jambu mete memerlukan sifat biologis tanah yang baik. Jika sifat biologis tanah baik, maka produktivitas jambu mete akan menjadi tinggi. Sifat biologis tanah yang baik dicirikan oleh banyaknya bahan organik/humus di dalam tanah dan banyaknyaorganisme dalam tanah.

5. Ketinggian tempat
Di dataran rendah hingga dataran medium dengan ketinggian tempat 0-700m diatas permukaan laut, tanaman jambu mete dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi. Di dataran tinggi (di atas 1000 m dpl), produktivitas tanaman jambu mete makin berkurang.

6. Derajat kemiringan tanah
Secara teknis, tanah yang miring ataupun bergelombang dapat digunakan untuk budi daya tanaman jambu mete, asalkan kemiringannya tidak lebih 30%. Tanah yang memiliki kemiringan 30% berarti pada jarak 100 m perbedaan ketinggiannya adalah 30 m. Tanah miring ataupun tanah bergelombang jika akan digunakan untuk usaha penanaman jambu mete harus dibuat teras-teras atau tanggul- tanggul.

 

PEMBIBITAN TANAMAN JAMBU METE
Pembibitan tanaman jambu mete dapat dilakukan secara generatif atau secara vegetatif. Pembibitan secara generatif adalah pembibitan yang dilakukan dengan dengan penyemaian biji. Sedangkan pembibitan secara vegetatif dalah pembibitan yang dilakukan dengan penyambungan (grafting), pencangkokan (air layering), okulasi (budding), dan perundukan cabang bagian bawah tanaman (groung layering). Keuntungan pembibitan secara vegetatif adalah ukuran tanaman seragam, waktu berbuah lebih cepat, dan produksinya lebih tinggi daripada pembibitan dengan biji.
Pekerjaan pembibitan jambu mete meliputi lima hal, yaitu pembuatan kebun induk, pengadaan benih, penyiapan lahan pembibitan, penanaman benih dan pemeliharaan di persemaian, penyambungan serta pemeliharaan bibit.

PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN TANAMAN JAMBU METE
A. Penanaman Bibit di Kebun

1. Penentuan Saat Tanam
jadwal tanam yang tepat dilahan kering adalah pada permulaan musim hujan sampai dengan pertengahan musim hujan, yakni bulan Oktober/November sampai dengan Desember/Januari. Penanaman di lahan yang beririgasi teknis, saat tanam dapat dilakukan kapan saja karena kebutuhan air untuk pertumbuhan bibit selama masa pertumbuhannya dapat dicukupi dari air irigasi.

2. Persiapan Lahan
Penyiapan lahan untuk penanaman jambu mete yang utama adalah pembersihan semak belukar, sisa-sisa bekas tanaman sebelumnya, pembuatan parit irigasi dan drainase, pembuatan jalan control, pembuatan jalan angkutan produksi, dan pembrntukan teras-teras bagi lahan miring.

3. Penentuan Jarak Tanam
Jarak tanam yang dianjurkan untuk budi daya tanaman jambu mete adalah sebagai berikut :
a. 6 m X 8 m : Jarak dalam barisan tanam yang membujur arah Barat – Timur adalah 6m dan jarak antar barisan tanam 8 m
b. 8 m X 10 m : Jarak dalam barisan 8 m dan jarak antar barisan tanam 10 m
c. 12 m X 12 m : Jarak dalam barisan 12m dan jaraj antar barisan tanam 12 m.

4. Pembuatan Lubang tanam
Lubang tanam dibuat menurut jarak tanam yang telah ditetapkan. Ukuran lubang tanam adalah 50 cm X 50 cm X 50 cm. Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan secara manual atau dengan peralatan tekhnis.

5. Penanaman
Langkah-langkah penanaman bibit mete di dalam lubang tanam adalah :
a. Lubang tanam ditutup dengan tanah seperti semula, yakni lapisan tanah bagian bawah dimasukkan ke dalam lubang tanam terlebih dahulu, kemudian menyusul lapisan tanah atas yang telah dicampur dengan pupuk kandang. Setelah itu, lubang tanm yang telah ditutupbiarkan selama 2 – 4 hari sebelum ditanami bibit jambu mete.
b. Buat lubang tanam sebesar kantong polybag yang digunakan untuk pentemaian bibit jambu mete pada lubang tanam yang telah ditutup tadi. Pembuatan lubang tanam harus tepat di tengah.
c. Masukkan bibit jambu mete beserta tanahnya kedalam lubang tanam dengan melepas kantong polybag terlebih dahulu, kemudian timbun dengan tanah galian tadi sampai se batas leher akar sambil ditekan-tekan sedikit agar tanaman dapat berdiri tegak dan kuat.
d. Selesai penanaman, di sekitar tanaman dapat diberi mulsa jerami padi untuk menjaga kelembapan tanah, kemudian disiram air secukupnya.

6. Waktu Tanam
waktu penanaman bibnit jambu mete yang baik adalah pada pagi hari sebelum pukul 09.00 atau pada sore hari setelah pukul 15.00. Penanaman bibit jambu mete pada siang hari dapat menyebabkan kelayuan, bahkan mati.

7. Penyulaman
Penyulaman adalah penggantian tanaman yang rusak akibat serangan hama dan penyakit, tanaman yang tumbuh kerdil, dan tanaman yang mati. Penyulaman harus segera dilakukan apabila ada bibit yang pertumbuhannya kurang baik, rusak, atau mati. Bibit sulaman harus diambil dari bibit cadangan yang memilikiumur sama dengan tanaman yang digatiokan. Penyulaman untuk tanaman jambu mete masih dapat dilakukan sampai tanaman berumur 2 – 3 tahun.

B. Pemeliharaan Tanaman

1. Penyiangan
Rumput atau gulma yang tumbuh di areal perkebunan jambu mete sangat mengganggu pertumbuhan tanaman jambu mete dan pembentukan hasilnya. Penyiangan rumput/gulma yang sempurna dapat meningkatkan perkembangan tajuk tanaman sehingga tanaman tersebut dapat mereduksi luas permukaan tanah dan pada saat yang sama dapat meningkatkan produksi tanaman.

2. Pemupukan
Pemupukan bertujuan memberikan unsure makanan yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur-unsur makanan yang diperlukan oleh tanaman dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu unsur makro yang terdiri atas nitrogen, phospat, kalium, belerang, magnesium, dan kalsium. Unsuir mikro terdiri atas molybdenum (Mo), tembaga (Cu), boron (B), seng (Zn), besi (Fe), mangan (Mn) dan lain-lain.

3. Penyiraman
Air merupakan bahan pelarut sel dan merupakan medium untuk pengangkutan unsure hara dalam tan ah. Air juga dapat mempertahankan turgor dalam proses transpirasi. Di samping itu, air itu sendiri unsure hara bagi tanaman.

4. Pemangkasan
Dengan pemangkasan, maka akan terbentuk percabangan yang bagus, tajuk yang luas, dan pohon yang luas. pemangkasan ini harus dimulai sejak tanaman masih berupa bibit sampai tanaman berbuah. Pemangkasan tanaman yang masih berupa bibit hanya dilakukan untuk membuang tunas-tunas sampingnya saja.

5. Perlindungan tanaman
Perlindungan tanaman dari serangan hama dan penyakit pada prinsipnya dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Tindakan preventif, yaitu mencegah serangan hama dan penyakit dengan melakukan pengolahan tanah secara intensif, menanam dengan jarak tanam yang sesuai, penyiraman dengan air yang dehat, dan penyiangan.
b. Tindakan kuratif, yaitu mengendalikan serangan hama dan penyakit. Dengan memelihara/menyebarkan musuh alami (predator), membunuh hama secara langsung , memangkas bagian tanaman yang terserang hama/penyakit dan membakarnya, atau menyemprot tanaman dengan obat-obatan pemberantas haman dan penyakit.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Tanaman jambu mete tidak luput dari serangan hama dan penyakit, beberapa hama yang menyerang tanaman jambu mete antara lain ulat kipas, kutu daun, penggerek batang dan akar, pengendaliannya dapat dilakukan dengan memungut ulat-ulat yang berkelompok pada daun, lalu memusnahkannya dengan menyemprotkan insektisida, memangkas bagian tanaman yang terserang, serta memoles sekitar permukaan pangkal batang/akar dengan suspensi BMC.
Begitupula dengan penyakit yang menyerang tanaman ini ada beberapa jenis penyakit yang menyerang seperti layu pada bibit, mati pucuk, busuk kering pada buah dan biji, anthracnosis pada daun dan lain-lain. Dapat pula dikendalikan dengan cara pengolahan tanah secara intensif, penyemprotan dengan fungisida medesinffektan benih dan bibit, menanam dengan jarak tanam yang sesuai serta sanitasi kebun.

PANEN
Panen buah mete umumnya dilakukan dengan memetik buah-buah yang telah masak dipohon atau memungut buah-buah yang telah gugur di tanah tetapi sudah matang. Pemetikan buah mete ini tidak dapat dilakukan sekaligus karena buah mete tidak masak secara bersamaan, pemetikan dapat dilakukan setiap 3 – 5 selama 2 – 3 bulan. tewrgantung pada banyaknya buah, buah-buah yang telah mencapaiu derajat kemasakan yang optimal ditandai dengan penampakan fisik buiah semu seperti buah semu berwarna merah cerah jingga atau kuning, daging buah semu jika dipijit sudah agak terasa lunak, dan buah telah berumur 60 – 70 hari sejak bunga mekar.

PENANGANAN PASCA PANEN

1. Pemisahan buah dari tangkai
Biji mete harus dipisahkan dari buah semunya. Cara memisahkannya biji mete cukup dengan cara dipuntir kemudian ditaruh di tempat terpisah, setelah itu biji mete tadi dicuci untuk membersihkan segala kotoran yang menempel.

2. Sortasi dan Grading jambu mete
Biji-biji mete yang telah dipisahkan dari buah semunya harus segera disortasi yaitu pemisahan antara biji yang baik dan biji mete yang rusak dan sekaligus dilakukan grading yaitu pengelompokkan biji mete yang b erukuran besar dan kecil. Tujuan keduanya adalah untuk menyeragamkan ukuran agar memudahkan proses pelembapan, penggorengan dan pemecahan.

3. Pengeringan biji mete
Biji mete yang telah dipetik masih memiliki kadar air sekitar 25%, oleh karena itu biji mete yang telah di panen tersebut segera dikeringkan untuk mempertahankan kualitas biji. Pengeringan dapat dilakukan denmgan cara dijemur di bawah panas matahari dengan dihamparkan di lantai jemur, pengeringan biji mete dilakukan hingga kadar airnya mencapai 5 %.

4. Penyimpanan biji mete gelondong
Biji-biji mete yang telah kering harus segera disimpan dengan baik agar kualitas biji tersebut tetap baik. hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyimpan biji mete gelondong adalah suhu udara dan kelembapan udara di dalam tempat penuimpanan.

5. Pelembapan biji mete
Biji mete yang telah dikeringkan dan disimpan umumnya memiliki kadar air 5%, biji tersebut bila akan dipecah untuk diambil kacang metenya harus digoreng terlebih dahulu, namun sebelum di goring biji mete yang memiliki kadar air rendah harus dinaikkan lagi kadar airnya hingga batas optimum sekitar 16%, peningkatan kadar air biji mete dilakukan dengan cara pelembapan. Lama proses pelembapan bervariasi antara 24 – 48 jam (1 – 2 hari) tergantung pada besarnyaukuran biji mete, kadar air dikehendaki,dan proses pelembaban yang digunakan.

6. Pengembalian kacang mete
Kacang mete merupakan bagian yang dikonsumsi. untuk mengambil kacang mete kulit mete dipecah atau dikupas.pengupasan kulit mete dapat dilakukan secara mekanis,semi mekanis,atau secara manual.

7. Pengeringan kacang mete
Kacang mete yang telah dipisahkan dari kulitnya dikeringkan lagi hingga kadar air mencapai sekitar 3%.Pengeringgan kacang mete ini bertujuan untuk memudahkan pengelupasan kulit dari kacang mete dan mencegah dari serangan jamur,danhama,serta meningkatkan daya tahan.

8. Pengupasan kulit ari
Pengupasan kulit ari kacang mete dilakukan segera setelah pengeringaan.pengupasan kulit ari kacang mete yang dilakukan secara manual dapat dikerjakan dengan penggesekan menggunakan jari tangan secara hati-hati atau menggunakan pisau jika sulit dilakukan dengan tangan.

9. Pelembapan mete
Sebelum dikemas kacang mete yang telah dikeringkan dengan kadar air 3% harus dilembabkan hingga mencapai kadar air 5%.Pelembapan kacang mete dilakukan dengan menyimpannya di dalam ruang pelembang secara beberapa jam.

10. Pengemasan
untuk mencegah kerusakan kacang mete perlu dikemas dengan baik.pengemasan selain melindungi kacang mete dari kerusakan serangga,bertujuan pula untuk melindungi kerusakan mekanis karena penggangkutan untuk kerusakan fisiologis karena pengaruh lingkungan suhu dan kelembapan.

11. Menyimpan kacang mete.
Dalam penyimpanan ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti ruang gudang penyimpangan harus selalu bersih,memiliki konstruksi yang kuat,pintu-pintu yang rapat,memiliki ventilasi,memiliki penerangan,penantaan peti kemas harus disusun secara teratur,suhu udara dalam gudang di usahakan sel;alu konstan (30oC- 370C).

12. pemasaran hasil
Pasar kacang mete sangat luas mulai dari tingkat rumah tangga hingga tingkat industri makanan. factor penting dalam memasarkan hasil panen kacang mete adalah mendapatkan harga yang tinggi. Pemasaran kacang mete dengan jalur pemasaran yang pendek dapat menguntungkan semua pihak yaitu petani produsen, lembaga pemasaran, dan konsumen.

BUDIDAYA BUAH JAMBU METE ( MEDE )

yuni nurita No Comments

 

 

Sponsore By :

 

BUDIDAYA BUAH JAMBU METE ( MEDE )

A.      Mengenal Buah Jambu Mete ( Anacardium Accidentale L.)

Jambu monyet atau jambu mede / Jambu Mede (Anacardium occidentale) adalah sejenis tanaman dari suku Anacardiaceae yang berasal dari Brasil dan memiliki “buah” yang dapat dimakan. Yang lebih terkenal dari jambu mede adalah kacang mede, kacang mete atau kacang mente; bijinya yang biasa dikeringkan dan digoreng untuk dijadikan pelbagai macam penganan. Secara botani, tumbuhan ini sama sekali bukan anggota jambu-jambuan (Myrtaceae) maupun kacang-kacangan (Fabaceae), melainkan malah lebih dekat kekerabatannya dengan mangga (suku Anacardiaceae).Tanaman nnjambu mete termasuk pohon rendah, namun pada keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan tanaman dapat berubah bentuk manjdai semak. Dalam keadaan normal, tanaman dapat mencapai tinggi 12-20 m bila keadaan lingkungan baik.

Daun bertangkai pendek, berwarna cokelat kehijauan. Bunga tersusun dalam kerangan bunga (malai) yang terletak ujung-ujung ranting dan ketiak daun.

Jambu mete tidak menghendaki hujan yang berlebihan, terutama pada saat tanaman sedang berbunga. Tanaman jambu mete dapat tumbuh dan menghasilkan hampir pada semua jenis tanah, bahkan tanpa pengolahan dan pemupukan. Bijinya diambil untuk dijual.

B.      Bibit Buah Jambu Mete

Bibit berasal dari benih. Benih yang akan disemai biasanya telah disimpan paling sediki 2-3 bulan dan paling lama 7-12 bulan, tergantung tempat penyimpanan. Pembibitan biasanya diberi naungan berupa atap dari anyaman bambu atau tanaman yang tahan dipangkas, misalnya lamtoro. Benih berkecambah 16-28 hari setelah penaburan. Bibit dipindah di lapangan setelah berumur 2 bulan, bibit dicabut dari bedengan yang sebelumnya diairi.

 C.      Cara Penanaman Buah Jambu Mete

Persiapan Lahan

Menentukan letak tanaman di lapangan ditandai dengan ajir-ajir. Pengolahan tanah terbatas hanya pada tempat-tempat yang akan ditanami. Membuat lubang tanam dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm.

Pemindahan Bibit Jambu Mete.

Pemindahan dilakukan dengan cara putaran. Cara putaran menghindari rusaknya akar berlebihan karena tanah terbawa pada perakaran, sehingga bibit tumbuh baik ditempat baru.

Penanaman.

Bibit hasil putaran segera ditanam pada tempat yang telah disiapkan. Untuk mengurangi besarnya penguapan, pucuk dan sebagian daun dipotong.

 D.      Cara Memelihara pohon Buah Jambu Mete

Penyiangan

Pemeliharaan yang intensif dilakukan pada tanaman umur 2-3 tahun karena merupakan masa kritis. Penyiangan pada tanaman yang masih muda dapat dilakukan secara mekanis dengan membersihkan tumbuhan pengganggu bersamaan dengan pengolahan tanah secara ringan.

Penyulaman

Penyulaman merupakan suatu tindakan yang penting, untuk mengganti bibit mati.

Pemupukan.

Walaupun tanaman jambu mete dapat berbuah dan menghasilkan di tanah-tanah miskin, tetapi tetap memerlukan pemupukan.

Pengairan

Pengairan dalam bentuk siraman diberikan pada tanaman muda yang baru dipindah ke lapangan. Selanjutnya saluran drainase yang lancar dan tidak menggenang.

Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan sejak tanaman masih berupa bibit dengan menghilangkan tunas-tunas samping dan pemangkasan sebelum tanaman berbunga atau masih stadium vegetatif, sehingga diperoleh pohon yang lurus.

Penjarangan

Dilakukan penjarangan tanaman pada saat-saat tertentu karena pertumbuhan dan perkembangan tanaman relatif sangat cepat dan adnya produksi yang meningkat pada tanaman umur 15-25 tahun.

E.       Cara Panen Buah Jambu Mete

Pemungutan hasil dilakukan bila telah ada buah-buah yang masak. Masaknya buah ditandai dengan warna cerah, kuning, aau jingga, tergantung varietasnya.

F.     Cara Pemungutan Buah Jambu Mete:

  1. Cara Lelesan , yaitu memungut buah yang telah jatuh ke tanah, tapi umunya buah sudah lewat masak.
  2. Cara selektif, yaitu memetik buah di pohon yang benar-benar telah masak. Pemetikan dapt langsung dengan tangan atau dengan bantuan galah yang ujungnya dilengkapi dengan songkok bambu atau kawat.

 

 

 

 

Budidaya J E R U K ( Citrus sp. )

     

 

Senin, 09 November 2009 21:19

 

 

TEKNIS BUDIDAYA

Dalam upaya meningkatkan produktivitas agrokomplek di Indonesia, kami telah menyediakan panduan teknisnya yang akan berguna sebagai pedoman pada saat Anda melakukan program budidaya berbasis teknologi organik yang berorientasi pada kualitas, kuantitas dan kelestarian

BUDIDAYA JERUK

 

I. PENDAHULUAN
Prospek agribisnis jeruk di Indonesia cukup bagus karena potensi lahan produksi yang luas. Melalui program peningkatan kualitas sumberdaya petani jeruk serta didukung dengan hasil inovasi teknologi pemupukan dan hormon alami, pengelolaan hama dan penyakit terpadu, serta sistem budidaya lainnya yang semuanya didasarkan pada semangat ramah lingkungan akan meningkatkan Kuantitas dan Kualitas produksi jeruk dengan tetap menjaga Kelestarian lingkungan.

II. SYARAT PERTUMBUHAN
Perlu 6-9 bulan basah (musim hujan), curah hujan 1000-2000 mm/th merata sepanjang tahun, perlu air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus. Temperatur optimal antara 25-30 °C dan kelembaban optimum sekitar 70-80%. Kecepatan angin lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah. Ketinggian optimum antara 1-1200 m dpl. Jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok, derajat keasaman tanah (pH tanah) adalah 5,5-6,5 . Air tanah optimal pada kedalaman 150-200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Cara generatif
Biji diambil dari buah dengan memeras buah yang telah dipotong. Biji dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2-3 hari hingga lendirnya hilang. Tanah persemaian diolah sedalam 30-40 cm dan dibuat petakan berukuran 1,15-1,20 m membujur dari utara ke selatan. Jarak petakan 0,5-1m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang 1 kg/m2. Biji ditanam dalam alur dengan jarak tanam 1-1,5 x 2 cm dan langsung disiram larutan POC NASA + 1-2 cc/lt air. Persemaian diberi atap. Bibit dipindahtanam ke dalam polibag 15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur 3-5 bulan. Media tumbuh dalam polibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupuk kandang, sekam, pasir (1:1:1) atau cukup dengan menggunakan tanah biasa disiram POC NASA (3-4 tutup) + HORMONIK (1 tutup) per 10-15 liter air.

3.1.2. Cara Vegetatif
Metode dengan cara penyambungan tunas pucuk dan penempelan mata tempel. Untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batang bawah (understam/rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakaran kuat dan luas, daya adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda. Varietas batang bawah yang biasa digunakan adalah Japanese citroen, Rough lemon, Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo citrange. Setelah penyambungan tunas pucuk atau penempelan mata tempel, segera disemprot menggunakan POC NASA (3-4 tutup/tangki ) + HORMONIK (1 tutup/tangki ).

3.1.2.1. Pengolahan Media Tanam
Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari tanaman lain atau sisa-sisa tanaman. Jarak tanam bervariasi untuk setiap jenis jeruk dapat dilihat pada data berikut ini: (a) Keprok dan Siem jarak tanam 5 x 5 m; (b) Manis : jarak tanam 7 x 7 m; (c) Sitrun (Citroen) : jarak tanam 6 x 7 m; (d) Nipis : jarak tanam 4 x 4 m; (e) Grape fruit : jarak tanam 8 x 8 m; (f) Besar : jarak tanam (10-12) x (10-12) m.
Lubang tanam dibuat 2 minggu sebelum tanam. Tanah bagian dalam dipisahkan dengan tanah dari lapisan atas. Tanah berasal dari lapisan atas dicampur dengan 1-2 kg pupuk kandang dan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan.
Pengembangbiakan Natural GLIO : 1-2 kemasan Natural GLIO dicampur 50-100 kg pupuk kandang untuk lahan 1000 m2. Selanjutnya didiamkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari + 1 minggu dengan selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik).

3.1.2.2. Teknik Penanaman
Bibit jeruk dapat ditanam pada musim hujan atau musim kemarau jika tersedia air untuk menyirami, tetapi sebaiknya ditanam diawal musim hujan. Sebelum ditanam, perlu dilakukan: (a) Pengurangan daun dan cabang yang berlebihan; (b) Pengurangan akar; (c) Pengaturan posisi akar agar jangan ada yang terlipat.
Setelah bibit ditanam, siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata dengan dosis ± 1 tutup POC NASA per liter air setiap pohon. Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA. Adapun cara penggunaan SUPER NASA adalah sebagai berikut: 1 (satu) botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap
1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi disiramkan setiap pohon.
Beri mulsa jerami, daun kelapa atau daun-daun yang bebas penyakit di sekitar bibit. Letakkan mulsa sedemikian rupa agar tidak menyentuh batang untuk menghindari kebusukan batang. Sebelum tanaman berproduksi dan tajuknya saling menaungi, dapat ditanam tanaman sela baik kacang-kacangan/sayuran. Setelah tajuk saling menutupi, tanaman sela diganti oleh rumput/tanaman legum penutup tanah yang sekaligus berfungsi sebagai penambah nitrogen bagi tanaman jeruk.

IV. PEMELIHARAAN TANAMAN
4.1. Penyulaman
Dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh.
4.2. Penyiangan
Gulma dibersihkan sesuai dengan frekuensi pertumbuhannya, pada saat pemupukan juga dilakukan penyiangan.
4.3. Pembubunan
Jika ditanam di tanah berlereng, perlu diperhatikan apakah ada tanah di sekitar perakaran yang tererosi. Penambahan tanah perlu dilakukan jika pangkal akar sudah mulai terlihat.
4.4. Pemangkasan
Pemangkasan bertujuan untuk membentuk tajuk pohon dan menghilangkan cabang yang sakit, kering dan tidak produktif. Dari tunas-tunas awal yang tumbuh biarkan 3-4 tunas pada jarak seragam yang kelak akan membentuk tajuk pohon. Pada pertumbuhan selanjutnya, setiap cabang memiliki 3-4 ranting atau kelipatannya. Bekas luka pangkasan ditutup dengan fungisida atau lilin untuk mencegah penyakit. Sebaiknya celupkan dulu gunting pangkas ke dalam alkohol. Ranting yang sakit dibakar atau dikubur dalam tanah.
4.5. Pemupukan Susulan

Umur
(tahun)

Dosis Pupuk Makro (gr/pohon)

Urea

TSP

KCl

1

80

170

170

2

160

325

250

3

250

500

325

4

325

170

425

5

400

210

500

6

500

250

600

7

600

300

700

8

700

325

780

9

780

390

850

10

850

425

900

>10

Sebaiknya dilakukan analisis tanah

Dosis POC NASA mulai awal tanam :

0-3

2-3 tutup/diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang setiap 4-5 bulan sekali (sesekali bisa disemprot ke daun)

>3

3-4 tutup/diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang setiap 3-4 bulan sekali (sesekali bisa disemprot ke daun)

Catatan: Akan Lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun dosis 1 botol untuk + 200 pohon. Cara lihat pada Teknik Penanaman (Point 3.1.2.2.)
4.6. Penggunaan Hormonik
Hormonik dapat diberikan terutama setelah tanaman berumur 2 tahun, atau diberikan sejak awal lebih bagus. Caranya melalui penyiraman atau penyemprotan bersama dengan POC NASA (3-5 tutup POC NASA ditambah 1 tutup Hormonik).
4.7.Pengairan dan Penyiraman
Penyiraman jangan berlebih. Tanaman diairi sedikitnya satu kali dalam seminggu pada musim kemarau. Jika air kurang tersedia, tanah di sekitar tanaman digemburkan dan ditutup mulsa.
4.8. Penjarangan Buah
Pada saat pohon jeruk berbuah lebat, perlu dilakukan penjarangan supaya pohon mampu mendukung pertumbuhan, bobot buah serta kualitas buah. Buah yang dibuang meliputi buah sakit, tidak terkena sinar matahari (di dalam kerimbunan daun) dan kelebihan buah di dalam satu tangkai. Hilangkan buah di ujung kelompok buah dalam satu tangkai utama dan sisakan hanya 2-3 buah.
V. Hama dan Penyakit
5.1. Hama
a. Kutu loncat (Diaphorina citri.)
Bagian diserang : tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda. Gejala: tunas keriting, tanaman mati. Pengendalian: menggunakan PESTONA atau Natural BVR. Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat bertunas, buang bagian yang terserang.
b. Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.)
Bagian diserang : tunas muda dan bunga. Gejala: daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa. Pengendalian: menggunakan PESTONA atau Natural BVR.
c. Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.)
Bagian diserang : daun muda. Gejala: alur melingkar transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok. Pengendalian: semprotkan dengan PESTONA. Kemudian daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah.
d. Tungau (Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus sp)
Bagian diserang : tangkai, daun dan buah. Gejala: bercak keperak-perakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada daun. Pengendalian: semprotkan PESTONA atau Natural BVR.
e. Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.)
Bagian diserang : buah. Gejala: lubang gerekan buah keluar getah. Pengendalian: memetik buah yang terinfeksi, disemprot PESTONA pada buah berumur 2-5 minggu.
f. Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.)
Bagian diserang : tunas, daun muda dan pentil. Gejala: bercak coklat kehitaman dengan pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai keluarnya cairan buah yang menjadi nekrosis. Pengendalian: semprotkan PESTONA
g. Thrips (Scirtotfrips citri.)
Bagian diserang : tangkai dan daun muda. Gejala: helai daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan kadang disertai nekrotis. Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat dan sinar matahari masuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami. Kemudian gunakan PESTONA atau Natural BVR.
h. Kutu dompolon (Planococcus citri.)
Bagian diserang : tangkai buah. Gejala: berkas berwarna kuning, mengering dan buah gugur. Pengendalian: gunakan PESTONA. atau Natural BVR. Cegah datangnya semut sebagai vektor kutu.
i. Lalat buah (Dacus sp.)
Bagian diserang : buah yang hampir masak. Gejala: lubang kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah. Pengendalian: gunakan Perangkap lalat Buah.

5.2. Penyakit
a. CVPD
Penyebab: Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri. Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang. Gejala: daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye. Pengendalian: gunakan bibit tanaman bebas CVPD. Lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan Pestona atau Natural BVR untuk mengendalikan vektor.
b. Blendok
Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian diserang : batang atau cabang. Gejala: kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas. Pengendalian: pemotongan cabang terinfeksi. Bekas potongan diolesi POC NASA + Hormonik + Natural GLIO. POC NASA dan Hormonik bukan berfungsi mengendalikan Blendok, namun dapat meningkatkan daya tahan terhadap serangan penyakit.
c. Embun tepung
Penyebab: jamur Oidium tingitanium. Bagian diserang : daun dan tangkai muda. Gejala: tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda. Pengendalian: gunakan Natural GLIO pada awal tanam.
d. Kudis
Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti. Bagian diserang : daun, tangkai atau buah. Gejala: bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye. Pengendalian: pemangkasan teratur, gunakan Natural GLIO pada awal tanam.
e. Busuk buah
Penyebab: Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian diserang : buah. Gejala: terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit. Pengendalian: hindari kerusakan mekanis, gunakan Natural GLIO awal tanam
f. Busuk akar dan pangkal batang
Penyebab: jamur Phyrophthora nicotianae. Bagian diserang : akar, pangkal batang serta daun di bagian ujung. Gejala: tunas tidak segar, tanaman kering. Pengendalian: pengolahan dan pengairan yang baik, sterilisasi tanah pada waktu penanaman, buat tinggi tempelan minimum 20 cm dari permukaan tanah. gunakan Natural GLIO pada awal tanam
g. Buah gugur prematur
Penyebab: jamur Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria sp. Bagian yang diserang: buah dan bunga. Gejala: dua-empat minggu sebelum panen buah gugur. Pengendalian: gunakan Natural GLIO pada awal tanam
h. Jamur upas
Penyebab: Upasia salmonicolor. Bagian diserang : batang. Gejala: retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulit dikelupas. Pengendalian: kulit yang terinfeksi dikelupas dan diolesi fungisida yang mengandung tembaga atau belerang, kemudian potong cabang yang terinfeksi.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

VI. Panen
Buah jeruk dipanen saat masak optimal berumur + 28-36 minggu, tergantung jenis/varietasnya. Buah dipetik dengan menggunakan gunting pangkas.

 

 

 

 

 

 

 

 

PERBEDAAN DIKOTIL DAN MONOKOTIL

Oleh Mustahib, S.Pd.Si. August 15, 2011

1. Bentuk akar
– Monokotil : Memiliki sistem akar serabut
– Dikotil : Memiliki sistem akar tunggang

2. Bentuk sumsum atau pola tulang daun
– Monokotil : Melengkung atau sejajar
– Dikotil : Menyirip atau menjari

3. Kaliptrogen / tudung akar
– Monokotil : Ada tudung akar / kaliptra
– Dikotil : Tidak terdapat ada tudung akar

4. Jumlah keping biji atau kotiledon
– Monokotil : satu buah keping biji saja
– Dikotil : Ada dua buah keping biji

5. Kandungan akar dan batang
– Monokotil : Tidak terdapat kambium
– Dikotil : Ada kambium

6. Jumlah kelopak bunga
– Monokotil : Umumnya adalah kelipatan tiga
– Dikotil : Biasanya kelipatan empat atau lima

7. Pelindung akar dan batang lembaga
– Monokotil : Ditemukan batang lembaga / koleoptil dan akar lembaga / keleorhiza
– Dikotil : Tidak ada pelindung koleorhiza maupun koleoptil

8. Pertumbuhan akar dan batang
– Monokotil : Tidak bisa tumbuh berkembang menjadi membesar
– Dikotil : Bisa tumbuh berkembang menjadi membesar

Tumbuhan monokotil dikelompokkan menjadi 5 suku, yaitu:
Rumut-rumputan (Graminae), ex : jagung, padi
Pinang-pinangan (Palmae), ex : kelapa, sagu
Pisang-pisangan (Musaceae), ex : pisang ambon, raja
Anggrek-angrekan (Orchidaceae), ex : anggrek, vanili
Jahe-jahean (Zingiberaceae), ex : jahe, kunyit

Tumbuhan dikotil dikelompokkan menjadi 5 suku, yaitu:
1. Jarak-jarakan (Euphorbiaceae), ex : jarak, ubi, karet
2. Polong-polongan (Leguminoceae), ex : pete, kacang
3. Terung-terungan (Solanaceae), ex : terong, cabe, tomat
4. Jambu-jambuan (Myrtaceae), ex : jambu biji, jambu air
5. Komposite (Compositae), ex : bunga matahari     

METABOLISME

Oleh Mustahib, S.Pd.Si. August 16, 2011

Makhluk multiseluler, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan tersusun atas jutaan sel. Tiap sel memiliki fungsi tertentu untuk kelangsungan hidup suatu organisme. Untuk menjalankan fungsinya, sel melakukan proses metabolisme. Metabolisme adalah reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam sel. Reaksi kimia ini akan mengubah suatu zat menjadi zat lain.

Metabolisme terdiri atas dua proses sebagai berikut.

1. Anabolisme
Anabolisme adalah proses-proses penyusunan energi kimia melalui sintesis senyawa-senyawa organik.

2. Katabolisme
Katabolisme adalah proses penguraian dan pembebasan energi dari senyawa-senyawa organik melalui proses respirasi. Semua reaksi tersebut dikatalisis oleh enzim, baik oleh reaksi yang sederhana maupun reaksi yang rumit.

Atau dengan pengertian ain:

Anabolisme adalah pembentukan molekul-molekul kompleks dari molekul sederhana, contoh fotosintesis.

Katabolisme adalah penguraian molekul-molekul kompleks menjadi molekul-molekul sederhana, contoh respirasi.

 

Metabolisme juga berperan mengubah zat yang beracunmenjadi senyawa yang tak beracun dan dapat dikeluarkan dari tubuh. Proses ini disebut detoksifikasi. Umumnya, hasil akhir anabolisme merupakan senyawa pemula untuk proses katabolisme. Hal itu disebabkan sebagian besar proses metabolisme terjadi di dalam sel. Mekanisme masuk dan keluarnya zat kimia melalui membran sel mempunyai arti penting dalam mempertahankan keseimbangan energi dan materi dalam tubuh. Proses sintesis dan penguraian berlangsung dalam berbagai jalur metabolisme. Adapun hasil reaksi tiap tahap metabolisme merupakan senyawa pemula dari tahap reaksi berikutnya.

Proses metabolisme yang terjadi di dalam sel makhluk hidup seperti pada tumbuhan dan manusia, melibatkan sebagian besar enzim (katalisator) baik berlangsung secara sintesis (anabolisme) dan respirasi (katabolisme). Apa peran enzim di dalam reaksi kimia yang terjadi di dalam sel? Pada saat berlangsungnya peristiwa reaksi biokimia di dalam sel, enzim bekerja secara spesifik. Enzim mempercepat reaksi kimia yang menghasilkan senyawa ATP dan senyawa-senyawa lain yang berenergi tinggi seperti pada proses respirasi, fotosintesis, kemosintesis, sintesis protein, dan lemak.

 

ENZIM

Oleh Mustahib, S.Pd.Si. August 16, 2011

Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di dalam protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan protein.

Enzim mempunyai dua fungsi pokok sebagai berikut.
1. Mempercepat atau memperlambat reaksi kimia.
2. Mengatur sejumlah reaksi yang berbeda-beda dalam waktu yang sama.

Enzim disintesis dalam bentuk calon enzim yang tidak aktif, kemudian diaktifkan dalam lingkungan pada kondisi yang tepat. Misalnya, tripsinogen yang disintesis dalam pankreas, diaktifkan dengan memecah salah satu peptidanya untuk membentuk enzim tripsin yang aktif. Bentuk enzim yang tidak aktif ini disebut zimogen.

Enzim tersusun atas dua bagian. Apabila enzim dipisahkan satu sama lainnya menyebabkan enzim tidak aktif. Namun keduanya dapat digabungkan menjadi satu, yang disebut holoenzim. Kedua bagian enzim tersebut yaitu apoenzim dan koenzim.

1. Apoenzim
Apoenzim adalah bagian protein dari enzim, bersifat tidak tahan panas, dan berfungsi menentukan kekhususan dari enzim. Contoh, dari substrat yang sama dapat menjadi senyawa yang berlainan, tergantung dari enzimnya.

 

2. Koenzim
Koenzim disebut gugus prostetik apabila terikat sangat erat pada apoenzim. Akan tetapi, koenzim tidak begitu erat dan mudah dipisahkan dari apoenzim. Koenzim bersifat termostabil (tahan panas), mengandung ribose dan fosfat.
Fungsinya menentukan sifat dari reaksinya. Misalnya, Apabila koenzim NADP (Nicotiamida Adenin Denukleotid Phosfat) maka reaksi yang terjadi adalah dehidrogenase. Disini NADP berfungsi sebagai akseptor hidrogen.

 

Koenzim dapat bertindak sebagai penerima/akseptor hidrogen, seperti NAD atau donor dari gugus kimia, seperti AT P (Adenosin Tri Phosfat).

 

Sifat-sifat Enzim
a. Enzim hanya mengubah kecepatan reaksi, artinya enzim tidak mengubah produk akhir yang dibentuk atau mempengaruhi keseimbangan reaksi, hanya meningkatkan laju suatu reaksi.

b. Enzim bekerja secara spesifik, artinya enzim hanya mempengaruhi substrat tertentu saja.

c. Enzim merupakan protein. Oleh karena itu, enzim memiliki sifat seperti protein. Antara lain bekerja pada suhu optimum, umumnya pada suhu kamar. Enzim akan kehilangan aktivitasnya karena pH yang terlalu asam atau basa kuat, dan pelarut organik. Selain itu, panas yang terlalu tinggi akan membuat enzim terdenaturasi sehingga tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya.

d. Enzim diperlukan dalam jumlah sedikit. Sesuai dengan fungsinya sebagai katalisator, enzim diperlukan dalam jumlah yang sedikit.

e. Enzim bekerja secara bolak-balik. Reaksi-reaksi yang dikendalikan enzim dapat berbalik, artinya enzim tidak menentukan arah reaksi tetapi hanya mempercepat laju reaksi sehingga tercapai keseimbangan. Enzim dapat menguraikan suatu senyawa menjadi senyawa-senyawa lain. Atau sebaliknya, menyusun senyawa-senyawa menjadi senyawa tertentu. Reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut.

 

f. Enzim dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim adalah suhu, pH, aktivator (pengaktif), dan inhibitor (penghambat) serta konsentrasi substrat.

Cara Kerja Enzim
Enzim mengkatalis reaksi dengan cara meningkatkan laju reaksi. Enzim meningkatkan laju reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi (energi yang diperlukan untuk reaksi) dari EA1 menjadi EA2. (Lihat Gambar 2.4). Penurunan energi aktivasi dilakukan dengan membentuk kompleks dengan substrat. Setelah produk dihasilkan, kemudian enzim dilepaskan. Enzim bebas untuk membentuk kompleks baru dengan substrat yang lain.

 

Enzim memiliki sisi aktif, yaitu bagian enzim yang berfungsi sebagai katalis. Pada sisi ini, terdapat gugus prostetik yang diduga berfungsi sebagai zat elektrofilik sehingga dapat mengkatalis reaksi yang diinginkan. Bentuk sisi aktif sangat spesifik sehingga diperlukan enzim yang spesifik pula. Hanya molekul dengan bentuk tertentu yang dapat menjadi substrat bagi enzim. Agar dapat bereaksi, enzim dan substrat harus saling komplementer.

Enzim memiliki sisi aktif, yaitu bagian enzim yang berfungsi sebagai katalis. Pada sisi ini, terdapat gugus prostetik yang diduga berfungsi sebagai zat elektrofilik sehingga dapat mengkatalis reaksi yang diinginkan. Bentuk sisi aktif sangat spesifik sehingga diperlukan enzim yang spesifik pula. Hanya molekul dengan bentuk tertentu yang dapat menjadi substrat bagi enzim. Agar dapat bereaksi, enzim dan substrat harus saling komplementer.

Cara kerja enzim dapat dijelaskan dengan dua teori, yaitu teori gembok dan anak kunci, dan teori kecocokan yang terinduksi.

a. Teori gembok dan anak kunci (Lock and key theory)
Enzim dan substrat bergabung bersama membentuk kompleks, seperti kunci yang masuk dalam gembok. Di dalam kompleks, substrat dapat bereaksi dengan energi aktivasi yang rendah. Setelah bereaksi, kompleks lepas dan melepaskan produk serta membebaskan enzim.

b. Teori kecocokan yang terinduksi (Induced fit theory)
Menurut teori kecocokan yang terinduksi, sisi aktif enzim merupakan bentuk yang fleksibel. Ketika substrat memasuki sisi aktif enzim, bentuk sisi aktif termodifikasi melingkupi substrat membentuk kompleks. Ketika produk sudah terlepas dari kompleks, enzim tidak aktif menjadi bentuk yang lepas. Sehingga, substrat yang lain kembali bereaksi dengan enzim tersebut.

 

GANGGANG/ALGA

Oleh Mustahib, S.Pd.Si. August 14, 2011

Ganggang atau Alga pada umumnya hidup di air, baik di air tawar maupun di air laut serta tempat-tempat lembab. Tubuh alga menunjukkan keanekaragaman yang sangat banayak tetapi semua selnya selalu jelas memiliki plastida dan inti. Dalam plastida terdapat klorofil dan pigmen lain yang kadang-kadang lebih menonjol, sehingga memudahkan untuk mengelonmpokkan dan memberi nama berdasarkan pigmen tersebut. Sehingga kita mengenal istilah ganggang hijau, ganggang merah, ganggang biru, ganggang cokelat dan ganggang keemasan. Hampir semua ganggang termasuk plantae kecuali ganggang biru.

Alga merupakan sumber daya nabati berbagai bahan kebutuhan manusia, ada yang langsung dipakai sayuran dari jenis alga hijau. Ada yang menghasilkan bahan obat dari jenis alga pirang dan merah. Selain itu ada yang menghasilkan soda, magnit, yodium dan lain-lain.

1. Ulva sp.
Kingdom : Plantae
Divisio : Chlorophyta
Classis : Chlorophyceae
Ordo : Ulvales
Family : Ulvaceae
Genus : Ulva
Spesies : Ulva sp

Alga ini dikenal juga dengan nama selada laut, karena bentuknya yang seperti lembaran selada bokor. Alga ini hidupnya di air laut dan melekat pada batuan-batuan yang terletak di pantai. Pembiakan secara vegetatif dilakukan dengan zoospora berflagel empat. Pembiakan secara generatif dengan membentuk zoospora. Ulva sp merupakan classis Chlorophyceae yang mirip dengan tumbuhan tinggi.

2. Gigartina papillata.
Kingdom : Plantae
Divisio : Rhodophyta
Classis : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Family : Gigartyceae
Genus : Gigartina
Spesies : Gigartina papillata

Alga ini termasuk alga merah karena alga ini termasuk dalam divisio Rhodophyta yaitu golongan alga yang memiliki pigmen merah dan umumnya mengandung zat makanan cadangan bahan agar-agar, dan habitatnya di laut. Thallusnya pipih, dan banyak mengandung zat pectin. Daur hidupnya berfase dua. Bentuk tubuh alga ini berbentuk lembaran-lembaran.

3. Vaucheria sp.
Kingdom : Plantae
Divisio : Chrysophyta
Classis : Xanthophyceae
Ordo : Heterosiphonales
Family : Heterosiphonaceae
Genus : Vaucheria
Spesies : Vaucheria sp

Alga ini memiliki pigmen kuning dengan thallus berupa buluh tak bersekat, tetapi bercabang-cabang. Alga keemasan ini sudah memiliki anteridium dan oogonium. Alga ini juga mempunyai inti yang banyak, sehingga lebih tepat disebut alga aselular daripada alga uniselular. Letak antara anteridium dan oogonium pada tiap jenisnya berbeda-beda. Pembiakan secara generatif dengan pembentukan zigospora, dan pembiakkan secara vegetatif dengan pembentukan akinet dan zoospora dan aplanospora.

4. Gracielaria sp.
Kingdom : Plantae
Divisio : Rhodophyta
Classis : Rhodophyceae
Ordo : Demastomales
Family : Gracielariaceae
Genus : Gracielaria
Spesies : Gracielaria sp

Gracielaria sp termasuk ke dalam alga merah, mempunyai thallus yang bercabang berurutan. Hidup parasit pada beberapa gametofitnya. Dalam perkembang biakkannya terjadi pergiliran keturunan namun secara terpisah.

5. Sargassum cymosum.
Kingdom : Plantae
Divisio : Phaeophyta
Classis : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Family : Fucaceae
Genus : Sargassum
Spesies : Sargassum cymosum
Sargassum cymosum mempunyai thallus yang menyerupai tumbuhan kormus, ada yang menyerupai bagian batang, serupa daun (phylloid), dan memiliki rhizoid untuk melekatkan dirinya pada substrat. Mempunyai alat perkembang biakkannya dibentuk dibagian ketiak cabang atau daun, dan juga kantung udara di ketiaknya.
6. Corallina sp.
Kingdom : Plantae
Divisio : Rhodophyta
Classis : Rhodophyceae
Ordo : Corallinales
Family : Corallinaceae
Genus : Corallina
Spesies : Corallina sp

Corallina sp mempunyai thallus yang berbuku-buku,bercabangan dikhotom rapat dan bentuknya silindris, yang mudah patah. Banyak mengandung zat kapur (coral). Warna merah keungu-unguan dan akan berubah putih apabila kering atau terkena sinar matahari.

7. Rhodymenia sp.
Kingdom : Plantae
Divisio : Rhodophyta
Classis : Rhodophyceae
Ordo : Rhodymeniales
Family : Rhodymenaceae
Genus : Rhodymenia
Spesies : Rhodymenia sp

Rhodymenia sp juga termasuk ke dalam algamerah karena alga ini mempunyai pigmen warna merah, tapi walaupun begitu alga ini berwarna kehijauan, thallusnya silindris dengan mempunyai cabang. Rhodymenia sp merupakan salah satu alga yang menghasilkan bahan agar-agar.

8. Euchema spinosum.
Kingdom : Plantae
Divisio : Rhodophyta
Classis : Rhodophyceae
Ordo : Euchemales
Family : Euchemaceae
Genus : Euchema
Spesies : Euchema spinosum

Merupakan alga merah yang memang mempunyai warna tubuh yang merah, bentuk thallusnya bercabang dan bergerigi. Permukaannya kasar, namun walaupun begitu alga ini juga hampir sama dengan Rhodymenia sp yaitu sama-sama menghasilkan bahan agar-agar.

9. Codium fragile.
Kingdom : Plantae
Divisio : Chlorophyta
Classis : Chlorophyceae
Ordo : Caulerpales
Family : Codiaceae
Genus : Codium
Spesies : Codium fragile

Codium fragile mempunyai satu inti dan kloroplas. Alga ini tumbuh mendatar pada substratnya dan bagian atasnya yang bercabang merupakan alat reproduksinya. Sebagian besar epifit pada alga yang lain atau air. Pada bagian tubuhnya yang lunak bebentuk lembaran yang tidak berpori.

    

FERTILISASI (DOWNLOAD ANIMASI)

Oleh Mustahib, S.Pd.Si. August 8, 2011

Fertilisasi (pembuahan) adalah proses bertemunya spermatozoa dengan ovum. Pertemuan keduanya terjadi di tuba fallopii. Pertemuan tersebut menghasilkan zigot. Zigot membelah secara mitosis menjadi dua, empat, delapan, enam belas dan seterusnya. Pada saat 32 sel disebut morula, di dalam morula terdapat rongga yang disebut blastosoel yang berisi cairan yang dikeluarkan oleh tuba fallopii, bentuk ini kemudian disebut blastosit. Lapisan terluar blastosit disebut trofoblas merupakan dinding blastosit yang berfungsi untuk menyerap makanan dan merupakan calon tembuni atau ari-ari (plasenta), sedangkan masa di dalamnya disebut simpul embrio (embrionik knot) merupakan calon janin. Blastosit ini bergerak menuju uterus untuk mengadakan implantasi (perlekatan dengan dinding uterus).

Pada hari ke-4 atau ke-5 sesudah ovulasi, blastosit sampai di rongga uterus, hormon progesteron merangsang pertumbuhan uterus, dindingnya tebal, lunak, banyak mengandung pembuluh darah, serta mengeluarkan sekret seperti air susu (uterin milk) sebagai makanan embrio.

Enam hari setelah fertilisasi, trofoblas menempel pada dinding uterus (melakukan implantasi) dan melepaskan hormon korionik gonadotropin. Hormon ini melindungi kehamilan dengan cara menstrimulasi produksi hormon estrogen dan progesteron sehingga mencegah terjadinya menstruasi. Trofoblas kemudian menebal beberapa lapis, permukaannya berjonjot dengan tujuan memperluas daerah penyerapan makanan. Embrio telah kuat menempel setelah hari ke-12 dari fertilisasi.

1.Pembuatan Lapisan Lembaga
Setelah hari ke-12, tampak dua lapisan jaringan di sebelah luar disebut ektoderm, di sebelah dalam endoderm. Endoderm tumbuh ke dalam blastosoel membentuk bulatan penuh. Dengan demikian terbentuklah usus primitif dan kemudian terbentuk Pula kantung kuning telur (Yolk Sac) yang membungkus kuning telur. Pada manusia, kantung ini tidak berguna, maka tidak berkembang, tetapi kantung ini sangat berguna pada hewan ovipar (bertelur), karena kantung ini berisi persediaan makanan bagi embrio.

Di antara lapisan ektoderm dan endoderm terbentuk lapisan mesoderm. Ketiga lapisan tersebut merupakan lapisan lembaga (Germ Layer). Semua bagian tubuh manusia akan dibentuk oleh ketiga lapisan tersebut. Ektoderm akan membentuk epidermis kulit dan sistem saraf, endoderm membentuk saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan, mesoderm membentuk antara lain rangka, otot, sistem peredaran darah, sistem ekskresi dan sistem reproduksi.

2. Membran (Lapisan Embrio)
Terdapat 4 macam membran embrio, yaitu :

a.Kantung Kuning Telur (Yolk Sac)
Kantung kuning telur merupakan pelebaran endodermis berisi persediaan makanan bagi hewan ovipar, pada manusia hanya terdapat sedikit dan tidak berguna.

b.Amnion
Amnion merupakan kantung yang berisi cairan tempat embrio mengapung, gunanya melindungi janin dari tekanan atau benturan.

c.Alantois
Pada alantois berfungsi sebagai organ respirasi dan pembuangan sisa metabolisme. Pada mammalia dan manusia, alantois merupakan kantung kecil dan masuk ke dalam jaringan tangkai badan, yaitu bagian yang akan berkembang menjadi tall pusat.

d.Korion
Korion adalah dinding berjonjot yang terdiri dari mesoderm dan trofoblas. Jonjot korion menghilang pada hari ke-28, kecuali pada bagian tangkai badan, pada tangkai badan jonjot trofoblas masuk ke dalam daerah dinding uterus membentuk ari-ari (plasenta). Setelah semua membran dan plasenta terbentuk maka embrio disebut janin/fetus.

3.Plasenta atau Ari-Ari
Plasenta atau ari-ari berbentuk seperti cakram dengn garis tengah 20 cm, dan tebal 2,5 cm. Ukuran ini dicapai pada waktu bayi akan lahir tetapi pada waktu hari 28 setelah fertilisasi, plasenta berukuran kurang dari 1 mm. Plasenta berperan dalam pertukaran gas, makanan dan zat sisa antara ibu dan fetus. Pada sistem hubungan plasenta, darah ibu tidak pernah berhubungan dengan darah janin, meskipun begitu virus dan bakteri dapat melalui penghalang (barier) berupa jaringan ikat dan masuk ke dalam darah janin.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SIKLUS LITIK DAN LISOGENIK PADA VIRUS

Oleh Mustahib, S.Pd.Si. September 14, 2011

Virus hanya bisa bereproduksi di dalam sel/jaringan yang hidup. Reproduksi virus terjadi dengan cara penggandaan materi genetik inang yang disebut replikasi.

Virus membutuhkan bahan-bahan dari sel makhluk lain untuk bereplikasi (bereproduksi).

Replikasi virus secara umum terbagi menjadi 2 yaitu siklus litik dan siklus lisogenik.

Siklus Litik
Cara reproduksi virus yang utama menyangkut penghancuran sel inangnya.

Siklus litik, secara umum mempunyai tahap:

1. Adsorbsi:
Penempelan virus pada inang.

2. Injeksi/Penetrasi:
virus melubangi membran sel inang dengan enzim lisozim.
Setelah berlubang, virus akan menyuntikkan materi genetiknya kedalam sitoplasma sel inang.

3. Sintesis/Replikasi:
Materi genetik dari virus akan menonaktifkan materi genetik sel inangnya
Kemudian mengambil alih kerja sel inang.
DNA dari virus, akan menjadikan sel inang sebuah tempat pembentukan virus baru.

4. Perakitan:
Molekul-molekul protein (DNA) yang telah terbentuk kemudian diselubungi oleh kapsid, berfungsi untuk memberi bentuk tubuh virus.

5. Litik/Lisis/Pembebasan:
Virus-virus yang telah matang akan berkumpul pada membran sel dan menyuntikkan enzim lisosom untuk menghancurkan membran sel.
Sel yang membrannya hancur itu akhirnya akan mati.

Untuk Mudah mengingatnya slahkan gunakan ‘jembatan keledai‘:

 

NB: Bagi yang bernama Adin, jangan khawatir, ini bukan kamu. Sekedar akronim untuk memudahkan belajar.

Siklus Lisogenik

Pada siklus ini sel inangnya tidak hancur tetapi disisipi oleh asam nukleat dari virus. Tahap penyisipan tersebut kemudian membentuk provirus.
Siklus lisogenik meliputi tahapan:
1. Adsorbsi
2. Injeksi
3. Penggabungan
4. Pembelahan
5. Sintesis

PENYEBARAN DAN PENCEGAHAN VIRUS

Oleh Mustahib, S.Pd.Si. September 14, 2011

Cara penyebaran Virus

Virus dapat menyebar dari satu inang ke inang lainnya dengan berbagai cara:

1. Melalui udara, contoh : influenza, SARS, Flu burung.
2. Melalui sentuhan, contoh : Cacar, Herpes.
3. Melalui makanan/minuman, contoh : Polio, Hepatitis
4. Melalui kontak cairan tubuh, contoh : HIV, Hepatitis
5. Melalui gigitan hewan, contoh : DBD, Rabies

Cara pencegahan terserang Virus

1. Pola hidup sehat

2. Vaksinasi
Contoh : vaksin polio, rabies, hepatitis

3. Menghindari infeksi

AIDS :
– tidak melakukan kontak seksual dengan penderita
– tidak menggunakan jarum suntik yang sama

Flu Burung :
– tidak kontak langsung dengan unggas atau kotoran unggas yang terinfeksi

SARS :
– tidak kontak langsung dengan penderita
– menghindari cairan yang keluar dari tubuh penderita

 

 

 

 

 

5 Jenis Cacing Penyebab Cacingan

28 October 2010 Kategori: Kesehatan Anak, Pencernaan 14 Komentar

Cacingan masih merupakan masalah utama kesehatan anak-anak Indonesia. Sanitasi yang buruk dan kurangnya kesadaran pola hidup bersih adalah dua faktor penyebab utama tingginya prevalensi cacingan. Berikut adalah empat jenis cacing yang paling umum menginfeksi manusia.

1. Cacing Gelang (Ascaris Lumbricoides)

Cacing gelang adalah cacing yang paling umum menginfeksi manusia.  Cacing gelang dewasa berukuran 10 – 30 cm dengan tebal sebesar pensil dan dapat hidup hingga 1 sampai 2 tahun.

Siklus hidup cacing gelang:

Cacing gelang menular melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi telurnya. Ketika sekelompok telur cacing tertelan dan memasuki usus, mereka menetas menjadi larva. Larva kemudian beredar melewati dinding usus, menuju paru-paru melalui aliran darah. Selama tahap ini, gejala seperti batuk (bahkan batuk cacing) dapat terjadi. Dari paru-paru, larva memanjat melalui saluran bronkial ke tenggorokan, di mana mereka kemudian tertelan melalui ludah. Larva lalu kembali ke usus kecil  hingga tumbuh menjadi dewasa, kawin, dan bertelur dalam 2 bulan setelah telur menetas.

Seekor cacing betina dapat memproduksi hingga 240.000 telur dalam sehari, yang kemudian dibuang ke dalam tinja dan menetas di dalam tanah. Anak-anak sangat rentan terhadap infeksi cacing gelang karena mereka cenderung meletakkan segala sesuatu di mulut mereka, termasuk tanah, dan sering kurang bisa menjaga kebersihan dibandingkan orang dewasa.

Cacingan ringan biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala baru muncul pada cacingan yang parah. Anak-anak lebih mungkin dibanding orang dewasa untuk mengalami gangguan gastrointestinal dan gejala kurang gizi. Perut buncit dan lesu/kurang semangat bisa menjadi pertanda anak terkena infeksi cacing gelang yang parah.

2. Cacing kremi Enterobius vermicularis)

Seperti halnya cacing gelang, cacing kremi atau cacing kerawit hanya menginfeksi manusia, Anda tidak bisa tertulari cacing ini dari hewan peliharaan.

Siklus hidup cacing kremi:

Telur cacing kremi dapat menempel pada tangan Anda melalui kotoran manusia. Ketika tangan Anda yang tercemar masuk ke mulut Anda, telur dapat masuk ke dalam tubuh, menetas dalam usus kecil dan bergerak turun ke usus besar. Di sana cacing  kremi melekat pada dinding usus dan makan. Ketika mereka siap bertelur, cacing pindah dan bertelur pada kulit berlipat di sekitar dubur. Saat itulah Anda mungkin curiga terkena cacingan karena merasakan gatal-gatal di sekitar anus (pruritus) yang biasanya lebih intens di malam hari. Dibutuhkan waktu sekitar satu bulan dari menelan telur cacing ke merasakan gatal-gatal di anus. Cacing kremi dewasa berukuran 3-10 mm sehingga bisa dilihat dengan mata telanjang.

Telur cacing kremi dapat bertahan hidup hingga tiga minggu. Karena bentuknya yang sangat kecil, Anda tidak dapat melihatnya sehingga bisa tanpa sengaja tertulari ketika menggunakan baju, kasur, bantal, mainan anak, uang kertas, peralatan makan, atau peralatan mandi/toilet.

Untuk memastikan apakah gatal-gatal disebabkan oleh cacing kremi, Anda dapat meletakkan sepotong selotip di anus. Semua cacing atau telur akan menempel ke selotip. Lalu bawalah selotip itu ke dokter untuk diperiksa.

3. Cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)

Cacing tambang bisa menginfeksi manusia maupun mamalia lain seperti kucing dan anjing.

Siklus hidup cacing tambang:

Cacing tambang dewasa berada dalam usus kecil manusia, di mana mereka melekatkan diri di dinding usus dengan mulut mereka. Mereka makan darah dan menyebabkan perdarahan di usus yang ditempati.

Cacing betina memproduksi telur cacing, yang dikeluarkan lewat tinja. Jika tinja jatuh ke tanah, dan cuaca hangat, telur cacing akan menetas menjadi larva dalam waktu sekitar dua hari. Larva kemudian menjadi dewasa dalam seminggu, dan dapat bertahan untuk waktu yang lama jika kondisi mendukung. Larva yang mendapatkan kontak dengan kaki telanjang manusia akan menembus kulit kaki dan masuk ke paru-paru melalui sirkulasi darah. Larva kemudian bergerak ke saluran udara menuju tenggorokan dan tertelan. Mereka menuju ke usus kecil. Larva lalu melekat pada dinding usus dan berkembang menjadi cacing dewasa. Pada sekitar usia lima bulan, cacing mulai memproduksi telur.

Infeksi cacing tambang biasanya tidak memberikan gejala spesifik. Anemia (kekurangan darah) dan keluhan terkait peradangan usus  seperti mual, sakit perut dan diare adalah beberapa gejala yang mungkin timbul.

4. Cacing cambuk (trichinella spiralis)

Cacing cambuk ditularkan melalui konsumsi daging hewan yang mengandung larva cacing ini. Cacing cambuk dewasa mencapai panjang sekitar 1- 2 mm.

Siklus hidup cacing cambuk:

Manusia terinfeksi  karena memakan daging mentah atau setengah matang dari hewan yang terinfeksi, terutama babi, babi hutan, dan beruang. Larva lalu masuk ke usus kecil, menembus mukosa, dan menjadi dewasa dalam 6-8 hari.  Cacing betina dewasa melepaskan larva yang bisa bertahan hidup sampai 6 minggu. Larva yang baru lahir bermigrasi melalui aliran darah dan jaringan tubuh, tetapi akhirnya hanya bertahan di sel otot rangka lurik. Larva mengkista (encyst) sepenuhnya dalam 1-2 bulan dan tetap hidup hingga beberapa tahun sebagai parasit intraselular. Larva yang mati akhirnya diserap kembali tubuh. Siklus ini terus berlanjut hanya jika larva mengkista dicerna oleh karnivora lain.

Gejala awal infeksi cacing cambuk termasuk edema, nyeri otot, dan demam.

5. Cacing pita (Taenia saginata dan Taenia solium)

Cacing pita adalah parasit manusia dan hewan ternak. Ada dua jenis cacing pita yang menjadikan manusia sebagai inang antara maupun inang permanen:

a. Cacing pita sapi (Taenia saginata)

Taenia saginata adalah raksasa di antara semua cacing parasit. Panjang taenia saginata bisa mencapai 8 meter, hampir sepanjang saluran pencernaan manusia dewasa. Cacing pita ini berwarna putih pucat, tanpa mulut, tanpa anus dan tanpa saluran pencernaan. Badannya tidak berongga dan terdiri dari segmen-segmen berukuran 1X1,5 cm. Taenia saginata bisa hidup sampai 25 tahun di dalam usus inangnya.

Siklus hidup Taenia saginata:

Cacing pita sapi memiliki siklus yang rumit dan berakhir pada manusia sebagai inang tetapnya. Cacing pita dewasa melepaskan telur-telurnya bersama segmen badannya. Segmen ini bila mengering di udara luar akan melepaskan telur-telur cacing yang dapat termakan oleh sapi saat merumput. Enzim pencernaan sapi membuat telur menetas dan melepaskan zigot yang kemudian menembus lapisan mukosa saluran pencernaan untuk memasuki sirkulasi darah. Dari pembuluh darah, zigot akan menetap di otot membentuk kista, seperti pada cacing cambuk. Bila daging sapi berisi kista tersebut dimakan manusia dalam keadaaan mentah atau setengah matang, enzim-enzim pencernaan akan memecah kista dan melepaskan larva cacing. Selanjutnya, larva cacing yang menempel di usus kecil akan berkembang hingga mencapai 5 meter dalam waktu tiga bulan.

Selain masalah gizi, kehadiran cacing pita umumnya menyebabkan gejala perut ringan sampai sedang (mual, sakit, dll).

b. Cacing pita babi (Taenia solium)

Taenia solium adalah kerabat dekat Taenia saginata yang memiliki siklus hidup hampir sama, namun inang perantaranya adalah babi. Manusia terinfeksi dengan memakan daging babi berisi kista Taenia solium. Cacing ini sedikit lebih kecil dari Taenia saginata (3-4 m panjangnya), tetapi lebih berbahaya. Berbeda dengan Taenia saginata yang hanya membentuk kista di daging sapi, Taenia solium juga mengembangkan kista di tubuh manusia yang menelan telurnya. Kista tersebut dapat terbentuk di mata, otak atau otot sehingga menyebabkan masalah serius. Selanjutnya, jika tubuh membunuh parasit itu, garam kalsium yang terbentuk di tempat mereka akan membentuk batu kecil di jaringan lunak yang juga mengganggu kesehatan.

 

Budidaya Tanaman Jagung

Posted: Februari 11, 2012 in Uncategorized

BUDIDAYA JAGUNG
I. PENDAHULUAN
Di Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan penting, namun tingkat produksi belum optimal. PT. Natural Nusantara berupaya meningkatkan produksi tanaman jagung secara kuantitas, kualitas dan ramah lingkungan /berkelanjutan ( Aspek K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C – 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
A. Syarat benih
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).

B. Pengolahan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.

C. Pemupukan

Waktu
Dosis Pupuk Makro (per ha)

Dosis POC
NASA

Urea (kg)
TSP (kg)
KCl (kg)

Perendaman benih –
– –
2 – 4 cc/ lt air

Pupuk dasar 120 80 25
20 – 40 tutup/tangki
( siram merata )

2 minggu – – –
4 – 8 tutup/tangki
( semprot/siram)

Susulan I (3 minggu) 115
– 55

4 minggu – – –
4 – 8 tutup/tangki
( semprot/siram )

Susulan II (6minggu) 115 – –
4 – 8 tutup/tangki
( semprot/siram )

Catatan : akan lebih baik pupuk dasar menggunakan SUPER NASA dosis ± 1 botol/1000 m2 dengan cara :
– alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 lt air (jadi larutan induk). Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
– alternatif 2 : 1 gembor (10-15 lt) beri 1 sendok peres makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 m bedengan.

D. Teknik Penanaman
1. Penentuan Pola Tanaman
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan :
a. Tumpang sari ( intercropping ),
melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),
dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.
c. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ):
pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) :
penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.

2. Lubang Tanam dan Cara Tanam
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40×100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25×75 cm (1 tanaman/lubang). Panen E. Pengelolaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.

2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.

3. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.

4. Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.

F. Hama dan Penyakit
1. Hama
a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman. (2) tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. (3) Sanitasi kebun. (4) semprot dengan PESTONA
b. Ulat Pemotong
Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis ipsilon; Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) Tanam serentak atau pergiliran tanaman; (2) cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah); (3) Semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI.

2. Penyakit
a. Penyakit bulai (Downy mildew)
Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P. philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala: (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan; (3) cabut tanaman terserang dan musnahkan; (4) Preventif diawal tanam dengan GLIO

b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman. (2) mengatur kondisi lahan tidak lembab; (3) Prenventif diawal dengan GLIO

c. Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) menanam varietas tahan terhadap penyakit; (3) sanitasi kebun; (4) semprot dengan GLIO.

d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) memotong bagian tanaman dan dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA .

e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1) menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2) GLIO di awal tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

G. Panen dan Pasca Panen
1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen + 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis.

2. Cara Panen
Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.

3. Pengupasan
Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.

4. Pengeringan
Pengeringan jagung dengan sinar matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9% -11 % atau dengan mesin pengering.

5. Pemipilan
Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung.

6. Penyortiran dan Penggolongan
Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan kualitas panenan.
P
BUDIDAYA PADI
Produksi gabah padi di Indonesia rata-rata 4 – 5 ton/ha. PT. NATURAL NUSANTARA berupaya membantu tercapainya ketahanan pangan nasional melalui peningkatan produksi padi berdasarkan asas kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K-3 ).

SYARAT TUMBUH
Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur
19-270C , memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm dan pH tanah 4 – 7.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
A.Benih
Dengan jarak tanam 25 x 25 cm per 1000 m2 sawah membutuhkan 1,5-3 kg. Jumlah ideal benih yang disebarkan sekitar 50-60 gr/m2. Perbandingan luas tanah untuk pembenihan dengan lahan tanam adalah 3 : 100, atau 1000 m2 sawah : 3,5 m2 pembibitan
B.Perendaman Benih
Benih direndam POC NASA dan air, dosis 2 cc/lt air selama 6-12 jam. tiriskan dan masukkan karung goni, benih padi yang mengambang dibuang. Selanjutnya diperam menggunakan daun pisang atau dipendam di dalam tanah selama 1 – 2 malam hingga benih berkecambah serentak.
C.Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Persemaian diairi dengan berangsur sampai setinggi 3 – 5 cm. Setelah bibit berumur 7-10 hari dan 14-18 hari, dilakukan penyemprotan POC NASA dengan dosis 2 tutup/tangki.
D. Pemindahan benih
Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 21-40 hari, berdaun 5-7 helai, batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam, tidak terserang hama dan penyakit.
F. Pemupukan
Pemupukan seperti pada tabel berikut, dosis pupuk sesuai dengan hasil panen yang diinginkan. Semua pupuk makro dicampur dan disebarkan merata ke lahan sesuai dosis.
Khusus penggunaan Hormonik bisa dicampurkan dengan POC NASA kemudian disemprotkan ( 3-4 tutup NASA + 1 tutup HORMONIK /tangki ). Hasil akan bervariasi tergantung jenis varietas, kondisi dan jenis tanah, serangan hama dan penyakit serta

TABEL PENGGUNAAN POC NASA DAN SUPERNASA
Waktu Aplikasi
Jenis Pupuk Olah Tanah (kg) 14 hari ( kg ) 30 hari ( kg ) 45 hari ( kg ) 60 hari ( kg )
Urea 36,5 9 9 9 9
ZA 3,5 1 1 1 1
SP-36 6,5 1,5 1,5 1,5 1,5
KCl 20 5 5 5 5
Dolomit 13 3 3 3 3
SPR NASA 2 botol ( siram) 2 botol ( siram) – – –

Catatan : Dosis produksi padi 1,2 – 1,7 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen

Waktu Aplikasi
Jenis Pupuk Olah Tanah (kg) 10–14 hari ( kg ) 25–28 hari ( kg ) 42–45 hari ( kg )
Urea 12 6 6 6
SP-36 10 50 – –
KCl – – 7 8
SPR NASA 1 botol (siram) 5 5 5
POC NASA – 4-5 ttp/tgk (semprot) 4-5 ttp/tgk (semprot) 4-5 ttp/tgk (semprot)

Catatan : Dosis produksi padi 0,8 – 1,1 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen
Waktu Aplikasi
Jenis Pupuk Olah Tanah (kg) 10–14 hari ( kg ) 25–28 hari ( kg ) 42–45 hari ( kg )
Urea 10 4,5 4 4
SP-36 11,5 – – –
KCL – – 5 6,5
POC NASA 20-40 ttp (siram) 4-8 ttp/tgk (semprot) 4-8 ttp/tgk (semprot) 4-8 ttp/tgk (semprot)
HORMONIK – – 1 ttp/tgk campur NASA 1 ttp/tgk campur NASA

Catatan : Dosis produksi padi 0,8 – 1,1 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen

Cara Penggunaan SUPER NASA & POC NASA
1. Pemberian SUPER NASA dengan cara dilarutkan dalam air secukupnya kemudian disiramkan ( hanya disiramkan)
2. Jika dengan POC NASA dicampur air secukupnya bisa disiramkan atau disemprotkan.
3. Khusus SP-36 bisa dilarutkan SUPER NASA atau POC NASA, sedang pupuk makro lainnya disebar secara merata.
G. PENGOLAHAN LAHAN RINGAN
Dilakukan pada umur 20 HST, bertujuan untuk sirkulasi udara dalam tanah, yaitu membuang gas beracun dan menyerap oksigen.
H.PENYIANGAN
Penyiangan rumput-rumput liar seperti jajagoan, sunduk gangsir, teki dan eceng gondok dilakukan 3 kali umur 4 minggu, 35 dan 55.
I. PENGAIRAN
Penggenangan air dilakukan pada fase awal pertumbuhan, pembentukan anakan, pembungaan dan masa bunting. Sedangkan pengeringan hanya dilakukan pada fase sebelum bunting bertujuan menghentikan pembentukan anakan dan fase pemasakan biji untuk menyeragamkan dan mempercepat pemasakan biji.
J. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
• Hama putih (Nymphula depunctalis)
Gejala: menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik yang memanjang sejajar tulang daun, ulat menggulung daun padi. Pengendalian: (1) pengaturan air yang baik, penggunaan bibit sehat, melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun; (2) menggunakan BVR atau Pestona • •Padi Thrips (Thrips oryzae)
Gejala: daun menggulung dan berwarna kuning sampai kemerahan, pertumbuhan bibit terhambat, pada tanaman dewasa gabah tidak berisi. Pengendalian: BVR atau Pestona.
• Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi berpunggung putih (Sogatella furcifera) dan Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep).
Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi dan dapat menularkan virus. Gejala: tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil. Pengendalian: (1) bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR- 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah; (2) penyemprotan BVR
• Walang sangit (Leptocoriza acuta)
Menyerang buah padi yang masak susu. Gejala buah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas isapan dan bulir padi berbintik-bintik hitam.
Pengendalian: (1) bertanam serempak, peningkatankebersihan, mengumpulkan dan memusnahkan telur, melepas musuh alami seperti jangkrik, laba-laba; (2) penyemprotan BVR atau PESTONA
• Kepik hijau (Nezara viridula)
Menyerang batang dan buah padi. Gejala: pada batang tanaman terdapat bekas tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan pertumbuhan tanaman terganggu. Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan telur-telurnya, penyemprotan BVR atau PESTONA
• Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu (Sesamia inferens). Menyerang batang dan pelepah daun. Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah dicabut, daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tanaman muda disebut hama “sundep” dan pada tanaman bunting (pengisian biji) disebut “beluk”. Pengendalian: (1) menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihan lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompong mati, membakar jerami; (2) menggunakan BVR atau PESTONA
• Hama tikus (Rattus argentiventer)
Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah. Gejala: adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman. Pengendalian: pergiliran tanaman, tanam serempak, sanitasi, gropyokan, melepas musuh alami seperti ular dan burung hantu, penggunaan NAT (Natural Aromatic).
• Burung
Menyerang menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan. Pengendalian: mengusir dengan bunyi-bunyian atau orang-orangan.
• Penyakit Bercak daun coklat
Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae.
Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati. Pengendalian: (1) merendam benih di air hangat + POC NASA, pemupukan berimbang, tanam padi tahan penyakit ini.
• Penyakit Blast
Penyebab: jamur Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk.
Pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian: (1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandiri IR-48, IR-36, pemberian pupuk N di saat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir; (2) pemberian GLIO di awal tanam
• Busuk pelepah daun
Penyebab: jamur Rhizoctonia sp. Gejala: menyerang daun dan pelepah daun pada tanaman yang telah membentuk anakan. Menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun. Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit (2) pemberian GLIO pada saat pembentukan anakan
• Penyakit Fusarium
Penyebab: jamur Fusarium moniliforme. Gejala: menyerang malai dan biji muda menjadi kecoklatan, daun terkulai, akar membusuk. Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih + POC NASA dan disebari GLIO di lahan
•Penyakit kresek/hawar daun
Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae) Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang daun, garis melepuh dan berisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati. Pengendalian: (1) menanam varitas tahan penyakit seperti IR 36, IR 46, Cisadane, Cipunegara, menghindari luka mekanis, sanitasi lingkungan; (2) pengendalian diawal dengan GLIO
• Penyakit kerdil
Penyebab: virus ditularkan oleh wereng coklat Nilaparvata lugens. Gejala: menyerang semua bagian tanaman, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau kekuning-kuningan, batang pendek, buku-buku pendek, anakan banyak tetapi kecil. Pengendalian: sulit dilakukan, usaha pencegahan dengan memusnahkan tanaman yang terserang ada mengendalikan vector dengan BVR atau PESTONA.
• Penyakit tungro
Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng hijau Nephotettix impicticeps. Gejala: menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang sempurna, daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak berisi. Pengendalian: menanam padi tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42 dan mengendalikan vektor virus dengan BVR.

K. PANEN DAN PASCA PANEN
•Panen dilakukan jika butir gabah 80 % menguning dan tangkainya menunduk

• Alat yang digunakan ketam atau sabit
• Setelah panen segera dirontokkan malainya dengan perontok mesin atau tenaga manusia
• Usahakan kehilangan hasil panen seminimal mungkin
Setelah dirontokkan diayaki (Jawa : ditapeni)
• Dilakukan pengeringan dengan sinar matahari 2-3 hari
• Setelah kering lalu digiling yaitu pemisahan gabah dari kulit bijinya.
• Beras siap dikonsumsi.
BUDIDAYA RUMPUT LAUT
A. Latar Belakang
Rumput laut (sea weeds) yang dalam dunia ilmu pengetahuan dikenal sebagai Algae sangat populer dalam dunia perdagangan akhir – akhir ini.
Rumput laut dikenal pertama kali oleh bangsa Cina kira – kira tahun 2700 SM. Pada saat itu rumput laut banyak digunakan untuk sayuran dan obat – obatan. Pada tahun 65 SM, bangsa Romawi memanfaatkannya sebagai bahan baku kosmetik. Namun dengan perkembangan waktu, pengetahuan tentang rumput lautpun semakin berkembang. Spanyol, Perancis, dan Inggris menjadikan rumput laut sebagai bahan baku pembuatan gelas.
Kapan pemanfaatan rumput laut di Indonesia tidak diketahui. Hanya pada waktu bangsa Portugis datang ke Indonesia sekitar tahun 1292, rumput laut telah dimanfaatkan sebagai sayuran. Baru pada masa sebelum perang dunia ke – 2, tercatat bahwa Indonesia telah mengekspor rumput laut ke Amerika Serikat, Denmark, dan Perancis.

Sekarang ini rumput laut di Indonesia banyak dikembangkan di pesisir pantai Bali dan Nusa Tenggara. Mengingat panjangnya garis pantai Indonesia (81.000 km), maka peluang budidaya rumput laut sangat menjanjikan. Jika menilik permintaan pasar dunia ke Indonesia yang setiap tahunnya mencapai rata – rata 21,8 % dari kebutuhan dunia, sekarang ini pemenuhan untuk memasok permintaan tersebut masih sangat kurang, yaitu hanya berkisar 13,1%. Rendahnya pasokan dari Indonesia disebabkan karena kegiatan budidaya yang kurang baik dan kurangnya informasi tentang potensi rumput laut kepada para petani.

B. Kandungan
Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah (Rhodophyceae) karena mengandung agar – agar, keraginan, porpiran, furcelaran maupun pigmen fikobilin (terdiri dari fikoeretrin dan fikosianin) yang merupakan cadangan makanan yang mengandung banyak karbohidrat. Tetapi ada juga yang memanfaatkan jenis ganggang coklat (Phaeophyceae). Ganggang coklat ini banyak mengandung pigmen klorofil a dan c, beta karoten, violasantin dan fukosantin, pirenoid, dan lembaran fotosintesa (filakoid). Selain itu ganggang coklat juga mengandung cadangan makanan berupa laminarin, selulose, dan algin. Selain bahan – bahan tadi, ganggang merah dan coklat banyak mengandung jodium.

C. Manfaat
1. Agar – agar
Masyarakat pada umumnya mengenal agar – agar dalam bentuk tepung yang biasa digunakan untuk pembuatan puding. Akan tetapi orang tidak tahu secara pasti apa agar – agar itu. Agar – agar merupakan asam sulfanik yang meruapakan ester dari galakto linier dan diperoleh dengan mengekstraksi ganggang jenis Agarophytae. Agar – agar ini sifatnya larut dalam air panas dan tidak larut dalam air dingin.

Sekarang ini penggunaan agar – agar semakin berkembang, yang dulunya hanya untuk makanan saja sekarang ini telah digunakan dalam industri tekstil, kosmetik, dan lain – lain. Fungsi utamanya adalah sebagai bahan pemantap, dan pembuat emulsi, bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pembuat gel. Dalam industri, agar – agar banyak digunakan dalam industri makanan seperti untuk pembuatan roti, sup, saus, es krim, jelly, permen, serbat, keju, puding, selai, bir, anggur, kopi, dan cokelat. Dalam industri farmasi bermanfaat sebagai obat pencahar atau peluntur, pembungkus kapsul, dan bahan campuran pencetak contoh gigi. Dalam industri tekstil dapat digunakan untuk melindungi kemilau sutera. Dalam industri kosmetik, agar – agar bermanfaat dalam pembuatan salep, krem, lotion, lipstik, dan sabun. Selain itu masih banyak manfaat lain dari agar – agar, seperti untuk pembuatan pelat film, pasta gigi, semir sepatu, kertas, dan pengalengan ikan dan daging.

2. Keraginan
Keraginan merupakan senyawa polisakarida yang tersusun dari unit D-galaktosa dan L-galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1 – 4 glikosilik. Ciri kas dari keraginan adalah setiap unit galaktosanya mengikat gugusan sulfat, jumlah sulfatnya lebih kurang 35,1%.
Kegunaan keraginan hampir sama dengan agar – agar, antara lain sebagai pengatur keseimbangan, pengental, pembentuk gel, dan pengemulsi. Keraginan banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan kue, roti, makroni, jam, jelly, sari buah, bir, es krim, dan gel pelapis produk daging. Dalam industri farmasi banyak dimanfaatkan untuk pasta gigi dan obat – obatan. Selain itu juga dapat dimanfaatkan dalam industri tekstil, kosmetik dan cat.

3. Algin (Alginat)
Algin ini didapatkan dari rumput laut jenis algae coklat. Algin ini merupakan polimer dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linier panjang. Bentuk algin di pasaran banyak dijumpai dalam bentuk tepung natrium, kalium atau amonium alginat yang larut dalam air.
Kegunaan algin dalam industri ialah sebagai bahan pengental, pengatur keseimbangan, pengemulsi, dan pembentuk lapisan tipis yang tahan terhadap minyak. Algin dalam industri banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan es krim, serbat, susu es, roti, kue, permen, mentega, saus, pengalengan daging, selai, sirup, dan puding. Dalam industri farmasi banyak dimanfaatkan untuk tablet, salep, kapsul, plester, dan filter. Industri kosmetik untuk cream, lotion, sampo, cat rambut,. Dan dalam industri lain seperti tekstil, kertas, fotografi, insektisida, pestisida, dan bahan pengawet kayu.

D. Fungsi TON dalam Ekologi Rumput Laut
Rumput laut pertama kali ditemukan hidup secara alami bukan hasil budidaya. Mereka tersebar di perairan sesuai dengan lingkungan yang dibutuhkannya. Rumput laut memerlukan tempat menempel untuk menunjang kehidupannya. Di alam tempat menempel ini bisa berupa karang mati, cangkang moluska, dan bisa juga berupa pasir dan lumpur.

Selain itu rumput laut sangat membutuhkan sinar matahari untuk melangsungkan proses fotosintesa. Banyaknya sinar matahari ini sangat dipengaruhi oleh kecerahan air laut. Supaya kebutuhan sinar matahari tersedia dalam jumlah yang optimal maka harus diatur kedalaman dalam membudidayakannya. Kedalaman idealnya adalah berada 30 – 50 cm dari permukaan air.

Proses fotosintesa rumput laut tidak hanya dipengaruhi oleh sinar matahari saja, tetapi juga membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang cukup baik makro maupun mikro. Unsur hara ini banyak didapatkan dari lingkungan air yang diserap langsung oleh seluruh bagian tanaman. Untuk mensuplai unsur hara ini biasanya dilakukan pemupukan selama budidaya. Untuk membantu menyediakan unsur hara dalam jumlah yang optimal dan supaya cepat diserap oleh rumput laut ini, maka harus disediakan unsur hara yang sudah dalam keadaan siap pakai (ionik). Unsur hara ini banyak dikandung dalam TON (Tambak Organik Nusantara).

TON (Tambak Organik Nusantara), mengandung segala bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pertumbuhan rumput laut. Baik menyediakan unsur hara mikro lengkap, juga menyediakan unsur makro. Selain itu TON juga akan meningkatkan kualitas rumput laut, karena akan menurunkan tingkat pencemaran logam berat yang juga akan terserap oleh rumput laut. Jika logam berat ini tidak ada yang mengikat, maka akan ikut terserap dalam proses absorbsi unsur hara dari rumput laut, sehingga sangat berbahaya bagi konsumen. Dengan adanya TON, logam berat ini akan terikat dalam bentuk senyawa dan akan mengendap atau sulit terserap oleh proses absorbsi.

Pertumbuhan rumput laut juga dipengaruhi oleh jumlah oksigen terlarut (DO), salinitas (kadar garam) dan temperatur. Kandungan Oksigen selain dipengaruhi oleh gerakan air juga dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara. Sehingga TON juga sangat penting untuk menunjang ketersediaan oksigen di perairan. Temperatur ideal bagi pertumbuhan rumput laut adalah berkisar 200 – 280 C

Dengan tersedianya unsur hara dalam jumlah yang optimal dan kondisi lingkungan yang seimbang karena pengaruh TON, maka kualitas dan kuantitas bahan – bahan yang dikandung oleh rumput laut juga akan meningkat.

Selain itu, pemakaian TON untuk budidaya rumput laut juga akan membantu mengikat senyawa – senyawa dan unsur – unsur berbahaya dalam perairan. Senyawa – senyawa dan unsur-unsur ini jika teradsorbsi dalam sistem metabolisme rumput laut, akan mengganggu pertumbuhan rumput laut dan juga akan menurunkan kualitas hasilnya. Selain itu jika rumput laut ini akan digunakan untuk bahan makanan, akan sangat berbahaya bagi yang menkonsumsinya. Kandungan senyawa karbon aktif dari TON akan sangat membantu untuk mereduksi senyawa-senyawa dan unsur – unsur berbahaya tersebut.

E. Budidaya Rumput Laut dan Cara Pemakaian TON (Tambak Organik Nusantara)
Dalam menjalankan budidaya rumput laut, pertama yang harus diperhatikan adalah pemilihan lokasi budidaya. Sebaiknya lokasi budidaya diusahakan di perairan yang tidak mengalami fluktuasi salinitas (kadar garam) yang besar dan bebas dari pencemaran industri maupun rumah tangga. Selain itu pemilihan lokasi juga harus mempertimbangkan aspek ekonomis dan tenaga kerja.

Budidaya rumput laut dapat dilakukan di areal pantai lepas maupun di tambak. Dalam pembahasan sekarang ini kita akan menekankan pada budidaya di tambak. Hal ini mengingat peran TON yang tidak efektif jika diperairan lepas (pantai). Untuk budidaya perairan lepas dibedakan dalam beberapa metode, yaitu :
1. Metode Lepas Dasar
Dimana cara ini dikerjakan dengan mengikatkan bibit rumput laut pada tali – tali yang dipatok secara berjajar – jajar di daerah perairan laut dengan kedalaman antara 30 – 60 cm. Rumput laut ditanam di dasar perairan.

2. Metode Rakit
Cara ini dikerjakan di perairan yang kedalamannya lebih dari 60 cm. Dikerjakan dengan mengikat bibit rumput di tali – tali yang diikatkan di patok – patok dalam posisi seperti melayang di tengah – tengah kedalaman perairan.

3. Metode Tali Gantung
Jika dua metode di atas posisi bibit – bibit rumput laut dalam posisi horizontal (mendatar), maka metode tali gantung ini dilakukan dengan mengikatkan bibit – bibit rumput laut dalam posisi vertikal (tegak lurus) pada tali – tali yang disusun berjajar.

Pemakaian TON dengan 3 cara di atas hanya dapat dilakukan dengan sistem perendaman bibit. Karena jika TON diaplikasikan di perairan akan tidak efektif dan akan banyak yang hilang oleh arus laut. Metode perendaman bibit dilakukan dengan cara :
1. Larutkan TON dalam air laut yang ditempatkan dalam wadah .
2. Untuk 1 liter air laut diberikan seperempat sendok makan (5 – 10 gr) TON dan tambahkan 1 – 2 cc Hormonik.
3. Rendam selama 4 – 5 jam, dan bibit siap ditanam.

Pemakaian TON akan sangat efektif jika diaplikasikan dalam budidaya rumput laut di tambak. Cara budidaya di tambak ini dapat dilakukan dengan metode tebar. Caranya adalah sebagai berikut :
1. Tambak harus dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran.
2. Tambak dikeringkan dahulu.
3. Taburkan kapur agar pH-nya netral ( 0,5 – 2 ton per-hektar tergantung kondisi keasaman lahan).
4. Diamkan selama 1 minggu.
5. Aplikasikan TON, dengan dosis 1 – 5 botol per-hektar (untuk daerah – daerah yang tingkat pencemarannya tinggi, dosisnya ditinggikan), dengan cara dilarutkan dengan air dahulu, kemudian disebar secara merata di dasar tambak.
6. Diamkan 1 hari
7. Masukkan air sampai ketinggian 70 cm.
8. Tebarkan bibit rumput laut yang sudah direndam dengan TON dan hormonik seperti cara perendaman di atas. Dengan kepadatan 80 – 100 gram/m2.
9. Bila dasar tambak cukup keras, bibit dapat ditancapkan seperti penanaman padi.
10. Tidak perlu ditambah pupuk makro.

F. Pemeliharaan dan aplikasi TON (Tambak Organik Nusantara) susulan.
Selama budidaya, harus dilakukan pengawasan secara kontinyu. Khusus untuk budidaya di tambak harus dilakukaan minimal 1 – 2 minggu setelah penebaran bibit, hal ini untuk mengontrol posisi rumput laut yang ditebar. Biasanya karena pengaruh angin, bibit akan mengumpul di areal tertentu, jika demikian harus dipisahkan dan ditebar merata lagi di areal tambak.

Kotoran dalam bentuk debu air (lumpur terlarut/ suspended solid) sering melekat pada tanaman, apalagi pada perairan yang tenang seperti tambak. Pada saat itu, maka tanaman harus digoyang – goyangkan di dalam air agar tanaman selalu bersih dari kotoran yang melekat. Kotoran ini akan mengganggu metabolisme rumput laut. Beberapa tumbuhan laut seperti Ulva, Hypea, Chaetomorpha, dan Enteromorpha sering membelit tanaman. Tumbuhan – tumbuhan tersebut harus segera disingkirkan dan dipisahkan dari rumput laut agar tidak menurunkan kualitas hasil. Caranya dengan mengumpulkannya di darat. Bulu babi, ikan dan penyu merupakan hewan herbivora yang harus dicegah agar tidak memangsa rumput laut. Untuk menghindari itu biasanya dipasang jaring disekeliling daerah budidaya. Untuk budidaya di tambak di lakukan dengan memasang jaring di saluran pemasukan dan pengeluaran.

G. Pemanenan
Pada tahap pemanenan ini harus diperhatikan cara dan waktu yang tepat agar diperoleh hasil yang sesuai dengan permintaan pasar secara kualitas dan kuantitas.

Tanaman dapat dipanen setelah umur 6 – 8 minggu setelah tanam. Cara memanen adalah dengan mengangkat seluruh tanaman rumput laut ke darat. Rumput laut yang dibudidayakan di tambak dipanen dengan cara rumpun tanaman diangkat dan disisakan sedikit untuk dikembangbiakkan lebih lanjut. Atau bisa juga dilakukan dengan cara petik dengan memisahkan cabang – cabang dari tanaman induknya, tetapi cara ini akan berakibat didapatkannya sedikit keraginan dan pertumbuhan tanaman induk untuk budidaya selanjutnya akan menurun.

Jika rumput laut dipanen pada usia sekitar satu bulan, biasanya akan diperoleh perbandingan berat basah dan berat kering 8 : 1, dan jika dipanen pada usia dua bulan biasanya akan didapat perbandingan 6 : 1. Untuk jenis gracilaria biasanya diperoleh hasil panen sekitar 1500 – 2000 kg rumput laut kering per- hektarnya. Diharapkan dengan penggunaan TON (Tambak Organik Nusantara) akan meningkat sekitar 30 – 100 %.
BUDIDAYA PADI
Produksi gabah padi di Indonesia rata-rata 4 – 5 ton/ha. PT. NATURAL NUSANTARA berupaya membantu tercapainya ketahanan pangan nasional melalui peningkatan produksi padi berdasarkan asas kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K-3 ).

SYARAT TUMBUH
Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur
19-270C , memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm dan pH tanah 4 – 7.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
A.Benih
Dengan jarak tanam 25 x 25 cm per 1000 m2 sawah membutuhkan 1,5-3 kg. Jumlah ideal benih yang disebarkan sekitar 50-60 gr/m2. Perbandingan luas tanah untuk pembenihan dengan lahan tanam adalah 3 : 100, atau 1000 m2 sawah : 3,5 m2 pembibitan
B.Perendaman Benih
Benih direndam POC NASA dan air, dosis 2 cc/lt air selama 6-12 jam. tiriskan dan masukkan karung goni, benih padi yang mengambang dibuang. Selanjutnya diperam menggunakan daun pisang atau dipendam di dalam tanah selama 1 – 2 malam hingga benih berkecambah serentak.
C.Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Persemaian diairi dengan berangsur sampai setinggi 3 – 5 cm. Setelah bibit berumur 7-10 hari dan 14-18 hari, dilakukan penyemprotan POC NASA dengan dosis 2 tutup/tangki.
D. Pemindahan benih
Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 21-40 hari, berdaun 5-7 helai, batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam, tidak terserang hama dan penyakit.
F. Pemupukan
Pemupukan seperti pada tabel berikut, dosis pupuk sesuai dengan hasil panen yang diinginkan. Semua pupuk makro dicampur dan disebarkan merata ke lahan sesuai dosis.
Khusus penggunaan Hormonik bisa dicampurkan dengan POC NASA kemudian disemprotkan ( 3-4 tutup NASA + 1 tutup HORMONIK /tangki ). Hasil akan bervariasi tergantung jenis varietas, kondisi dan jenis tanah, serangan hama dan penyakit serta

TABEL PENGGUNAAN POC NASA DAN SUPERNASA
Waktu Aplikasi
Jenis Pupuk Olah Tanah (kg) 14 hari ( kg ) 30 hari ( kg ) 45 hari ( kg ) 60 hari ( kg )
Urea 36,5 9 9 9 9
ZA 3,5 1 1 1 1
SP-36 6,5 1,5 1,5 1,5 1,5
KCl 20 5 5 5 5
Dolomit 13 3 3 3 3
SPR NASA 2 botol ( siram) 2 botol ( siram) – – –

Catatan : Dosis produksi padi 1,2 – 1,7 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen

Waktu Aplikasi
Jenis Pupuk Olah Tanah (kg) 10–14 hari ( kg ) 25–28 hari ( kg ) 42–45 hari ( kg )
Urea 12 6 6 6
SP-36 10 50 – –
KCl – – 7 8
SPR NASA 1 botol (siram) 5 5 5
POC NASA – 4-5 ttp/tgk (semprot) 4-5 ttp/tgk (semprot) 4-5 ttp/tgk (semprot)

Catatan : Dosis produksi padi 0,8 – 1,1 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen
Waktu Aplikasi
Jenis Pupuk Olah Tanah (kg) 10–14 hari ( kg ) 25–28 hari ( kg ) 42–45 hari ( kg )
Urea 10 4,5 4 4
SP-36 11,5 – – –
KCL – – 5 6,5
POC NASA 20-40 ttp (siram) 4-8 ttp/tgk (semprot) 4-8 ttp/tgk (semprot) 4-8 ttp/tgk (semprot)
HORMONIK – – 1 ttp/tgk campur NASA 1 ttp/tgk campur NASA

Catatan : Dosis produksi padi 0,8 – 1,1 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen

Cara Penggunaan SUPER NASA & POC NASA
1. Pemberian SUPER NASA dengan cara dilarutkan dalam air secukupnya kemudian disiramkan ( hanya disiramkan)
2. Jika dengan POC NASA dicampur air secukupnya bisa disiramkan atau disemprotkan.
3. Khusus SP-36 bisa dilarutkan SUPER NASA atau POC NASA, sedang pupuk makro lainnya disebar secara merata.
G. PENGOLAHAN LAHAN RINGAN
Dilakukan pada umur 20 HST, bertujuan untuk sirkulasi udara dalam tanah, yaitu membuang gas beracun dan menyerap oksigen.
H.PENYIANGAN
Penyiangan rumput-rumput liar seperti jajagoan, sunduk gangsir, teki dan eceng gondok dilakukan 3 kali umur 4 minggu, 35 dan 55.
I. PENGAIRAN
Penggenangan air dilakukan pada fase awal pertumbuhan, pembentukan anakan, pembungaan dan masa bunting. Sedangkan pengeringan hanya dilakukan pada fase sebelum bunting bertujuan menghentikan pembentukan anakan dan fase pemasakan biji untuk menyeragamkan dan mempercepat pemasakan biji.
J. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
• Hama putih (Nymphula depunctalis)
Gejala: menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik yang memanjang sejajar tulang daun, ulat menggulung daun padi. Pengendalian: (1) pengaturan air yang baik, penggunaan bibit sehat, melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun; (2) menggunakan BVR atau Pestona • •Padi Thrips (Thrips oryzae)
Gejala: daun menggulung dan berwarna kuning sampai kemerahan, pertumbuhan bibit terhambat, pada tanaman dewasa gabah tidak berisi. Pengendalian: BVR atau Pestona.
• Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi berpunggung putih (Sogatella furcifera) dan Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep).
Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi dan dapat menularkan virus. Gejala: tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil. Pengendalian: (1) bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR- 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah; (2) penyemprotan BVR
• Walang sangit (Leptocoriza acuta)
Menyerang buah padi yang masak susu. Gejala buah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas isapan dan bulir padi berbintik-bintik hitam.
Pengendalian: (1) bertanam serempak, peningkatankebersihan, mengumpulkan dan memusnahkan telur, melepas musuh alami seperti jangkrik, laba-laba; (2) penyemprotan BVR atau PESTONA
• Kepik hijau (Nezara viridula)
Menyerang batang dan buah padi. Gejala: pada batang tanaman terdapat bekas tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan pertumbuhan tanaman terganggu. Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan telur-telurnya, penyemprotan BVR atau PESTONA
• Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu (Sesamia inferens). Menyerang batang dan pelepah daun. Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah dicabut, daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tanaman muda disebut hama “sundep” dan pada tanaman bunting (pengisian biji) disebut “beluk”. Pengendalian: (1) menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihan lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompong mati, membakar jerami; (2) menggunakan BVR atau PESTONA
• Hama tikus (Rattus argentiventer)
Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah. Gejala: adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman. Pengendalian: pergiliran tanaman, tanam serempak, sanitasi, gropyokan, melepas musuh alami seperti ular dan burung hantu, penggunaan NAT (Natural Aromatic).
• Burung
Menyerang menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan. Pengendalian: mengusir dengan bunyi-bunyian atau orang-orangan.
• Penyakit Bercak daun coklat
Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae.
Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati. Pengendalian: (1) merendam benih di air hangat + POC NASA, pemupukan berimbang, tanam padi tahan penyakit ini.
• Penyakit Blast
Penyebab: jamur Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk.
Pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian: (1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandiri IR-48, IR-36, pemberian pupuk N di saat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir; (2) pemberian GLIO di awal tanam
• Busuk pelepah daun
Penyebab: jamur Rhizoctonia sp. Gejala: menyerang daun dan pelepah daun pada tanaman yang telah membentuk anakan. Menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun. Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit (2) pemberian GLIO pada saat pembentukan anakan
• Penyakit Fusarium
Penyebab: jamur Fusarium moniliforme. Gejala: menyerang malai dan biji muda menjadi kecoklatan, daun terkulai, akar membusuk. Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih + POC NASA dan disebari GLIO di lahan
•Penyakit kresek/hawar daun
Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae) Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang daun, garis melepuh dan berisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati. Pengendalian: (1) menanam varitas tahan penyakit seperti IR 36, IR 46, Cisadane, Cipunegara, menghindari luka mekanis, sanitasi lingkungan; (2) pengendalian diawal dengan GLIO
• Penyakit kerdil
Penyebab: virus ditularkan oleh wereng coklat Nilaparvata lugens. Gejala: menyerang semua bagian tanaman, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau kekuning-kuningan, batang pendek, buku-buku pendek, anakan banyak tetapi kecil. Pengendalian: sulit dilakukan, usaha pencegahan dengan memusnahkan tanaman yang terserang ada mengendalikan vector dengan BVR atau PESTONA.
• Penyakit tungro
Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng hijau Nephotettix impicticeps. Gejala: menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang sempurna, daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak berisi. Pengendalian: menanam padi tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42 dan mengendalikan vektor virus dengan BVR.

K. PANEN DAN PASCA PANEN
•Panen dilakukan jika butir gabah 80 % menguning dan tangkainya menunduk

• Alat yang digunakan ketam atau sabit
• Setelah panen segera dirontokkan malainya dengan perontok mesin atau tenaga manusia
• Usahakan kehilangan hasil panen seminimal mungkin
Setelah dirontokkan diayaki (Jawa : ditapeni)
• Dilakukan pengeringan dengan sinar matahari 2-3 hari
• Setelah kering lalu digiling yaitu pemisahan gabah dari kulit bijinya.
BUDIDAYA TERONG
PENDAHULUAN
Prospek budidaya tanaman terong makin baik untuk dikelola secara intensif dan komersial dalam skala agribisnis, namun hasil rata-ratanya masih rendah. Hal ini disebabkan bentuk kultur budidaya yang masih sampingan, belum memadainya informasi teknik budidaya di tingkat petani.
PT. Natural Nusantara berusaha memberi alternatife solusi bagaimana teknik budidaya terong sehingga tercapai peningkatan produksi secara K-3, yaitu Kuantitas, Kualitas dan Kelestarian lingkungan.

SYARAT TUMBUH
– Dapat tumbuh di dataran rendah tinggi
– Suhu udara 22 – 30o C
– Jenis tanah yang paling baik, jenis lempung berpasir, subur, kaya bahan organik, aerasi dan drainase baik dan pH antara 6,8-7,3
– Sinar matahari harus cukup
– Cocok ditanam musim kemarau

PEMBIBITAN
– Rendamlah benih dalam air hangat kuku + POC NASA dosis 2 cc per liter selama 10 -15 menit
– Bungkuslah benih dalam gulungan kain basah untuk diperam selama + 24 jam hingga nampak mulai berkecambah
– Sebarkan benih di atas bedengan persemaian menurut barisan, jarak antar barisan 10-15 cm
– Campurkan 1 pak Natural GLIO + 25-30 kg pupuk kandang halus diamkan seminggu, kemudian masukkan benih satu persatu ke polibag yang telah berisi campuran tanah dan pupuk kandang halus yang telah dicampur Natural GLIO tadi dengan perbandingan 2 : 1
– Tutup benih tersebut dengan tanah tipis
– Permukaan bedengan yang telah disemai benih ditutup dengan daun pisang
– Setelah benih tampak berkecambah muncul, buka penutupnya
– Siram persemaian pagi dan sore hari
– Semprot POC NASA dosis 2-3 tutup per tangki setiap 7-10 hari sekali
– Perhatikan serangan hama dan penyakit sejak di pembibitan
– Bibit berumur 1-1,5 bulan atau berdaun empat helai siap dipindahtanamkan

PENGOLAHAN LAHAN
– Bersihkan rumput liar (gulma) dari sekitar kebun
– Olah tanah dengan cangkul ataupun bajak sedalam 30-40 cm hingga gembur
– Buat bedengan selebar 100-120 cm, jarak antar bedengan 40-60 cm, ratakan permukaan bedengan
– Jika pH tanah rendah, tambahkan Dolomit
– Sebarkan pupuk kandang 15-20 ton / ha, campurkan merata dengan tanah. Akan lebih optimal jika ditambah SUPERNASA atau jika tidak ada pupuk kandang dapat diganti SUPERNASA 10-20 botol / ha dengan cara :
Alternatif 1 : satu botol SUPERNASA diencerkan dalam 3 lt air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk untuk menyiram bedengan
Alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 liter air diberi 1 sendok peres makan SUPERNASA untuk menyiram + 10 m bedengan

– Sebarkan pupuk dasar dengan campuran ZA atau Urea 150 kg + TSP 250 kg per ha dicampur dengan tanah secara merata atau sekitar 10 gr campuran pupuk per lubang tanam
– Sebarkan Natural GLIO 1-2 sachet yang telah dicampur pupuk kandang 25-50 kg merata ke bedengan atau ke lubang tanam
– Jika pakai Mulsa plastic, tutup bedengan pada siang hari
– Biarkan selama seminggu sebelum tanam
– Buat lubang tanam dengan jarak 60×70 cm / 70×70 cm

PENANAMAN
– Waktu tanam yang baik musim kering
– Pilih bibit yang tumbuh subur dan normal
– Tanam bibit di lubang tanam secara tegak lalu tanah di sekitar batang dipadatkan
– Siram lubang tanam yang telah ditanami hingga cukup basah (lembab)

PENGAIRAN
Dilakukan rutin tiap hari, terutama pada fase awal pertumbuhan dan cuaca kering, dapat di-leb atau disiram dengan gembor

PENYULAMAN
– Sulam tanaman yang pertumbuhannya tidak normal, mati atau terserang hama penyakit
– Penyulaman maksimal umur 15 hari

PEMASANGAN AJIR (TURUS)
– Lakukan seawal mungkin agar tidak mengganggu (merusak) sistem perakaran
– Turus terbuat dari bilah bambu setinggi 80-100 cm dan lebar 2-4 cm
– Tancapkan secara individu dekat batang
– Ikat batang atau cabang terong pada turus

PENYIANGAN
– Rumput liar atau gulma di sekitar tanaman disiangi atau dicabut
– Penyiangan dilakukan pada umur 15 hari dan 60-75 hari setelah tanam

PEMUPUKAN
Jenis dan Dosis Pupuk Makro disesuaikan dengan jenis tanah, varietas dan kondisi daerah menurut acuan dinas pertanian setempat. Berikut salah satu alternatif :
Jenis Pupuk Pemupukan Susulan (kg/ha)
Umur 15 hari Umur 25 hari Umur 35 hari Umur 45 hari
Urea 75 75 75 75
SP-36 50 – – –
KCl – 75 100 75

Pemupukan diletakan sejauh 20 cm dari batang tanaman sebanyak 10 gram campuran pupuk per tanaman secara tugal atau larikan ditutup tanah dan disiram atau pupuk dikocorkan sebanyak 3,5 gram per liter air, kocorkan larutan pupuk sebanyak 250 cc per tanaman
Semprotkan 3-4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK per tangki setiap 1-2 minggu sekali

PEMANGKASAN ( PEREMPELAN )
Pangkas tunas-tunas liar yang tumbuh mulai dari ketiak daun pertama hingga bunga pertama juga dirempel untuk merangsang agar tunas-tunas baru dan bunga yang lebih produktif segera tumbuh

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT

H A M A
1. Kumbang Daun (Epilachna spp.)
Gejala serangan adanya bekas gigitan pada permukaan daun sebelah bawah
Bila serangan berat dapat merusak semua jaringan daun dan tinggal tulang-tulang daun saja
Cara pengendalian; kumpulkan dan musnahkan kumbang, atur waktu tanam, pencegahan dengan PESTONA atau PENTANA + AERO 810 setiap 1-2 minggu sekali.

2. Kutu Daun (Aphis spp.)
Menyerang dengan cara mengisap cairan sel, terutama pada bagian pucuk atau daun-daun masih muda
Daun tidak normal, keriput atau keriting atau menggulung
Sebagai vektor atau perantara virus
Cara pengendalian; mengatur waktu tanam dan pergiliran tanaman, pencegahan semprot PENTANA + AERO 810 atau Natural BVR setiap 1-2 minggu sekali.

3.Tungau ( Tetranynichus spp.)
Serangan hebat musim kemarau.
Menyerang dengan cara mengisap cairan sel tanaman, sehingga menimbulkan gejala bintik-bintik merah sampai kecoklat-coklatan atau hitam pada permukaan daun sebelah atas ataupun bawah.
Cara pengendalian sama seperti pada pengen dalian kutu daun.

4. Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon Hufn.)
Bersifat polifag, aktif senja atau malam hari
Menyerang dengan cara memotong titik tumbuh tanaman yang masih muda, sehingga terkulai dan roboh
Cara pengendalian; kumpulkan dan musnahkan ulat, pencegahan siram atau semprotkan PESTONA atau PENTANA + AERO 810.

5.Ulat Grayak (Spodoptera litura, F.)
Bersifat polifag.
Menyerang dengan cara merusak (memakan) daun hingga berlubang-lubang.
Cara pengendalian; mengatur waktu tanam dan pergiliran tanaman, semprot dengan Natural VITURA.

6.Ulat Buah ( Helicoverpa armigera Hubn.)
Bersifat polifag, menyerang buah dengan cara menggigit dan melubanginya, sehingga bentuk buah tidak normal, dan mudah terserang penyakit busuk buah.
Cara pengendalian; kumpulkan dan musnahkan buah terserang, lakukan pergiliran tanaman dan waktu tanam sanitasi kebun, pencegahan semprotkan PESTONA atau PENTANA + AERO 810 setiap 1-2 minggu sekali

PENYAKIT
1. Layu Bakteri
Penyebab : bakteri Pseudomonas solanacearum
Bisa hidup lama dalam tanah
Serangan hebat pada temperatur cukup tinggi
Gejala serangan terjadi kelayuan seluruh tanaman secara mendadak

2. Busuk Buah
Penyebab : jamur Phytophthora sp., Phomopsis vexans, Phytium sp.
Gejala serangan adanya bercak-bercak coklat kebasahan pada buah sehingga buah busuk.

3. Bercak Daun
Penyebab : jamur Cercospora sp, Alternaria solani, Botrytis cinerea
Gejala bercak-bercak kelabu-kecoklatan atau hitam pada daun.

4. Antraknose
Penyebab : jamur Gloesporium melongena
Gejala bercak-bercak melekuk dan bulat pada buah lalu membesar berwarna coklat dengan titik-titik hitam

5.Busuk Leher akar
Penyebab ; Sclerotium rolfsii
Gejala pangkal batang membusuk berwarna coklat

6.Rebah Semai
Penyebab : Jamur Rhizoctonia solani dan Pythium spp.
Gejala batang bibit muda kebasah-basahan, mengkerut dan akhirnya roboh dan mati
Cara pengendalian Penyakit:
Tanam varietas tahan, atur jarak tanam dan pergiliran tanaman, perbaikan drainase, atur kelembaban dengan jarak tanam agak lebar, cabut dan buang tanaman sakit Rendam benih dengan POC NASA dosis 2 cc / lt + Natural GLIO dosis 1 gr/lt, Pencegahan sebarkan Natural GLIO yang telah dicampur pupuk kandang sebelum tanam ke lubang tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

PEMANENAN
– Buah pertama dapat dipetik setelah umur 3-4 bulan tergantung dari jenis varietas
– Ciri-ciri buah siap panen adalah ukurannya telah maksimum dan masih muda.
– Waktu yang paling tepat pagi atau sore hari.
– Cara panen buah dipetik bersama tangkainya dengan tangan atau alat yang tajam.
– Pemetikan buah berikutnya dilakukan rutin tiap 3-7 hari sekali dengan cara memilih buah yang sudah siap dipetik.
23:25:00 | |
BUDIDAYA KENTANG
PENDAHULUAN
Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan sumber utama karbohidrat, sehingga menjadi komoditi penting. PT. NATURAL NUSANTARA berupaya meningkatkan produksi kentang nasional secara kuantitas, kualitas dan tetap berdasarkan kelestarian lingkungan (Aspek 3K).

SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
Curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun, lama penyinaran 9-10 jam/hari, suhu optimal 18-21 °C, kelembaban 80-90% dan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl.

2.2. Media Tanam
Struktur remah, gembur, banyak mengandung bahan organik, berdrainase baik dan memiliki lapisan olah yang dalam dan pH antara 5,8-7,0.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
– Umbi bibit berasal dari umbi produksi berbobot 30-50 gram, umur 150-180 hari, tidak cacat, dan varitas unggul. Pilih umbi berukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas dan hanya sampai generasi keempat saja. Setelah tunas + 2 cm, siap ditanam.
– Bila bibit membeli (usahakan bibit yang bersertifikat), berat antara 30-45 gram dengan 3-5 mata tunas. Penanaman dapat dilakukan tanpa/dengan pembelahan. Pemotongan umbi dilakukan menjadi 2-4 potong menurut mata tunas yang ada. Sebelum tanam umbi direndam dulu menggunakan POC NASA selama 1-3 jam (2-4 cc/lt air).

3.2. Pengolahan Media Tanam
Lahan dibajak sedalam 30-40 cm dan biarkan selama 2 minggu sebelum dibuat bedengan dengan lebar 70 cm (1 jalur tanaman)/140 cm (2 jalur tanaman), tinggi 30 cm dan buat saluran pembuangan air sedalam 50 cm dan lebar 50 cm.
Natural Glio yang sudah terlebih dahulu dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1 minggu, ditebarkan merata pada bedengan (dosis : 1-2 kemasan Natural Glio dicampur 50-100 kg pupuk kandang/1000 m2).

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Pemupukan Dasar
a. Pupuk anorganik berupa urea (200 kg/ha), SP 36 (200 kg/ha), dan KCl (75 kg/ha).
b. Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secukupnya secara merata di atas bedengan, dosis 1-2 botol/ 1000 m². Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA dengan cara :
alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk menyiram 10 meter bedengan.
Penyiraman POC NASA / SUPER NASA dilakukan sebelum pemberian pupuk kandang.
c. Berikan pupuk kandang 5-6 ton/ha (dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam) satu minggu sebelum tanam,

3.3.2. Cara Penanaman
Jarak tanaman tergantung varietas, 80 cm x 40 cm atau 70 x 30 cm dengan kebutuhan bibit + 1.300-1.700 kg/ha (bobot umbi 30-45 gr). Waktu tanam diakhir musim hujan (April-Juni).

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penyulaman
Penyulaman untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh/tumbuhnya jelek dilakukan 15 hari semenjak tumbuh.

3.4.2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan minimal dua kali selama masa penanaman 2-3 hari sebelum/bersamaan dengan pemupukan susulan dan penggemburan.

3.4.3. Pemangkasan Bunga
Pada varietas kentang yang berbunga sebaiknya dipangkas untuk mencegah terganggunya proses pembentukan umbi, karena terjadi perebutan unsur hara.

3.4.4. Pemupukan Susulan
a. Pupuk Makro
Urea/ZA: 21 hari setelah tanam (hst) 300 kg/ha dan 45 hst 150 kg/ha.
SP-36: 21 hst 250 kg/ha.
KCl: 21 hst 150 kg/ha dan 45 hst 75 kg/ha.
Pupuk makro diberikan jarak 10 cm dari batang tanaman.
b. POC NASA: mulai umur 1 minggu s/d 10 atau 11 minggu.
Alternatif I : 8-10 kali (interval 1 minggu sekali dengan dosis 4 tutup/tangki atau 1 botol (500 cc)/ drum 200 lt air.
Alternatif II : 5 – 6 kali (interval 2 mingu sekali dengan dosis 6 tutup/tangki atau 1,5 botol (750 cc)/ drum 200 lt air.
c. HORMONIK : penyemprotan POC NASA akan lebih optimal jika dicampur HORMONIK (dosis 1-2 tutup/tangki atau + 2-3 botol/drum 200 liter air).

3.4.5. Pengairan
Pengairan 7 hari sekali secara rutin dengan di gembor, Power Sprayer atau dengan mengairi selokan sampai areal lembab (sekitar 15-20 menit).

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat menyerang daun hingga habis daunnya. Pengendalian: (1) memangkas daun yang telah ditempeli telur; (2) penyemprotan Natural Vitura dan sanitasi lingkungan.

Kutu daun (Aphis Sp)
Gejala: kutu daun menghisap cairan dan menginfeksi tanaman, juga dapat menularkan virus. Pengendalian: memotong dan membakar daun yang terinfeksi, serta penyemprotan Pestona atau BVR.

Orong-orong (Gryllotalpa Sp)
Gejala: menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda dan tanaman muda. Akibatnya tanaman menjadi peka terhadap infeksi bakteri. Pengendalian: Pengocoran Pestona.

Hama penggerek umbi (Phtorimae poerculella Zael)
Gejala: daun berwarna merah tua dan terlihat jalinan seperti benang berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi yang terserang bila dibelah, terlihat lubang-lubang karena sebagian umbi telah dimakan. Pengendalian : Pengocoran Pestona.

Hama trip ( Thrips tabaci )
Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak berwarna putih, berubah menjadi abu-abu perak dan mengering. Serangan dimulai dari ujung-ujung daun yang masih muda. Pengendalian: (1) memangkas bagian daun yang terserang; (2) mengunakan Pestona atau BVR.

3.5.2. Penyakit
Penyakit busuk daun
Penyebab: jamur Phytopthora infestans. Gejala: timbul bercak-bercak kecil berwarna hijau kelabu dan agak basah hingga warnanya berubah menjadi coklat sampai hitam dengan bagian tepi berwarna putih yang merupakan sporangium dan daun membusuk/mati. Pengendalian: sanitasi kebun. Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.

Penyakit layu bakteri
Penyebab: bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala: beberapa daun muda pada pucuk tanaman layu dan daun tua, daun bagian bawah menguning. Pengendalian: sanitasi kebun, pergiliran tanaman. Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.

Penyakit busuk umbi
Penyebab: jamur Colleotrichum coccodes. Gejala: daun menguning dan menggulung, lalu layu dan kering. Bagian tanaman yang berada dalam tanah terdapat bercak-bercak berwarna coklat. Infeksi akan menyebabkan akar dan umbi muda busuk. Pengendalian: pergiliran tanaman , sanitasi kebun dan penggunaan bibit yang baik. Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam

Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium sp. Gejala: busuk umbi yang menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga menyerang kentang di gudang penyimpanan. Infeksi masuk melalui luka-luka yang disebabkan nematoda/faktor mekanis. Pengendalian: menghindari terjadinya luka pada saat penyiangan dan pendangiran. Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.

Penyakit bercak kering (Early Blight)
Penyebab: jamur Alternaria solani. Jamur hidup disisa tanaman sakit dan berkembang di daerah kering. Gejala: daun berbercak kecil tersebar tidak teratur, warna coklat tua, meluas ke daun muda. Permukaan kulit umbi berbercak gelap tidak beraturan, kering, berkerut dan keras. Pengendalian: pergiliran tanaman. Pencegahan : Natural Glio sebelum/awal tanam

Penyakit karena virus
Virus yang menyerang adalah: (1) Potato Leaf Roll Virus (PLRV) menyebabkan daun menggulung; (2) Potato Virus X (PVX) menyebabkan mosaik laten pada daun; (3) Potato Virus Y (PVY) menyebabkan mosaik atau nekrosis lokal; (4) Potato Virus A (PVA) menyebabkan mosaik lunak; (5) Potato Virus M (PVM) menyebabkan mosaik menggulung; (6) Potato Virus S (PVS) menyebabkan mosaik lemas. Gejala: akibat serangan, tanaman tumbuh kerdil, lurus dan pucat dengan umbi kecil-kecil/tidak menghasilkan sama sekali; daun menguning dan jaringan mati. Penyebaran virus dilakukan oleh peralatan pertanian, kutu daun Aphis spiraecola, A. gossypii dan Myzus persicae, kumbang Epilachna dan Coccinella dan nematoda. Pengendalian: tidak ada pestisida untuk mengendalikan virus, pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan menanam bibit bebas virus, membersihkan peralatan, memangkas dan membakar tanaman sakit, mengendalikan vektor dengan Pestona atau BVR dan melakukan pergiliran tanaman.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

3.6. Panen
Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari, tergantung varietas tanaman. Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen jika daunnya telah berwarna kekuning-kuningan yang bukan disebabkan serangan penyakit; batang tanaman telah berwarna kekuningan (agak mengering) dan kulit umbi akan lekat sekali dengan daging umbi, kulit tidak cepat mengelupas bila digosok dengan jari.
BUDIDAYA MELON
PENDAHULUAN
Agribisnis melon menunjukkan prospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras, miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman serta faktor pemeliharaan tidak diperhatikan maka keuntungan akan menurun.
PT. Natural Nusantara berusaha membantu meningkatkan produktivitas melon secara Kuantitas, Kualitas, dan Kelestarian lingkungan ( Aspek K-3 ).

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
Perlu penyinaran matahari penuh selama pertumbuhannya. Pada kelembaban yang tinggi tanaman melon mudah diserang penyakit. Suhu optimal antara 25-300C. Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon. Hujan terus menerus akan merugikan tanaman melon. Tumbuh baik pada ketinggian 300-900 m dpl.

2.2. Media Tanam
Tanah yang baik ialah tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan organik seperti andosol, latosol, regosol, dan grumosol, asalkan kekurangan dari sifat-sifat tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan pengapuran, penambahan bahan organik, maupun pemupukan. Tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu basah, pH tanah 5,8-7,2.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Pembuatan Media Semai
Siapkan Natural GLIO : 1-2 kemasan Natural GLIO dicampur dengan 50-100 kg pupuk kandang untuk lahan 1000 m2. Selanjutnya didiamkan + 1 minggu di tempat yang teduh dengan selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik).
Campurkan tanah halus (diayak) 2 bagian/2 ember (volume 10 lt), pupuk kandang matang yang telah diayak halus sebanyak 1 bagian/1 ember, TSP (± 50 gr) yang dilarutkan dalam 2 tutup POC NASA, dan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang 1-2 kg . Masukkan media semai ke dalam polybag ukuran 8×10 cm sampai terisi hingga 90%.

3.1.2. Teknik Penyemaian dan pemeliharaan Bibit
Rendam benih dalam 1 liter air hangat suhu 20-250C + 1 tutup POC NASA selama 8-12 jam lalu diperam + 48 jam. Selanjutnya disemai dalam polybag, sedalam 1-1,5 cm. Benih disemaikan dalam posisi tegak dan ujung calon akarnya menghadap ke bawah. Benih ditutup dengan campuran abu sekam dan tanah dengan perbandingan 2:1. Kantong persemaian diletakkan berderet agar terkena sinar matahari penuh sejak terbit hingga tenggelam. Diberi perlindungan plastik transparan yang salah satu ujungnya terbuka.
Semprotkan POC NASA untuk memacu perkembangan bibit, pada umur bibit 7-9 hari dengan dosis 1,0-1,5 cc/liter. Penyiraman dilakukan dengan hati-hati secara rutin setiap pagi.
Bibit melon yang sudah berdaun 4-5 helai atau tanaman melon telah berusia 10-12 hari dapat dipindahtanamkan dengan cara kantong plastik polibag dibuka hati-hati lalu bibit berikut tanahnya ditanam pada bedengan yang sudah dilubangi sebelumnya, bedengan jangan sampai kekurangan air.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Pembukaan Lahan
Sebelum dibajak digenangi air lebih dahulu semalam, kemudian keesokan harinya dilakukan pembajakan dengan kedalaman sekitar 30 cm. Setelah itu dilakukan pengeringan, baru dihaluskan.

3.2.2. Pembentukan Bedengan
Panjang bedengan maksimum 12-15 m; tinggi bedengan 30-50 cm; lebar bedengan 100-110 cm; dan lebar parit 55-65 cm.

3.2.3. Pengapuran
Penggunaan kapur per 1000 m2 pada pH tanah 4-5 diperlukan 150-200 kg dolomit , untuk antara pH 5-6 dibutuhkan 75-150 kg dolomit dan pH >6 dibutuhkan dolomit sebanyak 50 kg.

3.2.4. Pemupukan Dasar
Pupuk
Kandang
(ton/ ha) Dosis Pupuk Makro
( gram/ pohon ) Dosis POC NASA
Urea SP36 KCl
4-5 12 20 8 30-60 tutup /1000 m2
+ air secukupnya (siramkan)

Hasil akan lebih baik jika pada pemupukan dasar, POC NASA diganti SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis 1-2 botol/1000 m2 dengan cara :
Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 meter bedengan.

3.2.5. Pemberian Natural GLIO
Untuk mencegah serangan penyakit karena jamur terutama penyakit layu, sebaiknya tebarkan Natural GLIO yang sudah disiapkan sebelum persemaian. Dosis 1-2 kemasan per 1000 m2

3.2.6. Pemasangan Mulsa Plastik Hitam-Perak (PHP)
Pemasangan mulsa sebaiknya saat matahari terik agar mulsa dapat memuai sehingga menutup bedengan dengan tepat. Biarkan bedengan tertutup mulsa 3-5 hari sebelum dibuat lubang tanam.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Pembuatan Lubang Tanam
Diameter lubang + 10 cm, jarak lubang 60-80 cm. Model penanaman dapat berupa dua baris berhadap-hadapan membentuk segiempat atau segitiga.

3.3.2. Cara Penanaman
Bibit siap tanam dipindahkan beserta medianya. Usahakan akar tanaman tidak sampai rusak saat menyobek polibag.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan 3-5 hari setelah tanam. Setelah selesai penyulaman tanaman baru harus disiram air. Sebaiknya penyulaman dilakukan sore hari
3.4.2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma/ rumput liar.
3.4.3. Perempelan>
Perempelan dilakukan terhadap tunas/cabang air yang bukan merupakan cabang utama.
3.4.4. Pemupukan
Waktu Dosis Pupuk Makro ( gram/ pohon )
Urea SP-36 KCl

Umur 10 hari 12 12 10

Umur 20 hari 12 12 10

Umur 30 hari 12 8 12

Umur 40 hari 12 8 20
POC NASA :
( per ha )
Mulai umur 1 minggu – 6 atau 7 minggu
POC NASA disemprotkan ke tanaman :
• Alternatif 1 : 6-7 kali ( interval 1 minggu sekali) dgn dosis 4 tutup botol/ tangki
• Alternatif 2 : 4 kali (interval 2 minggu sekali ) dgn dosis 6 tutup botol/ tangki

3.4.5. Penggunaan Hormonik
Dosis HORMONIK : 1-2 cc/lt air atau 1-2 tutup HORMONIK + 3-5 tutup POC NASA setiap tangki semprot. Penyemprotan HORMONIK mulai usia 3-11 minggu, interval 7 hari sekali.

3.4.6. Penyiraman
Penyiraman sejak masa pertumbuhan tanaman, sampai akan dipetik buahnya kecuali hujan. Saat menyiram jangan sampai air siraman membasahi daun dan air dari tanah jangan terkena daun dan buahnya. Penyiraman dilakukan pagi-pagi sekali.

3.4.7. Pemeliharaan Lain
a. Pemasangan Ajir
Ajir dipasang sesudah bibit mengeluarkan sulur-sulurnya. Tinggi ajir + 150 – 200 cm. Ajir terbuat dari bahan yang kuat sehingga mampu menahan beban buah + 2-3 kg. Tempat ditancapkannya ajir + 25 cm dari pinggir guludan baik kanan maupun kiri. Supaya ajir lebih kokoh bisa menambahkan bambu panjang yang diletakkan di bagian pucuk segitiga antara bambu atau kayu yang menyilang, mengikuti barisan ajir-ajir di belakangnya.
b. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan pada tanaman melon bertujuan untuk memelihara cabang sesuai dengan yang dikehendaki. Tinggi tanaman dibuat rata-rata antara titik ke-20 sampai ke-25 (bagian ruas, cabang atau buku dari tanaman tersebut). Pemangkasan dilakukan kalau udara cerah dan kering, supaya bekas luka tidak diserang jamur. Waktu pemangkasan dilakukan setiap 10 hari sekali, yang paling awal dipangkas adalah cabang yang dekat dengan tanah dan sisakan dua helai daun, kemudian cabang-cabang yang tumbuh dipangkas dengan menyisakan 2 helai daun. Pemangkasan dihentikan, jika ketinggian tanamannya sudah mencapai pada cabang ke-20 atau 25.

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Kutu Aphis (Aphis gossypii Glover )
Ciri: mempunyai getah cairan yang mengandung madu dan di lihat dari kejauhan mengkilap. Aphis muda berwarna kuning, sedangkan yang dewasa mempunyai sayap dan berwarna agak kehitaman. Gejala: daun tanaman menggulung, pucuk tanaman menjadi kering akibat cairan daun dihisap hama. Pengendalian: (1) gulma selalu dibersihkan agar tidak menjadi inang hama; (2) semprot Pestona atau Natural BVR.

b. Thrips (Thrips parvispinus Karny)
Ciri: menyerang saat fase pembibitan sampai tanaman dewasa. Nimfa berwarna kekuning-kuningan dan dewasa berwarna coklat kehitaman. Serangan dilakukan di musim kemarau. Gejala: daun muda atau tunas baru menjadi keriting, dan bercak kekuningan; tanaman keriting dan kerdil serta tidak dapat membentuk buah secara normal. Gejala ini harus diwaspadai karena telah tertular virus yang dibawa hama thrips. Pengendalian: menyemprot dengan Pestona atau Natural BVR.

3.5.2. Penyakit
a. Layu Bakteri
Penyebab: bakteri Erwina tracheiphila E.F.Sm. Penyakit ini dapat disebarkan dengan perantara kumbang daun oteng-oteng (Aulacophora femoralis Motschulsky). Gejala: daun dan cabang layu, terjadi pengerutan pada daun, warna daun menguning, mengering dan akhirnya mati; daun tanaman layu satu per satu, meskipun warnanya tetap hijau. Apabila batang tanaman yang dipotong melintang akan mengeluarkan lendir putih kental dan lengket bahkan dapat ditarik seperti benang. Pengendalian: penggunaan Natural GLIO sebelum tanam.

b. Penyakit Busuk Pangkal Batang (gummy stem bligt)
Penyebab: Cendawan Mycophaerekka melonis (Passerini) Chiu et Walker. Gejala: pangkal batang seperti tercelup minyak kemudian keluar lendir berwarna merah coklat dan kemudian tanaman layu dan mati; daun yang terserang akan mengering. Pengendalian: (1) penggunaan mulsa PHP untuk mencegah kelembaban di sekitar pangkal batang dan mencegah luka di perakaran maupun pangkal batang karena penyiangan; (2) daun yang terserang dibersihkan. (3) gunakan Natural GLIO sebelum tanam sebagai pencegahan.

Catatan: Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

3.5.3. Gulma
Gulma (tumbuhan pengganggu) merugikan tanaman, karena bersaing zat hara, tempat tumbuh dan cahaya. Pencabutan gulma harus dilakukan sejak tumbuhan masih kecil, karena jika sudah besar akan merusak perakaran tanaman melon.

3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
a. Tanda/Ciri Penampilan Tanaman Siap Panen
1. Ukuran buah sesuai dengan ukuran normal
2. Jala/Net pada kulit buah sangat nyata/kasar
3. Warna kulit hijau kekuningan.
b. Umur Panen + 3 bulan setelah tanam.
c. Waktu Pemanenan yang baik adalah pada pagi hari.

3.6.2. Cara Panen
a. Potong tangkai buah melon dengan pisau, sisakan minimal 2,0 cm untuk memperpanjang masa simpan buah.
b. Tangkai dipotong berbentuk huruf “T” , maksudnya agar tangkai buah utuh.
c. Pemanenan dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benar-benar telah siap dipanen.
d. Buah yang telah dipanen disortir. Kerusakan buah akibat terbentur/cacat fisik lainnya, sebaiknya dihindari karena akan mengurangi harga jual.

3.6.3. Penyimpanan
Buah melon tidak boleh ditumpuk, yang belum terangkut disimpan dalam gudang. Buah ditata rapi dengan dilapisi jerami kering. Tempat penyimpanan harus bersih dan kering.
BUDIDAYA SEMANGKA
I. PENDAHULUAN
Tingkat dan kualitas produksi semangka di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan antara lain karena tanah yang keras, miskin unsur hara dan hormon, pemupukan yang tidak berimbang, serangan hama dan penyakit tanaman, pengaruh cuaca /iklim, serta teknis budidaya petani.
PT. Natural Nusantara berupaya membantu petani dalam peningkatan produksi secara Kuantitas dan Kualitas dengan tetap memelihara Kelestarian lingkungan (Aspek K-3).
II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
Curah hujan ideal 40-50 mm/bulan. Seluruh areal pertanaman perlu sinar matahari sejak terbit sampai tenggelam. Suhu optimal ± 250 C. Semangka cocok ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl.

2.2. Media Tanam
Kondisi tanah cukup gembur, kaya bahan organik, bukan tanah asam dan tanah kebun/persawahan yang telah dikeringkan. Cocok pada jenis tanah geluh berpasir. Keasaman tanah (pH) 6 – 6,7.
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Penyiapan Media Semai
– Siapkan Natural GLIO : 1-2 kemasan Natural GLIO dicampur dengan 25-50 kg pupuk kandang untuk lahan 1000 m2. Diamkan + 1 minggu di tempat teduh dengan selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik).
– Campurkan tanah halus (telah diayak) 2 bagian atau 2 ember (volume 10 lt), pupuk kandang matang yang telah diayak halus sebanyak 1 bagian atau 1 ember, TSP (± 50 gr) yang dilarutkan dalam 2 tutup POC NASA, dan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang (1-3 kg) .Masukkan media semai ke dalam polybag kecil 8×10 cm sampai terisi hingga 90%.

3.1.2. Teknik Perkecambahan Benih
Benih dimasukkan ke dalam kain lalu diikat, kemudian direndam dalam ramuan : 1 liter air hangat suhu 20-250C + 1 sendok POC NASA (direndam 8-12 jam). Benih dalam ikatan diambil, dibungkus koran kemudian diperam 1-2 hari. Jika ada yang berkecambah diambil untuk disemaikan dan jika kering tambah air dan dibungkus kain kemudian dimasukkan koran lagi.

3.1.3. Semai Benih dan Pemeliharaan Bibit
– Media semai disiram air bersih secukupnya. Benih terpilih yang calon akarnya sudah sepanjang 2-3 mm, langsung disemai dalam polybag sedalam 1-1,5 cm.
– Kantong persemaian diletakkan berderet agar terkena sinar matahari penuh. Diberi perlindungan plastik transparan, salah satu ujung/pinggirnya terbuka.
– Semprotkan POC NASA untuk memacu perkembangan bibit, dilakukan rutin setiap 3 – 4 hari sekali. Penyiraman 1-2 kali sehari. Pada umur 12-14 hari bibit siap ditanam.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Pembukaan Lahan
Pembajakan sedalam + 30 cm, dihaluskan dan diratakan. Bersihkan lahan dari sisa-sisa perakaran dan batu.

3.2.2. Pembentukan Bedengan
Lebar bedengan 6-8 m, tinggi bedengan minimum 20 cm.

3.2.3. Pengapuran
Penggunaan kapur per 1000 m2 pada pH tanah 4-5 diperlukan 150-200 kg dolomit , pH 5-6 dibutuhkan 75-150 kg dolomit dan pH >6 dibutuhkan dolomit sebanyak 50 kg.

3.2.4. Pemupukan Dasar
a. Pupuk kandang 600 kg/ha, diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam.
b. Pupuk anorganik berupa TSP (200 kg/ha), ZA (140 kg/ha) dan KCl (130 kg/ha).
c. Siramkan POC NASA yang telah dicampur air secukupnya diatas bedengan dengan dosis + 1-2 botol/1000 m2. Hasil akan lebih bagus jika POC NASA digantikan SUPER NASA, dosis 1-2 botol/1000 m2 dengan cara :
Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
Alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 meter bedengan.

3.2.5. Lain-lain
Bedengan perlu disiangi, disiram dan diberi plastik mulsa dengan lebar 110-150 cm agar menghambat penguapan air dan tumbuhnya tanaman liar. Di atas mulsa dilapisi jerami kering setebal 2-3 cm untuk perambatan semangka dan peletakan buah.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Pembuatan Lubang Tanaman
Dilakukan Satu minggu sebelum penanaman dengan kedalaman 8-10 cm. Berjarak 20-30 cm dari tepi bedengan dengan jarak antara lubang sekitar 90-100 cm.

3.3.2. Waktu Penanaman
Penanaman sebaiknya pagi atau sore hari kemudian bibit disiram hingga cukup basah.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penyulaman
Sebaiknya dilakukan 3 – 5 hari setelah tanam.

3.4.2. Penyiangan
Tanaman semangka cukup mempunyai dua buah saja, dengan pengaturan cabang primer yang cenderung banyak. Dipelihara 2-3 cabang tanpa memotong ranting sekunder. Perlu penyiangan pada ranting yang tidak berguna, ujung cabang sekunder dipangkas dan disisakan 2 helai daun. Cabang sekunder yang tumbuh pada ruas yang ada buah dipotong karena mengganggu pertumbuhan buah.

3.4.3. Perempelan
Dilakukan perempelan tunas-tunas muda yang tidak berguna karena mempengaruhi pertumbuhan pohon/buah semangka yang sedang berkembang.

3.4.4. Pengairan dan Penyiraman
Pengairan melalui saluran diantara bedengan atau digembor dengan interval 4-6 hari. Volume pengairan tidak boleh berlebihan.

3.4.5. Pemupukan
Waktu Dosis Pupuk Makro (kg/ ha)
ZA TSP KCl
Susulan I (3 hari) 40 – 40
Susulan II Daun 4-6 helai 120 85 80
Susulan III Batang 45–55 cm 170 – 30
Susulan IV Tanaman bunga 130 – 30
Susulan V Buah masih pentil 80 – 30
POC NASA ( per ha )
Mulai umur 1 minggu – 6 atau 7 minggu
POC NASA disemprotkan ke tanaman alternatif 1: 6-7 kali ( interval 1 minggu sekali) dgn dosis 4 tutup botol/ tangki
alternatif 2: 4 kali (interval 2 minggu sekali ) dgn dosis 6 tutup botol/ tangki
3.4.6. Waktu Penyemprotan HORMONIK
Semprotkan HORMONIK sejenis ZPT/hormon alami. Dosis HORMONIK : 1-2 cc/lt air atau 1-2 tutup HORMONIK + 3-4 tutup POC NASA setiap tangki semprot. Penyemprotan pada umur 21 – 70 hari, interval 7 hari sekali.

3.4.7. Pemeliharaan Lain
Pilih buah yang cukup besar, terletak antara 1,0-1,5 m dari perakaran tanaman, bentuk baik dan tidak cacat. Setiap tanaman diperlukan calon buah 1-2 buah, sisanya di pangkas. Semenjak calon buah ± 2 kg sering dibalik guna menghindari warna yang kurang baik akibat ketidakmerataan terkena sinar matahari.

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1 Hama
a. Thrips
Berukuran kecil ramping, warna kuning pucat kehitaman, mempunyai sungut badan beruas-ruas. Cara penularan secara mengembara dimalam hari, menetap dan berkembang biak. Pengendalian: semprotkan Natural BVR atau Pestona.

b. Ulat Perusak Daun
Berwarna hijau dengan garis hitam/berwarna hijau bergaris kuning, gejala : daun dimakan sampai tinggal lapisan lilinnya dan terlihat dari jauh seperti berlubang. Pengendalian: dilakukan penyemprotan Natural Vitura atau Pestona.

c. Tungau
Binatang kecil berwarna merah agak kekuningan/kehijauan berukuran kecil mengisap cairan tanaman. Tandanya, tampak jaring-jaring sarang binatang ini di bawah permukaan daun, warna dedaunan akan pucat. Pengendalian: semprot Natural BVR atau Pestona.

d. Ulat Tanah
Berwarna hitam berbintik-bintik/bergaris-garis, panjang tubuh 2-5 cm, aktif merusak dan bergerak pada malam hari. Menyerang daun, terutama tunas-tunas muda, ulat dewasa memangsa pangkal tanaman. Pengendalian: (1) penanaman secara serempak pada daerah yang berdekatan untuk memutus siklus hidup hama dan pemberantasan sarang ngengat disekitarnya; (2) pengendalian dengan penyemprotan Natural Vitura/Virexi atau Pestona.

e. Lalat Buah
Ciri-ciri mempunyai sayap yang transparan berwarna kuning dengan bercak-bercak dan mempunyai belalai. Tanda-tanda serangan : terdapat bekas luka pada kulit buah (seperti tusukan belalai), daging buah beraroma sedikit masam dan terlihat memar. Pengendalian : membersihkan lingkungan, tanah bekas hama dibalikan dengan dibajak/dicangkul, pemasangan perangkap lalat buah dan semprot Pestona.

3.5.2. Penyakit
a. Layu Fusarium
Penyebab: lingkungan/situasi yang memungkinkan tumbuh jamur (hawa yang terlalu lembab). Gejala: timbul kebusukan pada tanaman yang tadinya lebat dan subur. Pengendalian: (1) dengan pergiliran masa tanam dan menjaga kondisi lingkungan, menanam pada areal baru yang belum ditanami, (2) pemberian Natural GLIO sebelum atau pada saat tanam.

b. Bercak Daun
Penyebab: spora bibit penyakit terbawa angin dari tanaman lain yang terserang. Gejala: permukaan daun terdapat bercak-bercak kuning dan selanjutnya menjadi coklat akhirnya mengering dan mati, atau terdapat rumbai-rumbai halus berwarna abu-abu/ungu. Pengendalian: seperti pada penyakit layu fusarium.

c. Antraknosa
Penyebab: seperti penyakit layu fusarium. Gejala: daun terlihat bercak-bercak coklat yang akhirnya berubah warna kemerahan dan akhirnya daun mati. Bila menyerang buah, tampak bulatan berwarna merah jambu yang lama kelamaan semakin meluas. Pengendalian: seperti pengendalian penyakit layu fusarium.

d. Busuk Semai
Menyerang pada benih yang sedang disemaikan. Gejala: batang bibit berwarna coklat, merambat dan rebah kemudian mati. Pengendalian: pemberian Natural GLIO sebelum penyemaian di media semai.

e. Busuk Buah
Penyebab: jamur/bakteri patogen yang menginfeksi buah menjelang masak dan aktif setelah buah mulai dipetik. Pengendalian: hindari dan cegah terjadinya kerusakan kulit buah, baik selama pengangkutan maupun penyimpanan, pemetikan buah dilakukan pada waktu siang hari tidak berawan/hujan.

f. Karat Daun
Penyebab: virus yang terbawa oleh hama tanaman yang berkembang pada daun tanaman. Gejala: daun melepuh, belang-belang, cenderung berubah bentuk, tanaman kerdil dan timbul rekahan membujur pada batang. Pengendalian: sama seperti penyakit layu fusarium.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia. Agar penyemprotan pestisida kimia dapat merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810 dengan dosis + 5 ml ( 1/2 tutup)/tangki.

3.6. Panen
3.6.1.Ciri dan Umur Panen
Umur panen setelah 70-100 hari setelah penanaman. Ciri-cirinya: terjadi perubahan warna buah, dan batang buah mulai mengecil maka buah tersebut bisa dipetik (dipanen).

3.6.2.Cara Panen
Pemetikan buah sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah sehingga buah dalam kondisi kering permukaan kulitnya, dan tahan selama dalam penyimpananan ataupun ditangan para pengecer. Sebaiknya pemotongan buah semangka dilakukan beserta tangkainya.
BUDIDAYA KACANG TANAH
I. PENDAHULUAN
Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro serta hormon pertumbuhan. Disamping itu juga karena faktor hama dan penyakit tanaman, faktor iklim, serta faktor pemeliharaan lainnya.
PT. NASA berusaha berperan meningkatkan produksi secara Kuantitas dan Kualitas dengan tetap memelihara Kelestarian lingkungan ( Aspek K – 3 ).

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Curah hujan antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga sulit terserbuki oleh serangga dan akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.
b. Suhu udara sekitar 28-320C. Bila suhunya di bawah 100C, pertumbuhan tanaman akan terhambat, bahkan kerdil.
c. Kelembaban udara berkisar 65-75 %.
d.Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.

2.2. Media Tanam
a. Jenis tanah yang sesuai adalah tanah gembur / bertekstur ringan dan subur.
b. pH antara 6,0-6,5.
c. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.
d. Drainase dan aerasi baik, lahan tidak terlalu becek dan kering baik bagi pertumbuhan kacang tanah.

2.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian penanaman optimum 50 – 500 m dpl, tetapi masih dapat tumbuh di bawah ketinggian 1.500 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Syarat-syarat benih/bibit kacang tanah yang baik adalah:
a. Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.
b. Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.
c. Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.
d. Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.
e. Kadar air benih berkisar 9-12 %.

3.1.2. Penyiapan Benih
Benih sebaiknya disimpan di tempat kering yang konstan dan tertutup rapat. Untuk menjamin kualitas benih, lebih baik membeli dari Balai Benih atau Penangkar Benih yang telah ditunjuk oleh Balai Sertifikasi Benih.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan dan Pembukaan lahan
Pembukaan lahan dengan pembajakan dan pencangkulan untuk pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya, serta untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit.

3.2.2. Pembentukan Bedengan
Buat bedengan ukuran lebar 80 cm, panjang menyesuaikan, ketebalan bedengan 20-30 cm. Diantara bedengan dibuatkan parit.

3.2.3. Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam dilakukan pengapuran dengan dosis + 1 – 2,5 ton/ha selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tanam.

3.2.4. Pemberian Natural GLIO
Untuk mencegah terjadinya serangan jamur berikan Natural GLIO. Pengembangbiakan Natural GLIO dengan cara: 1-2 sachet Natural GLIO dicampur dengan 50-100 kg pupuk kandang untuk lahan 1000 m2. Selanjutnya didiamkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari + 1 minggu dengan selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik) . Pemberian Natural GLIO pada sore hari.

3.2.5. Pemberian Pupuk Makro dan SUPER NASA
Jenis dan dosis pupuk setiap hektar adalah:
a. Pupuk kandang 2 – 4 ton/ha, diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam, dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam.
b. Pupuk anorganik : SP-36 (100 kg/ha), ZA (100 kg/ha) dan KCl (50 kg/ha) atau sesuai rekomendasi setempat.
c. Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 1-2 botol (500-1000 cc) diencerkan dengan air secukupnya untuk setiap 1000 m2 (10-20 botol/ha). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA.

Adapun cara penggunaan SUPER NASA sbb :
alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk menyiram + 10 meter bedengan.

Semua dosis pupuk makro diberikan saat tanam. Pupuk diberikan di kanan dan kiri lubang tugal sedalam 3 cm.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Pola tanam memperhatikan musim dan curah hujan. Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cm, 30 x 20 cm, atau 20 x 20 cm.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm menggunakan tugal dengan jarak seperti yang telah ditentukan di atas.

3.3.3. Perendaman Benih dengan POC NASA
Pilih benih yang baik dan agar benih dapat berkecambah dengan cepat dan serempak, benih direndam dalam larutan POC NASA (1-2 cc/liter air) selama + 0,5 1 jam.

3.3.4. Cara Penanaman
Masukan benih 1 atau 2 butir ke dalam lubang tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam yang paling baik dilahan kering pada awal musim hujan, di lahan sawah dapat dilakukan pada bulan April-Juni (palawija I) atau bulan Juli-September (palawija II).

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penyulaman
Sulam benih yang tidak tumbuh atau mati, untuk penyulaman lebih cepat lebih baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh ± 3-7 hari setelah tanam).

3.4.2. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan 2 kali umur 1 dan 6 minggu dengan hati-hati agar tidak merusak bunga dan polong.
Pembumbunan dilakukan bersamaan saat penyiangan, bertujuan untuk menutup bagian perakaran.

3.4.3. Pemberian POC NASA dan HORMONIK
Penyemprotan POC NASA dilakukan 2 minggu sekali semenjak berumur 1-2 minggu (4-5 tutup POC NASA/tangki). Kebutuhan total POC NASA untuk pemeliharaan 1-2 botol per 1000 m2 (10-20 botol/ha). Akan lebih bagus jika penggunaan POC NASA ditambahkan HORMONIK (3-4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK/tangki). Pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan penyemprotan, karena dapat mengganggu penyerbukan.

3.4.5. Pengairan dan Penyiraman
Pengairan dilakukan agar tanah tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban pada musim kemarau dapat diberikan mulsa (jerami dan lain-lain). Saat berbunga tidak dilakukan penyiraman, karena dapat mengganggu penyerbukan.

3.4.6. Pemeliharaan Lain
Hal-hal lain yang sangat menunjang faktor pemeliharaan bisa dilakukan, misalnya pemangkasan, perambatan, pemeliharaan tunas dan bunga serta sanitasi lingkungan lahan (dijaga agar menunjang kesehatan tanaman).

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Uret
Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong. Akhirnya tanaman layu dan mati. Pengendalian: olah tanah dengan baik, penggunaan pupuk kandang yang sudah matang, menanam serempak, penyiangan intensif, Penggunaan Pestona dengan cara disiramkan ke tanah, jika tanaman terlanjur mati segera dicabut dan uret dimusnahkan.
b. Ulat Penggulung Daun
Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
c. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok. Pengendalian: (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan menggunakan Natural Vitura.
d. Ulat Jengkal (Plusia sp)
Gejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
e. Kumbang Daun
Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian: (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan menggunakan Pestona.

3.5.2. Penyakit
a. Penyakit layu atau “Omo Wedang”
Penyebab: bakteri Xanthomonas solanacearum (E.F.S.). Gejala: daun terkulai seperti disiram air panas, akhirnya mati. Bila dipotong tampak noda coklat pada bagian pembuluh kayu dan bila dipijit keluar lendir kekuningan. Akar tanaman membusuk. Pengendalian: Pergiliran tanaman, gunakan varietas yang tahan. Penting melakukan pencegahan menggunakan Natural GLIO.
b. Penyakit sapu setan
Penyebab: Mycoplasma (sejenis virus). Diduga ditularkan serangga sejenis Aphis. Gejala: bunga berwarna hijau tua seperti daun-daun kecil, ruas-ruas batang dan cabang menjadi pendek, daun-daun kecil rimbun. Pengendalian: tanaman dicabut, dibuang dan dimusnahkan, semua tanaman inang dibersihkan (sanitasi lingkungan), menanam tanaman yang tahan, menanggulangi vektornya menggunakan Pestona atau Natural BVR.
c. Penyakit Bercak Daun
Penyebab : Jamur Cercospora personata dan Cercospora arachidicola. Gejala: timbul bercak-bercak berukuran 1-5 mm, berwarna coklat dan hitam pada daun dan batang. Pengendalian: dengan menggunakan Natural GLIO di awal tanam sebagai tindakan pencegahan.
d. Penyakit Gapong
Penyebab: diduga Nematoda. Gejala: Polong kosong, juga bisa busuk. Pengendalian: tanahnya didangir dan dicari nematodanya.
e. Penyakit Sclerotium
Penyebab: cendawan Sclerotium rolfsii. Gejala: tanaman layu. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, air jangan sampai menggenang, membakar tanaman yang terserang cendawan. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam
f. Penyakit Karat
Penyebab: cendawan Puccinia arachidis Speg. Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak coklat muda sampai coklat (warna karat). Daun gugur sebelum waktunya. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

3.6. Panen
Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari jenisnya yaitu umur pendek ± 3-4 bulan dan umur panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siap dipanen antara lain:
a) Batang mulai mengeras.
b) Daun menguning dan sebagian mulai berguguran, Polong sudah berisi penuh dan keras.
c) Warna polong coklat kehitam-hitaman.
BUDIDAYA KEDELAI
PENDAHULUAN
Ketergantungan terhadap kedelai impor sangat memprihatinkan, karena seharusnya kita mampu mencukupinya sendiri. Ini karena produktivitas rendah dan semakin meningkatnya kebutuhan kedelai. PT. Natural Nusantara berusaha membantu dalam peningkatan produksi secara kuantitas , kualitas dan kelestarian lingkungan sehingga kita bisa bersaing di era pasar bebas.

SYARAT TUMBUH
Tanaman dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asal drainase (tata air) dan aerasi (tata udara) tanah cukup baik, curah hujan 100-400 mm/bulan, suhu udara 230C – 300C, kelembaban 60% – 70%, pH tanah 5,8 – 7 dan ketinggian kurang dari 600 m dpl.

PENGOLAHAN TANAH
– Tanah dibajak, digaru dan diratakan
– Sisa-sisa gulma dibenamkan
– Buat saluran air dengan jarak sekitar 3-4 m
– Tanah dikeringanginkan tiga minggu baru ditanami
– Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 1 botol (500 cc) POC NASA diencerkan dengan air secukupnya untuk setiap 1000 m² (10 botol/ha). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA, cara penggunaannya sebagai berikut:
– Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
– Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPER NASA untuk menyiram 5-10 meter bedengan.

PENANAMAN
– Rendam benih dalam POC NASA dosis 2 cc / liter selama 0,5 jam dan dicampur Legin (Rhizobium ) untuk tanah yang belum pernah ditanami kedelai
– Buat jarak tanam antar tugalan berukuran 30 x 20 cm, 25 x 25 cm atau 20 x 20 cm
– Buat lubang tugal sedalam 5 cm dan masukkan biji 2-3 per lubang
– Tutup benih dengan tanah gembur dan tanpa dipadatkan
– Waktu tanam yang baik akhir musim hujan

PENJARANGAN & PENYULAMAN
Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari, benih yang tidak tumbuh diganti atau disulam dengan benih baru yang akan lebih baik jika dicampur Legin. Penyulaman sebaiknya sore hari.

PENYIANGAN
Penyiangan pertama umur 2-3 minggu, ke-2 pada saat tanaman selesai berbunga (sekitar 6 minggu setelah tanam). Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2.

PEMBUBUNAN
Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya.

PEMUPUKAN
Contoh jenis dan dosis pupuk sebagai berikut :

Waktu
Dosis Pupuk Makro (per ha)

Urea (kg)

SP-36 (kg)

KCl (kg)

2 Minggu Setelah Tanam
50
40
20

6 Minggu Setelah Tanam
30

20
40

Total
80 kg
60 kg
60 kg

POC NASA diberikan 2 minggu sekali semenjak tanaman berumur 2 minggu, dengan cara disemprotkan (4 – 8 tutup POC NASA/tangki).
Kebutuhan total POC NASA untuk pemeliharaan 1-2 botol per 1000 m2 (10 – 20 botol/ha). Akan lebih bagus jika penggunaan POC NASA ditambahkan HORMONIK (3 – 4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK/tangki). Pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan penyemprotan, karena dapat mengganggu penyerbukan, akan lebih aman jika disiramkan.

PENGAIRAN DAN PENYIRAMAN
Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saat menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering.

PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT
1. Aphis glycine
Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan polong. Gejala: layu, pertumbuhannya terhambat. Pengendalian: (1) Jangan tanam tanaman inang seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau kacang-kacangan; (2) buang bagian tanaman terserang dan bakar, (3) gunakan musuh alami (predator maupun parasit); (4) semprot Natural BVR atau PESTONA dilakukan pada permukaan daun bagian bawah.

2. Kumbang daun tembukur (Phaedonia inclusa)
Bertubuh kecil, hitam bergaris kuning. Bertelur pada permukaan daun. Gejala: larva dan kumbang memakan daun, bunga, pucuk, polong muda, bahkan seluruh tanaman. Pengendalian: penyemprotan PESTONA

3. Ulat polong (Ettiela zinchenella)
Gejala: pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau, polong bagian luar berubah warna, di dalam polong terdapat ulat gemuk hijau dan kotorannya. Pengendalian : (1) tanam tepat waktu.

4. Kepik polong (Riptortis lincearis)
Gejala: polong bercak-bercak hitam dan menjadi hampa.

5. Lalat kacang (Ophiomyia phaseoli)
Menyerang tanaman muda yang baru tumbuh. Pengendalian : Saat benih ditanam, tanah diberi POC NASA, kemudian setelah benih ditanam, tanah ditutup dengan jerami . Satu minggu setelah benih menjadi kecambah dilakukan penyemprotan dengan PESTONA. Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur 1 bulan.

6. Kepik hijau (Nezara viridula)
Pagi hari berada di atas daun, saat matahari bersinar turun ke polong, memakan polong dan bertelur. Umur kepik dari telur hingga dewasa antara 1 sampai 6 bulan. Gejala: polong dan biji mengempis serta kering. Biji bagian dalam atau kulit polong berbintik coklat.

7. Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala : kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol, memakan daun, dan berpencar mencari rumpun lain. Pengendalian : (1) dengan cara sanitasi; (2) disemprotkan pada sore/malam hari (saat ulat menyerang tanaman) beberapa Natural VITURA.

8. Penyakit Layu Bakteri (Pseudomonas sp.)
Gejala : layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat. Pengendalian : Varietas tahan layu, sanitasi kebun, dan pergiliran tanaman.
Pengendalian : Pemberian Natural GLIO

9. Penyakit layu (Jamur tanah : Sclerotium Rolfsii)
Penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat udara lembab, dan tanaman berjarak tanam pendek. Gejala : daun sedikit demi sedikit layu, menguning. Penularan melalui tanah dan irigasi. Pengendalian; tanam varietas tahan dan tebarkan Natural GLIO di awal

10. Anthracnose (Colletotrichum glycine )
Gejala: daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna hitam, daun yang paling rendah rontok, polong muda yang terserang hama menjadi kosong dan isi polong tua menjadi kerdil. Pengendalian : (1) perhatikan pola pergiliran tanam yang tepat; (2) Pencegahan di awal dengan Natural GLIO

11.Penyakit karat (Cendawan Phakospora phachyrizi)
Gejala: daun tampak bercak dan bintik coklat. Pengendalian: (1) cara menanam kedelai yang tahan terhadap penyakit; (2) semprotkan Natural GLIO + gula pasir

12. Busuk batang (Cendawan Phytium Sp)
Gejala : batang menguning kecoklat-coklatan dan basah, kemudian membusuk dan mati. Pengendalian : (1) memperbaiki drainase lahan; (2) Tebarkan Natural GLIO di awal

PANEN DAN PASCA PANEN
– Lakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul.
– Perlu diperhatikan, kedelai sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75 – 100 hari, sedangkan untuk benih umur 100 – 110 hari, agar kemasakan biji betul-betul sempurna dan merata.
– Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen hendaknya segera dijemur.
– Biji yang sudah kering lalu dimasukkan ke dalam karung dan dipasarkan atau disimpan.
BUDIDAYA TEMBAKAU
PENDAHULUAN
Tembakau adalah komoditi yang cukup banyak dibudidayakan petani. Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal PT. Natural Nusantara berusaha membantu meningkatkan produksi secara kuantitas, kualitas dan kelestarian ( Aspek K-3 ).

SYARAT PERTUMBUHAN
Tanaman tembakau, curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun, Suhu udara yang cocok antara 21-32 derajat C, pH antara 5-6. Tanah gembur, remah, mudah mengikat air, memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase, ketinggian antara 200-3.000 m dpl.

PEMBIBITAN
– Jumlah benih + 8-10 gram/ha, tergantung jarak tanam.
– Biji utuh, tidak terserang penyakit dan tidak keriput
– Media semai = campuran tanah (50%) + pupuk kandang matang yang telah dicampur dengan Natural GLIO (50%). Dosis pupuk untuk setiap meter persegi media semai adalah 70 gram DS dan 35 gram ZA dan isikan pada polybag
– Bedeng persemaian diberi naungan berupa daun-daunan, tinggi atap 1 m sisi Timur dan 60 cm sisi Barat.
– Benih direndam dalam POC NASA 5 cc per gelas air hangat selama 1-2 jam lalu dikeringanginkan.
– Kecambahkan pada baki/tampah yang diberi alas kertas merang atau kain yang dibasahi hingga agak lembab. Tiga hari kemudian benih sudah menampakkan akarnya yang ditandai dengan bintik putih. Pada stadium ini benih baru dapat disemaikan.
– Siram media semai sampai agak basah/lembab, masukan benih pada lubang sedalam 0,5 cm dan tutup tanah tipis-tipis.
– Semprot POC NASA (2-3 tutup/tangki) selama pembibitan berumur 30 dan 45 hari.
– Bibit sudah dapat dipindahtanamkan ke kebun apabila berumur 35-55 hari setelah semai.

PENGOLAHAN MEDIA TANAM
– Lahan disebari pupuk kandang dosis 10-20 ton/ha lalu dibajak dan dibiarkan + 1 minggu
– Buat bedengan lebar 40 cm dan tinggi 40 cm. Jarak antar bedeng 90-100 cm dengan arah membujur antara timur dan barat.
– Lakukan pengapuran jika tanah masam
– Siram SUPERNASA dengan dosis : 10 – 15 botol/ha
– Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 meter bedengan.
Sebarkan Natural GLIO 1-2 sachet dicampur pupuk kandang matang 25-50 kg secara merata ke bedengan

PEMBUATAN LUBANG TANAM
Apabila diinginkan daun yang tipis dan halus maka jarak tanam harus rapat, sekitar 90 x 70 cm. Tembakau Madura ditanam dengan jarak 60 x 50 cm yang penanamannya dilakukan dalam dua baris tanaman setiap gulud. Jenis tembakau rakyat/rajangan umumnya ditanam dengan jarak tanam 90 x 90 cm dan penanamannya dilakukan satu baris tanaman setiap gulud, dan jarak antar gulud 90 cm atau 120 x 50 cm.

CARA PENANAMAN
Basahi dan sobek polibag lalu benamkan bibit sedalam leher akar
Waktu tanam pada pagi hari atau sore hari.

PENYULAMAN
Penyulaman dilakukan 1- 3 minggu setelah tanam, bibit kurang baik dicabut dan diganti dengan bibit baru yang berumur sama.

PENYIANGAN
Penyiangan dapat dilakukan bersamaan dengan pembumbunan yaitu setiap 3 minggu sekali.

PEMUPUKAN
Dosis tergantung jenis tanah dan varietas

Waktu Pemupukan
Dosis Pupuk Makro (kg/ha)

Urea/ZA
SP – 36
KCl

Saat Tanam

300

Umur 7 HST
300

150

Umur 28 HST
300

150

TOTAL
600
300
300

Ket : HST = hari setelah tanam

Penyemprotan POC NASA dosis 4-5 tutup / tangki atau lebih bagus POC NASA (3-4 tutup) dicampur HORMONIK (1-2 tutup) per tangki setiap 1- 2 minggu sekali.

PENGAIRAN DAN PENYIRAMAN
Pengairan diberikan 7 HST = 1-2 lt air/tanaman, umur 7-25 HST = 3-4 lt/tanaman, umur 25-30 HST = 4 lt/tanaman. Pada umur 45 HST = 5 lt/tanaman setiap 3 hari. Pada umur 65 HST penyiraman dihentikan, kecuali bila cuaca sangat kering.

PEMANGKASAN
Pangkas tunas ketiak daun dan bunga setiap 3 hari sekali
Pangkas pucuk tanaman saat bunga mekar dengan 3-4 lembar daun di bawah bunga
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

HAMA
a. Ulat Grayak ( Spodoptera litura ) Gejala : berupa lubang-lubang tidak beraturan dan berwarna putih pada luka bekas gigitan. Pengendalian: Pangkas dan bakar sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat pada pagi/sore hari , semprot Natural VITURA

b. Ulat Tanah ( Agrotis ypsilon ) Gejala : daun terserang berlubang-lubang terutama daun muda sehingga tangkai daun rebah. Pengendalian: pangkas daun sarang telur/ulat, penggenangan sesaat, semprot PESTONA.

c. Ulat penggerek pucuk ( Heliothis sp. ) Gejala: daun pucuk tanaman terserang berlubang-lubang dan habis. Pengendalian: kumpulkan dan musnah telur / ulat, sanitasi kebun, semprot PESTONA.

d. Nematoda ( Meloydogyne sp. ) Gejala : bagian akar tanaman tampak bisul-bisul bulat, tanaman kerdil, layu, daun berguguran dan akhirnya mati. Pengendalian: sanitasi kebun, pemberian GLIO diawal tanam, PESTONA

e. Kutu – kutuan ( Aphis Sp, Thrips sp, Bemisia sp.) pembawa penyakit yang disebabkan virus. Pengendalian: predator Koksinelid, Natural BVR.

f. Hama lainnya Gangsir (Gryllus mitratus ), jangkrik (Brachytrypes portentosus), orong-orong (Gryllotalpa africana), semut geni (Solenopsis geminata), belalang banci (Engytarus tenuis).

Penyakit

a. Hangus batang ( damping off ) Penyebab : jamur Rhizoctonia solani. Gejala: batang tanaman yang terinfeksi akan mengering dan berwarna coklat sampai hitam seperti terbakar. Pengendalian : cabut tanaman yang terserang dan bakar, pencegahan awal dengan Natural GLIO.

b. Lanas Penyebab : Phytophora parasitica var. nicotinae. Gejala: timbul bercak-bercak pada daun berwarna kelabu yang akan meluas, pada batang, terserang akan lemas dan menggantung lalu layu dan mati. Pengendalian: cabut tanaman yang terserang dan bakar, semprotkan Natural GLIO.

c. Patik daun Penyebab : jamur Cercospora nicotianae. Gejala: di atas daun terdapat bercak bulat putih hingga coklat, bagian daun yang terserang menjadi rapuh dan mudah robek. Pengendalian: desinfeksi bibit, renggangkan jarak tanam, olah tanah intensif, gunakan air bersih, bongkar dan bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO.

d. Bercak coklat Penyebab : jamur Alternaria longipes. Gejala: timbul bercak-bercak coklat, selain tanaman dewasa penyakit ini juga menyerang tanaman di persemaian. Jamur juga menyerang batang dan biji. Pengendalian: mencabut dan membakar tanaman yang terserang.

e. Busuk daun Penyebab : bakteri Sclerotium rolfsii. Gejala: mirip dengan lanas namun daun membusuk, akarnya bila diteliti diselubungi oleh massa cendawan. Pengendalian: cabut dan bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO.

f. Penyakit Virus Penyebab: virus mozaik (Tobacco Virus Mozaic, (TVM), Kerupuk (Krul), Pseudomozaik, Marmer, Mozaik ketimu (Cucumber Mozaic Virus). Gejala: pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Pengendalian: menjaga sanitasi kebun, tanaman yang terinfeksi di cabut dan dibakar.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia sesuai anjuran. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml ( ½ tutup) pertangki

PANEN DAN PASCA PENEN
Pemetikan daun tembakau yang baik adalah jika daun-daunnya telah cukup umur dan telah berwarna hijau kekuning-kuningan.Untuk golongan tembakau cerutu maka pemungutan daun yang baik pada tingkat tepat masak/hampir masak hal tersebut di tandai dengan warna keabu-abuan. Sedangkan untuk golongan sigaret pada tingkat kemasakan tepat masak/masak sekali, apabila pasar menginginkan krosok yang halus maka pemetikan dilakukan tepat masak. Sedangkan bila menginginkan krosok yang kasar pemetikan diperpanjang 5-10 hari dari tingkat kemasakan tepat masak.
Daun dipetik mulai dari daun terbawah ke atas. Waktu yang baik untuk pemetikan adalah pada sore/pagi hari pada saat hari cerah. Pemetikan dapat dilakukan berselang 3-5 hari, dengan jumlah daun satu kali petik antara 2-4 helai tiap tanaman. Untuk setiap tanaman dapat dilakukan pemetikan sebanyak 5 kali.

Sortir daun berdasarkan kualitas warna daun yaitu:
a) Trash (apkiran): warna daun hitam
b) Slick (licin/mulus): warna daun kuning muda
c) Less slick (kurang liciin): warna daun kuning (seperti warna buah jeruk lemon)
d) More grany side ( sedikit kasar ) : warna daun antara kuning-oranye.
BUDIDAYA NILAM
A. PENDAHULUAN
Minyak nilam memberikan sumbangan cukup besar dalam penghasil devisa Negara di antara minyak atsiri lainnya. Namun produksi minyak nilam di Indonesia masih terbatas dan produksinya belum optimal. PT Natural Nusantara berusaha meningkatkan produksi minyak nilam secara kuantitas, kualitas dan kelestarian lingkungan (Aspek K-3).

B. EKOLOGI
Tanaman nilam dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi dengan ketinggian optimal 10-400 mdpl, curah hujan antara 2500 – 3500 mm/th dan merata sepanjang tahun, suhu 24 – 280C, kelembaban lebih dari 75%, intensitas penyinaran matahari cukup, tanah subur dan gembur kaya akan humus.

C. PEMBIBITAN
– Stek diambil dari batang atau cabang yang sudah mengayu dari bagian tengah, berdiameter 0,8-1,0 cm, + 15-23 cm dan paling sedikit 3-5 mata tunas
– Siapkan bedengan persemaian, ukuran lebar 1,5 m, tinggi 30 cm dan panjang tergantung kebutuhan, parit selebar 30-40 cm dan dalamnya + 50 cm
– Tanah bedengan diolah sampai gembur dicampur pasir dengan perbandingan 2:1 dan selanjutnya diberi pupuk kandang matang yang telah dicampur Natural GLIO (1 sachet Natural GLIO + 25-50 kg Pupuk Kandang)
– Buat naungan menghadap ke timur dengan ketinggian 180 cm timur dan 120 cm barat, letakkan daun kelapa atau alang-alang di atas para-para.
– Stek ditanam posisi miring, bersudut 450 sedalam 10 cm dan jarak tanam 10 x 10 cm
– Siram dengan POC NASA (2-3 tutup) + HORMONIK (1 tutup) per 10 – 15 liter air.
– Setelah umur 3-4 minggu bibit sudah siap dipindahkan ke lapangan (2-4 hari) sebelum bibit dipindah semprot POC NASA (3-4 tutup/tangki).

D. PENGOLAHAN LAHAN
– Lahan dibersihkan dari jenis rumput-rumputan, kayu-kayuan dan semak belukar.
– Tanah dicangkul atau dibajak serta digaru
– Buat parit-parit pembuangan air lebar 30-40 cm dan dalamnya 50 cm

E. JARAK TANAM
– Dataran rendah yang tanahnya subur 100 x 100 cm, tanah yang kandungan liatnya tinggi 50 x 100 cm
– Pada tanah lipatit, 75 x 75 cm
– Tanah berbukit dengan mengikuti garis contour 50 x 100 cm atau 30 x 100 cm

F. PENANAMAN
~ Secara tidak Langsung
– Bibit stek dicabut dari persemaian umur 3-4 minggu, bila akar terlalu panjang sebaiknya dipotong supaya tidak mudah terserang busuk akar. – – – Setiap lubang tanam ditanami 1-2 bibit stek
~Secara Langsung
– Tanam stek secara langsung di lahan 2-3 stek per lubang tanam
Catatan : Akan lebih baik pada penanaman secara langsung, sebelum di tanam stek direndam dulu dalam POC NASA (1-2 tutup) + HORMONIK ( 1 tutup ) per 5 -10 liter.>

G. PEMUPUKAN
Pemupukan dengan cara melingkar di sekililing pangkal tanaman
Dosis pupuk makro yang digunakan + adalah :
( lihat tabel disamping )

Aplikasi
Urea
kg/ha
DS/TSP
kg/ha
KCl
Kg/ha
NASA
btl/ha
HRN
btl/ha

Saat Tanam
25 – 50
3 – 5
kocor

1 bulan
37,5
20
2 – 5
semprot

1 mgg setelah panen I

56,25

30

2,5 – 5
semprot

5 – 10
semprot

1 mgg
Setelah
Panen II

56,25

30

2,5 – 5
semprot

5 – 10
semprot

TOTAL
150
25 – 50
80
10-20
10 – 20

Siramkan SUPER NASA yang telah dicampur air, merata di atas bedengan, dosis ± 1 botol/1000 m2 dengan cara :
– alternatif 1 ; 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 lt air (jadi larutan induk). Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
– alternatif 2 ; setiap 1 gembor (10 lt) beri 1 sendok peres makan SUPER NASA untuk menyiram 5-10 meter bedengan.
POC NASA disemprotkan umur 20, 30, 50 dan 60 hari setelah tanam dengan dosis 4 – 5 tutup/tangki atau POC NASA (3-4 tutup) + HORMONIK (1 tutup)/tangki.

H. PENYULAMAN
Penyulaman dilakukan satu bulan setelah tanam untuk mengganti tanaman yang mati atau kurang normal

I. PENYIANGAN
Dilakukan 2 bulan setelah tanam atau saat tanaman mencapai tinggi 20-30 cm dan cabang bertingkat dengan radius 20 cm. Selanjutnya setiap 3 bulan sekali

J. PEMANGKASAN
– Penjarangan dan pemangkasan dilakukan pada umur 3 bulan setelah tanam. Penjarangan dengan mencabut tanaman yang jaraknya terlalu rapat. – Pemangkasan pada tanaman yang terlalu rimbun dan menutupi cabang lainnya, yaitu pada cabang dari tingkat tiga ke atas. Untuk mempercepat tumbuhnya tunas baru, sebaiknya dalam tiap rumpun dibiarkan satu cabang saja yang tumbuh dan semprot dengan POC NASA (3-4 tutup) + HORMONIK (1-2 tutup) setelah pemangkasan.

K. PEMBUMBUNAN
Dilakukan setelah panen, cabang-cabang yang ditinggalkan setelah panen dan letaknya dekat dengan tanah ditimbun di dekat ujungnya setinggi 10-15 cm. Sedang cabang-cabang yang letaknya jauh dari tanah dipatahkan di bagian ujungnya, tetapi tidak terputus dari batangnya, sesudah itu bagian yang patah ditimbun dengan tanah.

L. PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT
1. H a m a
a. Ulat Penggulung Daun (Pachyzaneba stutalis)
Ulat hidup dalam gulungan daun muda, sambil memakan daun yang tumbuh, serangan berat hanya tinggal tulang-tulang daun saja. Pengendalian : kumpulkan dan musnahkan .

b. Belalang ( Orthoptera )
Hama ini memakan daun, sehingga tanaman menjadi gundul. Serangan berat batang dimakan akhirnya mati. Pengendalian : sanitasi lingkungan .

c. Criket Pemakan Daun (Gryllidae)
Memakan daun muda sehingga daun berlubang-lubang dan produksi turun. Pengendalian : sanitasi lingkungan.

2. Penyakit
a. Budok (hoprosep)
Penyebabnya adalah virus, gejala daun keriting, berwarna abu-abu dan rontok, terbentuk benjolan-benjolan pada batang sampai akar bila dipijit baunya tidak enak. Penyakit ini tumbuh setelah musim kemarau dan disebabkan oleh pemangkasan yang terlalu berat saat panen. Pengendalian : sanitas kebun, Alat-alat kerja steril.

b. Penyakit Busuk Batang
Penyebabnya jamur Fusarium sp. dan menyerang pada akar atau batang. Batang terserang akan mengerut, warna berubah coklat lalu menghitam disekeliling batang dan akhirnya mati. Pengendalian : kurangi kelembaban dengan cara dipangkas, hindari luka, gunakan Natural GLIO + SUPERNASA. Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia sesuai anjuran. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml ( ½ tutup) pertangki

M. PANEN DAN PASCA PANEN
– Panen dapat dilakukan pada umur 6 – 8 bulan setelah tanam
– Semua bagian tanaman nilam, yaitu akar, batang, cabang dan daun mengandung minyak atsiri
– Alat yang digunakan sabit, gunting, atau parang yang tajam dan bersih
– Panen pertama, bagian yang boleh dipangkas adalah cabang-cabang dari tingkat dua ke atas, sedang cabang-cabang tingkat pertama ditinggalkan
– Selesai panen pertama, bila cabang-cabang pertama jauh dari tanah dirundukkan tetapi tidak putus kemudian ditimbun tanah pada setiap tunasnya
– Setelah tanaman umur 9 bulan, tanaman dapat dipanen kedua kalinya dengan cara seperti panen pertama, sehingga akan diperoleh cabang-cabang baru dan anakan baru.
– Demikian selanjutnya sampai panenan pada bulan ke-12, 15, 18, 21, 24 , dst
– Panenan daun nilam dipotong-potong + 3-5 cm kemudian dijemur di bawah sinar matahari sampai kadar air 15 % kemudian di suling.
BUDIDAYA GINGSENG
I. PENDAHULUAN
Trend ‘back to nature’ pada industri farmasi, kosmetika, makanan dan minuman ringan, telah memacu peningkatan permintaan ginseng. Tingginya permintaan tersebut perlu diimbangi dengan teknologi budidaya tanaman yang memenuhi aspek K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kelestarian) seperti yang telah diterapkan PT. NATURAL NUSANTARA.

II. SYARAT TUMBUH
– Diutamakan di lahan terbuka. Tanah gembur, kandungan bahan organik tinggi, aerasi dan drainase baik.
– Keasaman (pH) tanah 5,5 – 7,2.
– Curah hujan 1000 – 2500 mm/th.
– Suhu berkisar 20ºC – 33ºC.
– Kelembaban 70% – 90%.
– Ketinggian tempat berkisar 0 – 1.600 dpl.

III. PENGOLAHAN TANAH
– Siapkan Natural GLIO (10 kemasan /ha) dicampur pupuk kandang matang (25-50 kg/kemasan). Simpan dalam karung terbuka selama 1-2 minggu.
– Tebarkan dolomite / kapur pertanian (2-4 ton/ha) pada lahan yang masih terbuka paling lambat 2 minggu sebelum tanam.
– Luku dan garu segera setelah dolomit disebarkan. Diamkan sekitar 1 minggu.
– Buat bedengan membujur arah timur-barat, lebar bedengan 100-120 cm, tinggi 40-60 cm. Jarak antar bedengan 40-50 cm. Diamkan sekitar 1 minggu.
– Buat parit mengelilingi lahan lebar 40-50 cm, kedalaman 50-60 cm.
– Setelah 1 minggu, gemburkan permukaan bedengan secukupnya.
– Tebarkan hasil campuran Natural GLIO dan pupuk kandang merata pada permukaan tanah.
– Tambahkan pupuk kandang matang 20-40 ton/ha merata pada permukaan bedengan. Jika tidak ada pupuk kandang, penggunaan POP SUPERNASA, POC NASA dan HORMONIK dapat menggantikannya.
– Siapkan larutan induk POP SUPERNASA (1 botol/3 liter air), aduk hingga larut. Dosis POP SUPERNASA 5 botol/ha jika pakai pupuk kandang sesuai dosis anjuran atau 10 botol/ha jika tidak pakai pupuk kandang. Dari larutan induk POP SUPERNASA 3000 cc atau 3 liter, diambil 200 – 300 cc dicampur dengan 0,25 kg NPK majemuk lalu dilarutkan atau diencerkan dalam 50 liter air.
– Dari hasil 50 liter tersebut siramkan pada permukaan bedengan, caranya pakai gembor 10 liter / ± 8 m panjang bedengan. Atau 200 – 300 cc/lubang tanam.
– Tebarkan hasil campuran Natural GLIO dan pupuk kandang merata di permukaan bedengan. Atau dalam setiap lubang tanam.

IV. PEMBIBITAN DAN PENANAMAN
– Diutamakan pakai bibit dari setek batang.
– Gunakanlah induk tanaman sehat, tidak terindikasi gejala serangan hama dan penyakit, umur tidak terlalu muda dan terlalu tua, segar dan tidak layu, warna cerah/mengkilap.
– Bibit hasil setek diistirahatkan/disimpan di tempat lembab selama 2 – 4 hari.
– Sebelum tanam, pangkal bibit dipotong miring ± 45º menggunakan pisau tajam dan bersih.
– Pangkal bibit direndam 20-30 menit dalam larutan POC NASA (1-2 ttp) + HORMONIK (0,5-1 ttp) + 1-2 sendok makan Natural GLIO per 10 liter air.
– Bibit dikeringanginkan ± 1-2 jam.
– Penanaman dilakukan sore hari, jarak tanam 50 x 60 cm atau 60 x 70 cm.

V. PEMELIHARAAN TANAMAN
Penyiraman
Pemberian air tidak boleh berlebihan ataupun kekurangan. Usia 0 – 21 hst (hari setelah tanam) disiram tiap hari secukupnya. Sejak usia ±100 hst penyiraman dikurangi atau dihentikan.

Penyulaman
Jika diperlukan, hingga 15 hst.

Pemupukan susulan:
Pengocoran larutan pupuk : NPK majemuk 0,25 kg + 50 liter air. Berikan 200-300 cc/lubang tanam setiap 2 minggu sekali hingga usia 100 hst.
Penyemprotan pupuk lewat daun dilakukan 1 minggu sekali hingga 100 hst, pakai 3 – 5 tutup POC NASA + 1-2 tutup HORMONIK dalam tangki 14 atau 17 liter.

Penyiangan, pendangiran dan pembumbunan
Dilakukan bersamaan setiap 2 minggu sekali terutama pada usia 14 – 65 hst.

Perempelan I
Pada 20 hst disisakan 2-3 batang utama. Perempelan selanjutnya adalah perempelan tunas ketiak daun setiap 2 minggu sekali hingga usia 65 hst.

VI. HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
4.1. Hama
4.1.1. Bekicot
Biasanya aktif pada malam hari, dan perlu diwaspadai keberadaannya. Pengendalian dengan cara dikumpulkan dan dimusnahkan.

4.1.2. Ulat
Banyak jenis ulat yang menyerang pada ginseng terutama ulat grayak (Spodoptera sp.), Ulat penggulung daun (Lamprosema sp.), dan ulat jenis lainnya. Pengendalian dengan cara mematikan ulat, semprot Vitura atau Pestona dan alternative terakhir dengan Insektisida kimia.

4.1.3. Uret/Lundi
Hama ini menyerang akar bahkan bisa ke umbi sehingga tanaman lama kelamaan bisa layu dan akhirnya mati. Pada saat tanam bisa ditaburkan insektisida granular di sekeliling tanaman

4.2. Penyakit
4.2.1. Penyakit Busuk Leher Batang
Penyebabnya jamur Phytium sp. atau Sclerotium sp. Biasanya di awal tanam ginseng mengalami pembusukan yang disebabkan oleh kelembaban tanah yang berlebihan. Leher batang atau pangkal batang tampak berwarna kelabu atau kecoklatan, lunak kebasahan dan melekuk ke dalam. Jamur ini dapat menjalar ke bagian umbi, lama-kelamaan daun tampak layu. Pengendalian dengan cara pengaturan drainase, kebun tidak becek dan tidak lembab. Sejak awal sebelum tanam gunakan Natural GLIO.

4.2.2. Penyakit Busuk Umbi
Penyebabnya jamur Phythopthora sp. Gejalanya daun yang mulanya hijau berubah menjadi kuning. Lama kelamaan menjalar hingga menyebabkan kematian. Bila tanaman dicabut pada pangkal umbi/batang tampak bulu-bulu putih yang kemudian berubah menjadi bulat-bulatan dan akhirnya berubah menjadi coklat tua sampai hitam. Pengendalian gunakan Natural GLIO sebelum tanam, jaga kelembaban tanah dan alternative terakhir dengan fungisida sistemik

4.2.3. Penyakit Layu
Bisa disebabkan jamur Fusarium sp. atau bakteri Pseudomonas sp. Tetapi kebanyakan disebabkan oleh jamur Fusarium. Mulanya tulang daun menguning, kemudian menjalar ke tangkai daun dan akhirnya daun menjadi layu. Pengendalian dengan cara sebarkan Natural GLIO sebelum tanam dan celupkan stek sebelum tanam ke dalam POC NASA dicampur Natural GLIO.

VII. PANEN
– Tanaman Ginseng dipanen umur 4 – 5 bulan tergantung pertumbuhan dan keadaan umbi. Cirinya; batang semula hijau berubah merah, daun menguning dan mulai rontok, berbunga dan mengeluarkan biji, umbi bila didangir sudah cukup besar (diameter diatas 1 cm).
– Pemanenan pada pagi hari saat kondisi cerah, tidak hujan dan daun tidak berembun lagi, tanah kering.
– Umbi dipanen sekaligus dengan menggunakan garpu tanah untuk menggemburkan permukaan tanah.
– Sebelum umbi dicabut pangkal batang tanaman dipangkas dan dipisahkan dari batang serta daunnya. Pencabutan umbi harus dilakukan hati-hati, jangan sampai umbinya putus dan tertinggal dalam tanah. Umbi yang telah dicabut dibersihkan dan dibawa ke tempat teduh untuk penyortiran.
BUDIDAYA JARAK
PENDAHULUAN
Tanaman Jarak di Indonesia dapat tumbuh dengan baik karena kesesuaian iklim dan tanah, sehingga tumbuh bisa merata sebagai gulma. Namun karena hasil dari tanaman ini bisa diolah menjadi produk yang bernilai ekonomis, maka tanaman ini kini mulai di budidayakan.
PT. Natural Nusantara mencoba memberikan bantuan teknis budidaya tanaman ini sehingga mampu berproduksi sesuai dengan harapan yang diinginkan tanpa meninggalkan standar kuantitas, kualitas, dan kelestarian lingkungan (Aspek K-3).

SYARAT PERTUMBUHAN
Syarat tumbuh tanaman jarak membutuhkan air 350-500 ml air sepanjang pertumbuhannya.
Disamping faktor air, tanaman jarak ini membutuhkan syarat temperatur 20º-30ºC sepanjang hidupnya, serta ketinggian tempat yang optimal adalah 0-800 m dpl. Keluarnya biji akan sangat berkurang atau minim jika suhu mencapai 40ºC atau lebih.

PERSIAPAN LAHAN
Pemilihan lahan yang akan digunakan untuk budidaya tanaman jarak ini biasanya memilih tanah yang kurang produktif ataupun kurang pengairan, dan ini biasanya di daerah marginal / kritis, karena tanaman jarak ini tidaklah terlalu membutuhkan syarat-syarat khusus, seperti halnya tanaman perdu lainnya. Pengolahan tanah yang standar adalah pembuatan lubang tanam dengan ukuran 30 cm x 30cm x 30cm dan jarak tanam antar barisan 2-4 meter dan jarak dalam barisan 1-2 meter tergantung varietas yang dipilih. Persiapan tanah yang bisa juga dilakukan adalah membersihkan dari gangguan gulma, terutama akar-akar ilalang yang menghasilkan alelopati / senyawa penghambat tumbuh tanaman lain.

PEMBIBITAN
Biji jarak dapat ditanam 2-3 butir biji perlubang langsung di lahan kemudian pilih tanaman yang terbaik pertumbuhannya untuk dibudidayakan. Pemeliharaan tanaman muda dilakukan dengan menyemprot dengan POC NASA dosis 2-3 tutup per tangki seminggu sekali pada pagi hari.

MACAM-MACAM JENIS JARAK
Ada banyak sekali jenis jarak yang dapat tumbuh di tanah air kita antara lain :
A. Jarak Kepyar/Jepang ( Ricinus communis).
Jenis ini laku di pasaran dunia yang dikenal dengan nama castor oil plant. Jenis ini berbuah sekali dalam setahun (semusim), dengan ciri buah muda berwarna hijau dan berubah coklat setelah tua. Buahnya berduri lemah seperti rambutan. Bijinya mengandung Glycoprotein yang bersifat racun dan orang sering menyebutnya Ricin.

B . Jarak Pagar/Cina (Jatropha curcas )
Jenis ini berbuah terus menerus (tahunan). Jenis jarak ini yang dianjurkan ditanam, yaitu:
– Asembagus 22 : kandungan minyak 55-57%
– Asembagus 60 : kandungan minyak 48-52%
– Asembagus 81 : kandungan minyak 51-54%

Komposisi biji jarak terdiri dari 20% kulit dan 80% biji (daging), mengandung 40-60% minyak. Kandungan minyak mentahnya 32-48% dan sisanya adalah ampas.

PEMELIHARAAN
Yang penting diperhatikan adalah tanaman jarak ini mempunyai sifat kurang suka air sehingga kelebihan air (terendam) justru akan merugikan pertumbuhan tanaman, namun jika panas terik berlangsung hingga 3-4 bulan penyiraman perlu sesekali dilakukan untuk menghindari kematian akibat kekeringan.
Lakukan penyiangan gulma jika tanaman mulai terganggu baik pertumbuhan bagian atas dalam persaingan terhadap cahaya maupun perakaran yaitu penyerapan hara.

PEMUPUKAN
Untuk pertumbuhan yang baik berikan pupuk dasar yaitu pupuk kandang di samping pupuk anorganik pada saat tanam.
Jenis Pupuk Dosis (kg/ha) Waktu Pemupukan
Urea 50 Saat tanam
SP-36 75 Saat tanam
KCl 50 2 minggu setelah tanam
Urea 100 1 bulan setelah tanam

Catatan : tidak berlaku mutlak/bervariasi untuk masing – masing daerah.

Akan lebih baik ditambah SUPERNASA atau POWER NUTRITION dosis 1 botol untuk ± 200 tanaman . Satu botol SUPERNASA atau POWER NUTRITION diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman perpohon.
Penyemprotan dengan POC NASA dosis 3-4 tutup + HORMONIK dosis 1 tutup per tangki setiap 1 bulan sekali dianjurkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas.

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT
Tanaman jarak sebenarnya jarang diserang hama ataupun penyakit, namun bisa jadi terserang jika saja kondisi lahan kurang bersih ataupun ada semak yang dapat menjadi inang sementara bagi hama-hama tertentu. Pengendalian hama terpadu yaitu dengan menjaga kebersihan lahan merupakan tindakan preventif yang paling mudah dilakukan sebelum hama menjadi tak terkendali dan merugikan.
Hama yang kadang menyerang tanaman jarak adalah sejenis kutu putih. Tanaman jarak sering tumbuh liar sehingga kutu putih sering menjadikannya inang sementara. Untuk pencegahannya gunakan PESTONA dan PENTANA + AERO 810 secara bergantian.
Disamping kutu putih , jarak juga mungkin diserang ulat yang menyerang daun, yang bisa dicegah dengan PESTONA dan PENTANA + AERO 810 Lakukan penyemprotan dengan PESTONA dan PENTANA + AERO 810 secara bergantian untuk pencegahan , satu minggu sekali disemprotkan merata di atas dan di bawah helai daun .
Sebagai pencegahan terhadap penyakit yang disebabkan jamur, sebaiknya sebelum tanam disebarkan 1 pak Natural GLIO ditambah 25-30 kg pupuk kandang dan didiamkan seminggu.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternatif terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

MASA PANEN
Masa berbunga terjadi setelah tanaman berumur sekitar 60-70 hari dan buah mulai dapat dipanen setelah umur tanaman sekitar 100-110 hari, yang biasanya jatuh dimusim panas yaitu bulan Agustus hingga Oktober. Buah yang terlambat panen akan melenting dan berhamburan sehingga disarankan panen harus benar-benar tepat waktu. Produksi yang dapat dicapai sekitar 1-3 ton/ha.

PEMANFAATAN HASIL
Pada masa Jepang minyak jarak diolah menjadi minyak pelumas persenjataan yang handal, karena sangat kental, Berat jenisnya ± 0,96 dan sangat sukar untuk dilarutkan, sehingga mudah dibedakan dari minyak lain. Sebagian besar produksinya dipergunakan sebagai minyak lumas untuk mesin yang berputar cepat; salah satu keuntungan dari minyak jarak ini adalah bahwa dia tidak menetes, tidak meninggalkan sisa bakar dan tidak larut dalam bensin; sifat-sifat yang besar artinya dalam keperluan penerbangan dan telah memberinya tempat yang tetap disamping minyak- minyak mineral yang telah mendesaknya walaupun daya pelumasnya yang cukup besar
Selain itu biji Jarak ricinus kaya akan enzyme lipase yang dapat menguraikan lemak dan minyak menjadi asam-asam lemak yang bebas dan glycerin. Asam lemak tersebut dapat dipergunakan oleh pabrik lilin, dan setelah dinetralisir dengan soda atau kalium karbonat (potas), menghasilkan sabun keras atau lunak.

Di perusahaan-perusahaan batik, minyak jarak berperan juga dalam pewarnaan kain katun yang akan diberi warna dengan mengkudu. Bahkan akhir-akhir ini dengan peningkatan harga BBM dimulai penanaman tanaman jarak besar-besaran untuk alternatif lain dari bahan bakar minyak yang dipadukan dengan paket reboisasi lahan kritis sehingga bisa berpengaruh positif bagi perekonomian dan juga kelestarian lahan di seluruh nusantara.
23:02:00 | |
BUDIDAYA ANGGUR
PENDAHULUAN
Produksi anggur ( Vitis sp.) di Indonesia belum optimal. PT. Natural Nusantara berupaya meningkatkan produksi anggur secara kuantitas, kualitas dan kelestarian lingkungan (Aspek K-3) untuk bersaing di era pasar bebas.

SYARAT TUMBUH
Ketinggian 25-300 m dpl, suhu 25-310 C, kelembaban udara 75-80 %, intensitas penyinaran 50% – 80%, 3-4 bulan kering, curah hujan 800 mm/tahun dan pH tanah 6-7. Tipe tanah : liat dan liat berpasir (alluvial dan grumosol).

PERSIAPAN LAHAN
1. Bersihkan lahan, cangkul/bajak sampai gembur.
2. Pengapuran pada tanah masam dosis 5 ton/ ha.
3. Buat saluran pemasukan dan pembuangan air irigasi
4. Buat lubang tanam 60x60x50 cm / 75x75x70 cm, jarak tanam 3 x 3 m / 5 x 4 m, keringanginkan + 2-4 minggu, isikan tanah lapisan bawah ke dasar lubang.
5. Campurkan tanah lapisan atas : pupuk kandang ( + 20-40) : pasir perbandingan 1:1:2 serta Natural GLIO + 5-10 gram/lubang dan isikan ke lubang bagian atas.

PENYIAPAN BIBIT
Bibit siap tanam umur 1,5 – 2 bulan, perakarannya 5-10 cm, tumbuh sehat, bertunas dua. Kebutuhan bibit jarak tanam 3 x 3 cm sebanyak 890 batang/ha, jarak tanam 5 x 4 cm sebanyak 500 batang/ha. Sebulan sebelum tanam, bibit anggur terpilih diadaptasikan di sekitar lahan

PENANAMAN
Waktu tanam di akhir musim hujan (April-Juni). Siram bibit dng POC NASA (1-2 ttp/10 lt air) + 1 minggu sebelum tanam. Beri naungan sementara. Semprot POC NASA 1-2 ttp/tangki/10 hari hingga usia + 3 bulan setelah tanam.

PENGAIRAN
Pengairan tanaman muda 1-2 kali sehari dan dewasa 3 hari sekali. Tiga minggu sebelum dipangkas, pengairan dihentikan dan 2-3 hari setelah pemangkasan air diberikan kembali. Pengairan setelah pemupukan dan dihentikan menjelang pemetikan buah.

PENYIANGAN DAN PENDANGIRAN
Lahan dijaga kebersihannya dari gulma dan penggemburan tanah (Pendangiran) dilakukan sebulan sekali agar bidang oleh tetap bersih dan gembur.

PEMUPUKAN
Pemupukan disebar dan dicampur merata tanah secara melingkar sejauh 25 cm dari batang lalu ditutup dan diairi atau dengan cara pengocoran pupuk
Pemupukan berdasarkan umur tanaman, yaitu :
a. Tanaman Muda sampai umur 6 bulan (per pohon)

No
Umur Tanaman
Jenis dan Dosis Pupuk
Per pohon

1
10 hari – 3 bulan, interval 10 hari sekali
Urea 7,5 gr atau ZA 10 gr, tiap kali pemupukan

2
> 3 – 6 bulan, interval 15 hari sekali
Urea 15 gr atau ZA 20 gr tiap kali pemupukan

3
Tiap 1 bulan sekali
SUPER NASA 1-2 sendok makan (s.m.)/ 10 liter air

b. Tanaman Umur 6 bulan sampai 1 tahun (per pohon)

No
Umur Tanaman
Jenis dan Dosis Pupuk
Per Pohon

1
> 6 bulan
Pukan 30 kg atau SUPER NASA 1-2 s.m. dan Urea 22,5 gr atau ZA 30 gr

2
9 bulan
SUPER NASA 1-2 s.m. dan Urea 33,75 gr atau
ZA 45 gr

3
12 bulan
Pukan 60 kg atau SUPER NASA 1-2 s.m. dan Urea 50 gr atau ZA 60 gr
Catatan:
– Pemberian SUPERNASA dikocorkan.
– Akan lebih optimal penyemprotan POC NASA (3-4 ttp) + HORMONIK (1 tutup) per tangki .

Tanaman Produktif Berbuah (lebih dari 4 tahun)
Pemupukan 3 kali setahun (April, Agustus,Desember). Dosis tiap kali pemupukan 600 gr Urea + 300 gr TSP + 375 gr KCl + SUPER NASA 1-2 sdm/10 lt/ pohon

PEMBUATAN RAMBATAN
Perlu pembuatan rambatan dengan model :
1. Model Para-para, tiang para-para dipasang sesuai jarak tanam anggur dengan ketinggian 2 – 3,5 m dan dipasang para-para berupa anyaman kawat atau bilah bambu atau kayu, jarak mata anyaman + 40 cm.
2. Model Pagar/Kniffin, dibuat berbentuk pagar. Jarak antar tiang 3-5 m dan ketinggian 150-200 cm, hubungkan dengan kawat yang dipasang mendatar sebanyak 2-3 jajar. Kawat pertama dibagian bawah letaknya 60 cm dari permukaan tanah, dan kawat diatasnya berjarak 70 cm.
3. Model perdu, berupa pohon atau kayu biasa, kemudian bagian atasnya dipasang tempat penyangga sepanjang 2 m dan lebar 2 m.
Pemasangan rambatan dilakukan sebelum tanaman dipangkas dan dibentuk.

PEMANGKASAN DAN PEMBENTUKAN POHON
1. Waktu pemangkasan yang tepat berumur 1 tahun.
2. Usahakan tiap pohon punya batang pokok, cabang primer , sekunder dan tersier.
3. Potong batang tanaman setinggi para-para, sehingga tumbuh tunas baru (cabang primer).
4. Dua minggu cabang yang tumbuh memanjang lebih kurang 1 meter segera dipangkas pada bagian ujungnya agar tumbuh tunas baru (cabang sekunder).
5. Cabang sekunder yang panjang 1 meter dipangkas titik tumbuhnya agar tumbun tunas baru (cabang tersier).
6. Cabang tersier inilah yang menghasilkan buah.
7. Ciri cabang siap dipangkas, ujung tunasnya mudah dipatahkan, dan apabila dipangkas meneteskan air, cabang berwarna coklat.
8. Perhatikan ciri visual mata tunas yang dipangkas, mata tunas vegetatif bentuknya runcing dan generatif tumpul.
9. Cara pemangkasan anggur yaitu :
10. Pangkas pendek, sisakan 1-2 mata
11. Pangkas sedang, sisakan 3-6 mata
12. Pangkas panjang, sisakan 7 atau lebih mata

PENGELOLAAN BUNGA DAN BUAH
– Pangkas pembuahan dilakukan 2 tahap setahun yaitu bulan Maret – April dan Juli – Agustus dan dilakukan pada cabang-cabang tersier yang telah berumur 1 tahun
– Cabang-cabang yang tumbuh subur dipangkas dan sisakan 4-10 mata tunas, sedang cabang yang kurang subur sisakan 1-3 mata tunas
– Cabang/ranting sisa pemangkasan dibentangkan dan diatur merata di seluruh permukaan para-para, lalu diikat ke kanan dan kiri dengan tali.
– Semprot dengan HORMONIK dosis 1-2 tutup per tangki setelah dipangkas setiap 7-10 hari sekali
– Pelihara 3 malai bunga tiap tunas dan potong tunas baru yang tumbuh di atas bunga sampai terbentuk bakal buah
– Jarangkan buah pada dompolan 50% – 60 %, yaitu waktu ukuran buah sebesar biji asam dengan mengambil butir-butir buah yang letaknya berhimpitan, bertangkai panjang, abnormal, rusak dengan gunting kecil yang steril.
– Jika musim hujan, pasang atap plastik putih pada para-para dan bungkus buah dengan kantong plastik atau kertas semen

PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT
A. Hama
– Kutu Phylloxera (Phylloxera vitifoliae), mengisap cairan akar dan daun. Gejala : didaun terbentuk bisul-bisul kecil dan akar membengkak seperti kutil, akibatnya tumbuh kerdil, layu dan buah sedikit. Pengendalian: pangkas tanaman terserang dan bakar, semprot Natural BVR atau PESTONA

– Tungau Merah (Tetranychus sp.), bercak-bercak kuning pada daun dan berubah hitam, akibatnya kerdil dan buah berkurang. Pengendalian; semprot Natural BVR atau PESTONA

– Ulat kantong (Mahasena corbetti), memakan bagian atas permukaan daun, terjadi lubang-lubang kecil pada daun. Pengendalian ; Pangkas dan potong tanaman terserang berat dan dibakar lalu semprot dengan PESTONA + POC NASA

– Kumbang Daun (Apogonia destructor), memakan atau merusak daun, kemudian membuat lubang-lubang kecil pada permukaan daun. Pengendalian : pasang lampu perangkap dan musnahkan, semprot PESTONA

– Ulat grayak (Spodoptera sp.), menyerang daun hingga rusak dan berlubang. Pengendalian; Semprot dengan Natural VITURA

– Ngengat buah anggur (Paralobesia viteana atau Grape Berry Moth), larva memakan bunga dan buah yang masih pentil dan tua sehingga buah tidak normal. Pengendalian; Buang buah rontok dan bakar, semprot PESTONA paling lambat 14 hari sebelum panen
Hama lain seperti rayap, tikus, burung, tupai dan kelelawar. Pengendalian : sanitasi kebun, bungkus buah, menghalau hama dan pasang perangkap

B. Penyakit
– Tepung Palsu (Downy mildew), jamur Plasmopora viticola, menyerang batang muda, sulur, tangkai buah dan butir buah. Pengendalian; kurangi kelembaban kebun (dipangkas), potong dan musnahkan tanaman terserang, pasang naungan, Natural GLIO+gula pasir.

– Cendawan Tepung (Powder mildew), jamur Uncinula necator, menyerang semua stadium pertumbuhan. Daun menggulung ke atas dan bentuk abnormal ditutupi tepung berwarna kelabu sampai agak gelap, batang sakit coklat. Pengendalian : semprot Natural GLIO+ gula pasir.

– Bercak Daun (Cercospora viticola dan Alternaria vitis), timbul bercak-bercak coklat dan bintik-bintik hitam sehingga tunas dan daun kering dan rontok. Pengendalian; Sanitasi kebun, mengurangi kelembaban kebun, potong dan musnahkan daun terserang, semprot dengan Natural GLIO

– Karat Daun, jamur Physopella ampelopsidis, terdapat tepung berwarna jingga pada sisi bawah daun dan pada sisi atas daun ada bercak-bercak hijau kekuningan dan seluruh permukaan tertutupi lapisan tepung sehingga daun kering dan rontok. Pengendalian : Pangkas daun sakit dan semprot dengan Natural GLIO + gula pasir

– Busuk Hitam (Black Rot), jamur Guignardia bidwelli, bercak-bercak kecil berwarna putih pada buah hampir matang dengan warna tepi coklat, kemudian busuk buah mengendap dan mengeriput hitam seperti “mummi”. Pengendalian : Pangkas bagian sakit, kurangi kelembaban, bungkus buah, Natural GLIO + gula pasir

– Kudis (Scab), Jamur Elsinoe ampelina, menyerang semua bagian tanaman. Bercak kelabu dengan tepi coklat kemerahan, kemudian daging buah mengeras dan berkudis. Pengendalian : Pangkas bagian yang sakit, sanitasi kebun, semprot Natural GLIO + gula pasir

– Busuk Kapang Kelabu (Gray Mould Rot), jamur Botrytis cinerea, berkembang pada saat buah anggur menjelang masak. Buah berwarna cokelat tua, keriput dan busuk. Pengendalian : Penanganan panen dan pasca panen yang baik, semprot Natural GLIO+gula pasir.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum dapat mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810 dosis + 5 ml (1/2 tutup) per tangki

PANEN
Panen setelah umur 1 tahun, dan buah berikutnya kontinyu 1-2 kali setahun tergantung pangkas buah.
23:00:00 | |
BUDIDAYA JERUK
I. PENDAHULUAN
Prospek agribisnis jeruk di Indonesia cukup bagus karena potensi lahan produksi yang luas. Melalui program peningkatan kualitas sumberdaya petani jeruk serta didukung dengan hasil inovasi teknologi pemupukan dan hormon alami, pengelolaan hama dan penyakit terpadu, serta sistem budidaya lainnya yang semuanya didasarkan pada semangat ramah lingkungan akan meningkatkan Kuantitas dan Kualitas produksi jeruk dengan tetap menjaga Kelestarian lingkungan.

II. SYARAT PERTUMBUHAN
Perlu 6-9 bulan basah (musim hujan), curah hujan 1000-2000 mm/th merata sepanjang tahun, perlu air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus. Temperatur optimal antara 25-30 °C dan kelembaban optimum sekitar 70-80%. Kecepatan angin lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah. Ketinggian optimum antara 1-1200 m dpl. Jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok, derajat keasaman tanah (pH tanah) adalah 5,5-6,5 . Air tanah optimal pada kedalaman 150-200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Cara generatif
Biji diambil dari buah dengan memeras buah yang telah dipotong. Biji dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2-3 hari hingga lendirnya hilang. Tanah persemaian diolah sedalam 30-40 cm dan dibuat petakan berukuran 1,15-1,20 m membujur dari utara ke selatan. Jarak petakan 0,5-1m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang 1 kg/m2. Biji ditanam dalam alur dengan jarak tanam 1-1,5 x 2 cm dan langsung disiram larutan POC NASA + 1-2 cc/lt air. Persemaian diberi atap. Bibit dipindahtanam ke dalam polibag 15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur 3-5 bulan. Media tumbuh dalam polibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupuk kandang, sekam, pasir (1:1:1) atau cukup dengan menggunakan tanah biasa disiram POC NASA (3-4 tutup) + HORMONIK (1 tutup) per 10-15 liter air.

3.1.2. Cara Vegetatif
Metode dengan cara penyambungan tunas pucuk dan penempelan mata tempel. Untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batang bawah (understam/rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakaran kuat dan luas, daya adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda. Varietas batang bawah yang biasa digunakan adalah Japanese citroen, Rough lemon, Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo citrange. Setelah penyambungan tunas pucuk atau penempelan mata tempel, segera disemprot menggunakan POC NASA (3-4 tutup/tangki ) + HORMONIK (1 tutup/tangki ).

3.1.2.1. Pengolahan Media Tanam
Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari tanaman lain atau sisa-sisa tanaman. Jarak tanam bervariasi untuk setiap jenis jeruk dapat dilihat pada data berikut ini: (a) Keprok dan Siem jarak tanam 5 x 5 m; (b) Manis : jarak tanam 7 x 7 m; (c) Sitrun (Citroen) : jarak tanam 6 x 7 m; (d) Nipis : jarak tanam 4 x 4 m; (e) Grape fruit : jarak tanam 8 x 8 m; (f) Besar : jarak tanam (10-12) x (10-12) m.
Lubang tanam dibuat 2 minggu sebelum tanam. Tanah bagian dalam dipisahkan dengan tanah dari lapisan atas. Tanah berasal dari lapisan atas dicampur dengan 1-2 kg pupuk kandang dan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan.
Pengembangbiakan Natural GLIO : 1-2 kemasan Natural GLIO dicampur 50-100 kg pupuk kandang untuk lahan 1000 m2. Selanjutnya didiamkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari + 1 minggu dengan selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik).

3.1.2.2. Teknik Penanaman
Bibit jeruk dapat ditanam pada musim hujan atau musim kemarau jika tersedia air untuk menyirami, tetapi sebaiknya ditanam diawal musim hujan. Sebelum ditanam, perlu dilakukan: (a) Pengurangan daun dan cabang yang berlebihan; (b) Pengurangan akar; (c) Pengaturan posisi akar agar jangan ada yang terlipat.
Setelah bibit ditanam, siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata dengan dosis ± 1 tutup POC NASA per liter air setiap pohon. Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA. Adapun cara penggunaan SUPER NASA adalah sebagai berikut: 1 (satu) botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap
1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi disiramkan setiap pohon.
Beri mulsa jerami, daun kelapa atau daun-daun yang bebas penyakit di sekitar bibit. Letakkan mulsa sedemikian rupa agar tidak menyentuh batang untuk menghindari kebusukan batang. Sebelum tanaman berproduksi dan tajuknya saling menaungi, dapat ditanam tanaman sela baik kacang-kacangan/sayuran. Setelah tajuk saling menutupi, tanaman sela diganti oleh rumput/tanaman legum penutup tanah yang sekaligus berfungsi sebagai penambah nitrogen bagi tanaman jeruk.

IV. PEMELIHARAAN TANAMAN
4.1. Penyulaman
Dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh.
4.2. Penyiangan
Gulma dibersihkan sesuai dengan frekuensi pertumbuhannya, pada saat pemupukan juga dilakukan penyiangan.
4.3. Pembubunan
Jika ditanam di tanah berlereng, perlu diperhatikan apakah ada tanah di sekitar perakaran yang tererosi. Penambahan tanah perlu dilakukan jika pangkal akar sudah mulai terlihat.
4.4. Pemangkasan
Pemangkasan bertujuan untuk membentuk tajuk pohon dan menghilangkan cabang yang sakit, kering dan tidak produktif. Dari tunas-tunas awal yang tumbuh biarkan 3-4 tunas pada jarak seragam yang kelak akan membentuk tajuk pohon. Pada pertumbuhan selanjutnya, setiap cabang memiliki 3-4 ranting atau kelipatannya. Bekas luka pangkasan ditutup dengan fungisida atau lilin untuk mencegah penyakit. Sebaiknya celupkan dulu gunting pangkas ke dalam alkohol. Ranting yang sakit dibakar atau dikubur dalam tanah.
4.5. Pemupukan Susulan
Umur
(tahun) Dosis Pupuk Makro (gr/pohon)
Urea TSP KCl
1 80 170 170
2 160 325 250
3 250 500 325
4 325 170 425
5 400 210 500
6 500 250 600
7 600 300 700
8 700 325 780
9 780 390 850
10 850 425 900
>10
Sebaiknya dilakukan analisis tanah
Dosis POC NASA mulai awal tanam :
0-3
2-3 tutup/diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang setiap 4-5 bulan sekali (sesekali bisa disemprot ke daun)
>3
3-4 tutup/diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang setiap 3-4 bulan sekali (sesekali bisa disemprot ke daun)

Catatan: Akan Lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun dosis 1 botol untuk + 200 pohon. Cara lihat pada Teknik Penanaman (Point 3.1.2.2.)
4.6. Penggunaan Hormonik
Hormonik dapat diberikan terutama setelah tanaman berumur 2 tahun, atau diberikan sejak awal lebih bagus. Caranya melalui penyiraman atau penyemprotan bersama dengan POC NASA (3-5 tutup POC NASA ditambah 1 tutup Hormonik).
4.7.Pengairan dan Penyiraman
Penyiraman jangan berlebih. Tanaman diairi sedikitnya satu kali dalam seminggu pada musim kemarau. Jika air kurang tersedia, tanah di sekitar tanaman digemburkan dan ditutup mulsa.
4.8. Penjarangan Buah
Pada saat pohon jeruk berbuah lebat, perlu dilakukan penjarangan supaya pohon mampu mendukung pertumbuhan, bobot buah serta kualitas buah. Buah yang dibuang meliputi buah sakit, tidak terkena sinar matahari (di dalam kerimbunan daun) dan kelebihan buah di dalam satu tangkai. Hilangkan buah di ujung kelompok buah dalam satu tangkai utama dan sisakan hanya 2-3 buah.
V. Hama dan Penyakit
5.1. Hama
a. Kutu loncat (Diaphorina citri.)
Bagian diserang : tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda. Gejala: tunas keriting, tanaman mati. Pengendalian: menggunakan PESTONA atau Natural BVR. Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat bertunas, buang bagian yang terserang.
b. Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.)
Bagian diserang : tunas muda dan bunga. Gejala: daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa. Pengendalian: menggunakan PESTONA atau Natural BVR.
c. Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.)
Bagian diserang : daun muda. Gejala: alur melingkar transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok. Pengendalian: semprotkan dengan PESTONA. Kemudian daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah.
d. Tungau (Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus sp)
Bagian diserang : tangkai, daun dan buah. Gejala: bercak keperak-perakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada daun. Pengendalian: semprotkan PESTONA atau Natural BVR.
e. Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.)
Bagian diserang : buah. Gejala: lubang gerekan buah keluar getah. Pengendalian: memetik buah yang terinfeksi, disemprot PESTONA pada buah berumur 2-5 minggu.
f. Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.)
Bagian diserang : tunas, daun muda dan pentil. Gejala: bercak coklat kehitaman dengan pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai keluarnya cairan buah yang menjadi nekrosis. Pengendalian: semprotkan PESTONA
g. Thrips (Scirtotfrips citri.)
Bagian diserang : tangkai dan daun muda. Gejala: helai daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan kadang disertai nekrotis. Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat dan sinar matahari masuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami. Kemudian gunakan PESTONA atau Natural BVR.
h. Kutu dompolon (Planococcus citri.)
Bagian diserang : tangkai buah. Gejala: berkas berwarna kuning, mengering dan buah gugur. Pengendalian: gunakan PESTONA. atau Natural BVR. Cegah datangnya semut sebagai vektor kutu.
i. Lalat buah (Dacus sp.)
Bagian diserang : buah yang hampir masak. Gejala: lubang kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah. Pengendalian: gunakan Perangkap lalat Buah.

5.2. Penyakit
a. CVPD
Penyebab: Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri. Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang. Gejala: daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye. Pengendalian: gunakan bibit tanaman bebas CVPD. Lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan Pestona atau Natural BVR untuk mengendalikan vektor.
b. Blendok
Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian diserang : batang atau cabang. Gejala: kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas. Pengendalian: pemotongan cabang terinfeksi. Bekas potongan diolesi POC NASA + Hormonik + Natural GLIO. POC NASA dan Hormonik bukan berfungsi mengendalikan Blendok, namun dapat meningkatkan daya tahan terhadap serangan penyakit.
c. Embun tepung
Penyebab: jamur Oidium tingitanium. Bagian diserang : daun dan tangkai muda. Gejala: tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda. Pengendalian: gunakan Natural GLIO pada awal tanam.
d. Kudis
Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti. Bagian diserang : daun, tangkai atau buah. Gejala: bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye. Pengendalian: pemangkasan teratur, gunakan Natural GLIO pada awal tanam.
e. Busuk buah
Penyebab: Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian diserang : buah. Gejala: terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit. Pengendalian: hindari kerusakan mekanis, gunakan Natural GLIO awal tanam
f. Busuk akar dan pangkal batang
Penyebab: jamur Phyrophthora nicotianae. Bagian diserang : akar, pangkal batang serta daun di bagian ujung. Gejala: tunas tidak segar, tanaman kering. Pengendalian: pengolahan dan pengairan yang baik, sterilisasi tanah pada waktu penanaman, buat tinggi tempelan minimum 20 cm dari permukaan tanah. gunakan Natural GLIO pada awal tanam
g. Buah gugur prematur
Penyebab: jamur Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria sp. Bagian yang diserang: buah dan bunga. Gejala: dua-empat minggu sebelum panen buah gugur. Pengendalian: gunakan Natural GLIO pada awal tanam
h. Jamur upas
Penyebab: Upasia salmonicolor. Bagian diserang : batang. Gejala: retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulit dikelupas. Pengendalian: kulit yang terinfeksi dikelupas dan diolesi fungisida yang mengandung tembaga atau belerang, kemudian potong cabang yang terinfeksi.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

VI. Panen
Buah jeruk dipanen saat masak optimal berumur + 28-36 minggu, tergantung jenis/varietasnya. Buah dipetik dengan menggunakan gunting pangkas.
22:59:00 | |
BUDIDAYA KELAPA SAWIT
I. PENDAHULUAN
Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), baik yang berorientasi pasar lokal maupun global akan berhadapan dengan tuntutan kualitas produk dan kelestarian lingkungan selain tentunya kuantitas produksi. PT. Natural Nusantara berusaha berperan dalam peningkatan produksi budidaya kelapa sawit secara Kuantitas, Kualitas dan tetap menjaga Kelestarian lingkungan (Aspek K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm. Temperatur optimal 24-280C. Ketinggian tempat yang ideal antara 1-500 m dpl. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan.
2.2. Media Tanam
Tanah yang baik mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur. Berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm), pH tanah 4-6, dan tanah tidak berbatu. Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Penyemaian
Kecambah dimasukkan polibag 12×23 atau 15×23 cm berisi 1,5-2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polibag harus selalu lembab. Simpan polibag di bedengan dengan diameter 120 cm. Setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai bibit dipindahtanamkan.
Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag 40×50 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Sebelum bibit ditanam, siram tanah dengan POC NASA 5 ml atau 0,5 tutup per liter air. Polibag diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak 90×90 cm.

3.1.2. Pemeliharaan Pembibitan
Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Penyiangan 2-3 kali sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Bibit tidak normal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Seleksi dilakukan pada umur 4 dan 9 bulan.
Pemupukan pada saat pembibitan sebagai berikut :
Pupuk Makro
> 15-15-6-4 Minggu ke 2 & 3 (2 gram); minggu ke 4 & 5 (4gr); minggu ke 6 & 8 (6gr); minggu ke 10 & 12 (8gr)
> 12-12-17-2 Mingu ke 14, 15, 16 & 20 (8 gr); Minggu ke 22, 24, 26 & 28 (12gr), minggu ke 30, 32, 34 & 36 (17gr), minggu ke 38 & 40 (20gr).
> 12-12-17-2 Minggu ke 19 & 21 (4gr); minggu ke 23 & 25 (6gr); minggu ke 27, 29 & 31 (8gr)
> POC NASA Mulai minggu ke 1 – 40 (1-2cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali).

Catatan : Akan Lebih baik pembibitan diselingi/ditambah SUPER NASA 1-3 kali dengan dosis 1 botol untuk + 400 bibit. 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman

3.2. Teknik Penanaman
3.2.1. Penentuan Pola Tanaman
Pola tanam dapat monokultur ataupun tumpangsari. Tanaman penutup tanah (legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.

3.2.2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 50×40 cm sedalam 40 cm. Sisa galian tanah atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bawah. Jarak 9x9x9 m. Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang berjarak 1,5 m dari sisi lereng.

3.2.3. Cara Penanaman
Penanaman pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polibag. Lepaskan plastik polybag hati-hati dan masukkan bibit ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar perakaran tanaman. Segera ditimbun dengan galian tanah atas. Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis ± 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4 tutup/tangki). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA. Adapun cara penggunaan SUPER NASA adalah sebagai berikut: 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.

3.3. Pemeliharaan Tanaman
3.3.1. Penyulaman dan Penjarangan
Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10-14 bulan. Populasi 1 hektar + 135-145 pohon agar tidak ada persaingan sinar matahari.

3.3.2. Penyiangan
Tanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma.

3.3.3. Pemupukan
Anjuran pemupukan sebagai berikut :

Pupuk Makro

Urea 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36
2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
225 kg/ha
1000 kg/ha

TSP 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36
2. Bulan ke 48 & 60
115 kg/ha
750 kg/ha

MOP/KCl 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36
2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
200 kg/ha
1200 kg/ha

Kieserite 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36
2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
75 kg/ha
600 kg/ha

Borax 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36
2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
20 kg/ha
40 kg/ha

NB. : Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim hujan (September – Oktober) dan kedua di akhir musim hujan (Maret- April).

POC NASA
a. Dosis POC NASA mulai awal tanam :
0-36 bln 2-3 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang, setiap 4 – 5 bulan sekali
>36 bln 3-4 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang, setiap 3 – 4 bulan sekali

b. Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah produksi tetapi tidak dari awal memakai POC NASA
Tahap 1 : Aplikasikan 3 – 4 kali berturut-turut dengan interval 1-2 bln. Dosis 3-4 tutup/ pohon
Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali. Dosis 3-4 tutup/ pohon
Catatan: Akan Lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman. Cara lihat Teknik Penanaman (Point 3.2.3.)

3.3.4. Pemangkasan Daun
Terdapat tiga jenis pemangkasan yaitu:
a. Pemangkasan pasir
Membuang daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan.
b. Pemangkasan produksi
Memotong daun yang tumbuhnya saling menumpuk (songgo dua) untuk persiapan panen umur 20-28 bulan.
c. Pemangkasan pemeliharaan
Membuang daun-daun songgo dua secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-54 helai.

3.3.5. Kastrasi Bunga
Memotong bunga-bunga jantan dan betina yang tumbuh pada waktu tanaman berumur 12-20 bulan.

3.3.6. Penyerbukan Buatan
Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang berbuah, dibantu penyerbukan buatan oleh manusia atau serangga.
a. Penyerbukan oleh manusia
Dilakukan saat tanaman berumur 2-7 minggu pada bunga betina yang sedang represif (bunga betina siap untuk diserbuki oleh serbuk sari jantan). Ciri bunga represif adalah kepala putik terbuka, warna kepala putik kemerah-merahan dan berlendir.

Cara penyerbukan:
1. Bak seludang bunga.
2. Campurkan serbuk sari dengan talk murni ( 1:2 ). Serbuk sari diambil dari pohon yang baik dan biasanya sudah dipersiapkan di laboratorium, semprotkan serbuk sari pada kepala putik dengan menggunakan baby duster/puffer.
b. Penyerbukan oleh Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit
Serangga penyerbuk Elaeidobius camerunicus tertarik pada bau bunga jantan. Serangga dilepas saat bunga betina sedang represif. Keunggulan cara ini adalah tandan buah lebih besar, bentuk buah lebih sempurna, produksi minyak lebih besar 15% dan produksi inti (minyak inti) meningkat sampai 30%.

3.4. Hama dan Penyakit
3.4.1. Hama
a. Hama Tungau
Penyebab: tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala: daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian: Semprot Pestona atau Natural BVR.

b. Ulat Setora
Penyebab: Setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian: Penyemprotan dengan Pestona.

3.4.2. Penyakit
a. Root Blast
Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. Bagian diserang akar. Gejala: bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO.

b. Garis Kuning
Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun. Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering. Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO semenjak awal.

c. Dry Basal Rot
Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian diserang batang. Gejala: pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering. Pengendalian: adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .

3.5. Panen
3.5.1. Umur Panen
Mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.
BUDIDAYA KELAPA SAWIT
I. PENDAHULUAN
Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), baik yang berorientasi pasar lokal maupun global akan berhadapan dengan tuntutan kualitas produk dan kelestarian lingkungan selain tentunya kuantitas produksi. PT. Natural Nusantara berusaha berperan dalam peningkatan produksi budidaya kelapa sawit secara Kuantitas, Kualitas dan tetap menjaga Kelestarian lingkungan (Aspek K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm. Temperatur optimal 24-280C. Ketinggian tempat yang ideal antara 1-500 m dpl. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan.
2.2. Media Tanam
Tanah yang baik mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur. Berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm), pH tanah 4-6, dan tanah tidak berbatu. Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Penyemaian
Kecambah dimasukkan polibag 12×23 atau 15×23 cm berisi 1,5-2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polibag harus selalu lembab. Simpan polibag di bedengan dengan diameter 120 cm. Setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai bibit dipindahtanamkan.
Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag 40×50 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Sebelum bibit ditanam, siram tanah dengan POC NASA 5 ml atau 0,5 tutup per liter air. Polibag diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak 90×90 cm.

3.1.2. Pemeliharaan Pembibitan
Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Penyiangan 2-3 kali sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Bibit tidak normal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Seleksi dilakukan pada umur 4 dan 9 bulan.
Pemupukan pada saat pembibitan sebagai berikut :
Pupuk Makro
> 15-15-6-4 Minggu ke 2 & 3 (2 gram); minggu ke 4 & 5 (4gr); minggu ke 6 & 8 (6gr); minggu ke 10 & 12 (8gr)
> 12-12-17-2 Mingu ke 14, 15, 16 & 20 (8 gr); Minggu ke 22, 24, 26 & 28 (12gr), minggu ke 30, 32, 34 & 36 (17gr), minggu ke 38 & 40 (20gr).
> 12-12-17-2 Minggu ke 19 & 21 (4gr); minggu ke 23 & 25 (6gr); minggu ke 27, 29 & 31 (8gr)
> POC NASA Mulai minggu ke 1 – 40 (1-2cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali).

Catatan : Akan Lebih baik pembibitan diselingi/ditambah SUPER NASA 1-3 kali dengan dosis 1 botol untuk + 400 bibit. 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman

3.2. Teknik Penanaman
3.2.1. Penentuan Pola Tanaman
Pola tanam dapat monokultur ataupun tumpangsari. Tanaman penutup tanah (legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.

3.2.2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 50×40 cm sedalam 40 cm. Sisa galian tanah atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bawah. Jarak 9x9x9 m. Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang berjarak 1,5 m dari sisi lereng.

3.2.3. Cara Penanaman
Penanaman pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polibag. Lepaskan plastik polybag hati-hati dan masukkan bibit ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar perakaran tanaman. Segera ditimbun dengan galian tanah atas. Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis ± 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4 tutup/tangki). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA. Adapun cara penggunaan SUPER NASA adalah sebagai berikut: 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.

3.3. Pemeliharaan Tanaman
3.3.1. Penyulaman dan Penjarangan
Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10-14 bulan. Populasi 1 hektar + 135-145 pohon agar tidak ada persaingan sinar matahari.

3.3.2. Penyiangan
Tanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma.

3.3.3. Pemupukan
Anjuran pemupukan sebagai berikut :

Pupuk Makro

Urea 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36
2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
225 kg/ha
1000 kg/ha

TSP 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36
2. Bulan ke 48 & 60
115 kg/ha
750 kg/ha

MOP/KCl 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36
2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
200 kg/ha
1200 kg/ha

Kieserite 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36
2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
75 kg/ha
600 kg/ha

Borax 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36
2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
20 kg/ha
40 kg/ha

NB. : Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim hujan (September – Oktober) dan kedua di akhir musim hujan (Maret- April).

POC NASA
a. Dosis POC NASA mulai awal tanam :
0-36 bln 2-3 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang, setiap 4 – 5 bulan sekali
>36 bln 3-4 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang, setiap 3 – 4 bulan sekali

b. Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah produksi tetapi tidak dari awal memakai POC NASA
Tahap 1 : Aplikasikan 3 – 4 kali berturut-turut dengan interval 1-2 bln. Dosis 3-4 tutup/ pohon
Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali. Dosis 3-4 tutup/ pohon
Catatan: Akan Lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman. Cara lihat Teknik Penanaman (Point 3.2.3.)

3.3.4. Pemangkasan Daun
Terdapat tiga jenis pemangkasan yaitu:
a. Pemangkasan pasir
Membuang daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan.
b. Pemangkasan produksi
Memotong daun yang tumbuhnya saling menumpuk (songgo dua) untuk persiapan panen umur 20-28 bulan.
c. Pemangkasan pemeliharaan
Membuang daun-daun songgo dua secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-54 helai.

3.3.5. Kastrasi Bunga
Memotong bunga-bunga jantan dan betina yang tumbuh pada waktu tanaman berumur 12-20 bulan.

3.3.6. Penyerbukan Buatan
Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang berbuah, dibantu penyerbukan buatan oleh manusia atau serangga.
a. Penyerbukan oleh manusia
Dilakukan saat tanaman berumur 2-7 minggu pada bunga betina yang sedang represif (bunga betina siap untuk diserbuki oleh serbuk sari jantan). Ciri bunga represif adalah kepala putik terbuka, warna kepala putik kemerah-merahan dan berlendir.

Cara penyerbukan:
1. Bak seludang bunga.
2. Campurkan serbuk sari dengan talk murni ( 1:2 ). Serbuk sari diambil dari pohon yang baik dan biasanya sudah dipersiapkan di laboratorium, semprotkan serbuk sari pada kepala putik dengan menggunakan baby duster/puffer.
b. Penyerbukan oleh Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit
Serangga penyerbuk Elaeidobius camerunicus tertarik pada bau bunga jantan. Serangga dilepas saat bunga betina sedang represif. Keunggulan cara ini adalah tandan buah lebih besar, bentuk buah lebih sempurna, produksi minyak lebih besar 15% dan produksi inti (minyak inti) meningkat sampai 30%.

3.4. Hama dan Penyakit
3.4.1. Hama
a. Hama Tungau
Penyebab: tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala: daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian: Semprot Pestona atau Natural BVR.

b. Ulat Setora
Penyebab: Setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian: Penyemprotan dengan Pestona.

3.4.2. Penyakit
a. Root Blast
Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. Bagian diserang akar. Gejala: bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO.

b. Garis Kuning
Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun. Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering. Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO semenjak awal.

c. Dry Basal Rot
Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian diserang batang. Gejala: pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering. Pengendalian: adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .

3.5. Panen
3.5.1. Umur Panen
Mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.
22:55:00 | |
BUDIDAYA DURIAN
PENDAHULUAN
Saat ini, permintaan dan harga durian tergolong tinggi, karena memberikan keuntungan menggiurkan bagi siapa saja yang membudidayakan. Sehingga bertanam durian merupakan sebuah prospek usaha agribisnis yang bagus. Cara bertanam durian yang baik merupakan pintu gerbang untuk menuju sukses.
PT. Natural Nusantara membantu alternative solusi bagaimana teknis budidaya durian secara intensif, sehingga terjadi peningkatan hasil secara K- 3, yaitu Kuantitas, Kualitas dan Kelestarian lingkungan.

SYARAT PERTUMBUHAN
Tanaman durian tumbuh optimal pada ketinggian 50-600 m dpl,intensitas cahaya 40-50 %, dengan suhu 22-30 0C, curah hujan ideal 1.500 – 2.500 mm per-tahun. Tanah yang cocok, lempung berpasir subur dan banyak kandungan bahan organik, dan pH 6 – 7.

PEMBIBITAN
Pilih bibit tanaman yang subur, segar, sehat, daun banyak, batang kokoh, bebas hama & penyakit, percabangan 2-4 arah dan ada tunas baru

PERSIAPAN LAHAN
Pembukaan lahan sebaiknya pada musim kemarau. Bersihkan alang-alang dan gulma lain serta tanaman keras yang mengganggu masuknya sinar matahari. Lahan miring sebaiknya dibuat terasering. Buat saluran-saluran pembuangan air.

JARAK TANAM
Jarak tanam yang umum 8 x 12 m atau 10 x 10 m

TANAMAN PELINDUNG
Skala luas di tempat terbuka mutlak diperlukan tanaman pelindung,misal lamtoro,turi,gamal,sengon atau pepaya. Tanaman pelindung ditanam setelah penyiapan lahan.

LUBANG TANAM
Buat lubang tanam ukuran 50 cm2. Pisahkan tanah bagian atas dengan bagian bawah dan biarkan selama + 2 minggu. Tanah bagian atas dicampur dengan pupuk kandang matang 20 kg + 5 gr Natural GLIO + 10 kg Dolomit sampai rata sebagai media tanam, kemudian masukkan campuran tersebut ke dalam lubang tanam dan biarkan 1 minggu sebelum bibit ditanam.

PENANAMAN
Penanaman yang ideal pada awal musim hujan. Gali lubang tanam yang berisi campuran media tanam sesuai ukuran bibit. Ambil bibit dan buka plastik pembungkus tanah secara hati-hati. Tanam bibit sebatas leher akar tanpa mengikutkan batangnya. Siram air secukupnya setelah selesai tanam. Akan lebih baik ditambah pupuk organik SUPERNASA dosis 1 botol untuk ± 200 tanaman . 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk lalu siramkan setiap pohon atau siramkan SUPERNASA 1 sendok makan per 10 liter air per pohon.

PENGAIRAN
Pengairan dilakukan sejak awal pertumbuhan sampai tanaman berproduksi. Pada waktu berbunga, penyiraman dikurangi. Penyiraman paling baik pagi hari.

PEMANGKASAN
Pangkas terhadap tunas-tunas air, cabang atau ranting yang sudah mati dan terserang hama penyakit, serta ranting-ranting yang tidak terkena sinar matahari. Ketika tanaman mencapai ketinggian tertentu 4-5 m, pucuk tanaman dipangkas.

PEMUPUKAN
Dosis dan jenis pupuk tergantung pada jenis dan kesuburan tanah atau sesuai rekomendasi setempat, misal sebagai berikut :
Umur (hari) Pukan (kg/ph) NPK (kg/ph) Frekwensi per-tahun
1 – 3 30 – 50 0,5 – 1,0 3 – 4
4 – 6 75 – 150 1,5 – 2,5 2 – 3
15 – 10 200 – 300 3,0 – 5,0 1 – 2

Pemupukan sejak awal pertumbuhan sampai tahun ke-3 dengan pupuk NPK yang kadar N tinggi.
Waktu pemupukan pupuk kandang sekali setahun pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau. Sedangkan pupuk Makro sesuai dengan umur tanaman. Caranya dengan menaburkan memutar sesuai dengan lebar pendeknya tajuk tanaman.
Siramkan pupuk organik SUPERNASA (0-3 thn) dan POWER NUTRITION (diatas 3 thn) dengan cara sesuai di atas . Semprotkan 3-4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK per tangki tiap 1-2 bulan selama masih bisa dijangkau alat semprot.
PEMBUAHAN DI LUAR MUSIM
Caranya mengatur pembungaan di setiap pohon durian per blok, yaitu jika menginginkan panen durian bulan Agustus – November, maka sekitar bulan Maret tanaman pada blok diberi pupuk 1,5-2 kg NPK + 1 sendok makan POWER NUTRITION per 10 liter air per pohon dan akan lebih bagus ditambah penyemprotan 3-4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK per tangki setiap 7-10 hari sekali sebanyak 3-4 kali. Selain itu kira-kira 3 bulan sebelumnya tanah areal penanaman harus dikeringkan. Jika waktu pengeringan turun hujan, tanah di sekeliling tanaman dalam radius 5-7 meter diberi mulsa dan dibuatkan saluran pembuangan air. Setelah bunga mekar dan menjadi buah atau 2 bulan setelah bunga mekar, tanaman diberi pupuk NPK dosis 0,5 – 1 kg per tanaman. Setelah terbentuk buah, usahakan tanaman tidak mengeluarkan tunas daun karena dapat menyebabkan terjadinya perebutan unsur hara antara buah dan daun, sehingga perlu disiram POWER NUTRITION lagi (1 botol untuk 30-50 pohon).

PENYERBUKAN
Tidak semua bunga bisa menjadi buah karena bunga durian mekar pada sore sampai malam hari sehingga tidak banyak serangga penyerbuk. Selain itu juga tidak semua bunga durian muncul secara bersamaan, padahal penyerbukan berhasil jika serbuk sari dan kepala putik harus matang secara bersamaan. Oleh karena itu perlu dilakukan penyerbukan buatan, caranya sapukan kuas halus pada bunga mekar pada malam hari. Untuk memaksimalkan kualitas dan kuantitas, sebaiknya dalam satu areal penanaman tidak hanya satu jenis varietas tertentu, tetapi dicampur dengan varietas yang lain.

PERAWATAN BUAH
Penyeleksian buah setelah berdiameter 5 cm. Sisakan dua buah terbaik, jarak ideal buah satu dengan yang lain sekitar 30 cm. Tanaman durian yang baru pertama kali berbuah sebaiknya dipelihara satu atau dua butir buah. Untuk mencegah kerontokan buah setelah buah berumur 10 hari sejak terbentuk, lebih bagus jika diberikan pupuk makro NPK (0,5-1 kg/pohon) ditambah POWER NUTRION (1 botol untuk 30-50 pohon).

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT
1. Penggerek Batang (Batocera sp. , Xyleutes sp.)
Menyerang dengan cara membuat lubang pada batang, dahan, atau ranting. Gejala serangan tanaman layu, daun kering dan rontok akhirnya mati. Pengendalian; sanitas kebun, potong dan musnahkan batang, dahan, atau ranting yang parah terserang, tutup bekas lubang gerekan dengan kapas yang sudah diberi PESTONA + POC NASA atau disemprotkan.

2. Penggerek Buah (Tirathaha sp., Dacus dorsalis )
Gejala buah menjadi busuk berulat dan akhirnya rontok. Semprotkan sejak awal dengan PESTONA atau PENTANA + AERO 810 sejak buah berumur 1 minggu, Gunakan perangkap Natural METILAT.

3. Kutu Putih ( Pseudococus sp.)
Hama ini menyerang dengan mengisap cairan dan bisa sebagai pembawa penyakit embun jelaga dan penyebaran dibantu semut. Gejala serangan daun keriting dan merana, sehingga bunga dan buah bisa rontok. Semprotkan PESTONA atau PENTANA + AERO 810 secara bergantian.

4. Ulat Daun (Papilia sp., Setora sp., Lymatria sp.)
Ketiga ulat menyerang dengan cara memakan daun sehingga berlubang dan rusak. Semprotkan PESTONA atau PENTANA + AERO 810 secara bergantian.

5. Penyakit Kanker Batang (Phytophthora palmivora)
Gejala serangan adanya luka yang mengeluarkan lendir warna merah pada kulit batang bagian bawah dekat tanah. Setelah batang busuk, pucuk-pucuk tanaman akan mengering, daun layu dan rontok, dan akhirnya mati. Pengendalian dengan sanitasi kebun, memperlebar jarak tanam, menekan gulma, pemangkasan, sejak awal sebelum tanam sebarkan Natural GLIO atau oleskan pada batang yang luka kemudian tutup dengan parafin, kerok batang terserang sampai warna coklat tidak kelihatan kemudian semprot PESTONA + POC NASA.

6. Penyakit Busuk Akar (Jamur Fusarium sp.)
Jika dibelah, pada bagian korteks akan tampak warna coklat dan pada bagian yang berkayu akan tampak warna merah muda dengan bercak coklat. Tanaman yang terserang dimusnahkan dan dibakar serta bekas lubang tanam ditaburi kapur + Natural GLIO, perbaiki sistem drainase serta sejak awal pakai Natural GLIO sebagai pencegahan.

7. Penyakit Bercak Daun (Jamur Colletotrichum sp.)
Gejala adanya bercak-bercak besar kering pada daun tanaman yang akhirnya berlubang. Potong daun terserang, semprotkan Natural GLIO + POC NASA sebagai pencegahan gunakan fungisida berbahan aktif tembaga.

8. Penyakit Jamur Upas (pink disease)
Gejala munculnya cairan kuning pada bagian batang terserang dan diselimuti dengan benang-benang jamur berwarna mengkilat berbentuk seperti laba-laba sehingga menyebabkan kematian pada batang. Potong bagian terserang, kurangi kelembaban, Oleskan Natural GLIO + POC NASA pada bagian terserang atau fungisida berbahan aktif tembaga

9.Penyakit Akar Putih (JamurRigodoporus lignosus)
Daun kuning kemudian coklat sebelum akhirnya mengerut dan gugur. Buang semua tanaman inang dari areal kebun, gunakan Natural GLIO sebagai pencegahan.

10. Penyakit Busuk Buah ( Jamur Phytophthora sp.)
Gejala adanya bercak-bercak basah berwarna coklat kehitaman pada kulit buah, kemudian busuk dan pada bagian terserang terbentuk miselium dan sporangia berwarna putih. Gunakan Natural GLIO sebelum tanam sebagai tindakan pencegahan, sanitasi kebun.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

PEMANENAN
Waktu panen berbeda tergantung jenis varietas. Jenis monthong sekitar 125 – 135 hari setelah bunga mekar, jenis chanee sekitar 110 – 116 hari setelah bunga mekar. Buah durian mengalami tingkat kematangan sempurna 4 bulan setelah bunga mekar. Waktu petik berdasar tanda-tanda fisik, misal ujung duri coklat tua, garis-garis di antara duri lebih jelas, tangkai buah lunak dan mudah dibengkokkan, ruas-ruas tangkai buah membesar, baunya harum, terdengar bunyi kasar dan bergema jika buah dipukul. Cara penen dengan memetik atau memotong buah di pohon dengan pisau atau galah berpisau. Bagian yang dipotong adalah tangkai buah dekat pangkal batang dan usahakan buah durian tidak sampai terjatuh karena mengurangi kualitas buah.
BUDIDAYA KARET
I. PENDAHULUAN
Tujuan utama pasaran karet (hevea brasiliensis) ndonesia adalah ekspor. Di pasaran internasional (perdagangan bebas) produk karet Indonesia menghadapi persaingan ketat. PT. Natural Nusantara berupaya meningkatkan Kuantitas dan Kualitas produksi, dengan tetap menjaga Kelestarian lingkungan (Aspek K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN
– Suhu udara 240C – 280C.
– Curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun.
– Penyinaran matahari antara 5-7 jam/hari.
– Kelembaban tinggi
– Kondisi tanah subur, dapat meneruskan air dan tidak berpadas
– Tanah ber-pH 5-6 (batas toleransi 3-8).
– Ketinggian lahan 200 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persemaian Perkecambahan
– Benih disemai di bedengan dengan lebar 1-1,2 m, panjang sesuai tempat.
– Di atas bedengan dihamparkan pasir halus setebal 5-7 cm.
– Tebarkan Natural Glio yang sudah terlebih dulu dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1 mg.
– Bedengan dinaungi jerami/daun-daun setinggi 1 m di sisi timur dan 80 cm di sisi Barat.
– Benih direndam POC NASA selama 3-6 jam (1 tutup/liter air).
– Benih disemaikan langsung disiram larutan POC NASA 0,5 tutup/liter air.
– Jarak tanam benih 1-2 cm.
– Siram benih secara teratur, dan benih yang normal akan berkecambah pada 10-14 hss dan selanjutnya dipindahkan ke tempat persemaian bibit.

3.1.2. Persemaian Bibit
– Tanah dicangkul sedalam 60-75 cm, lalu dihaluskan dan diratakan.
– Buat bedengan setinggi 20 cm dan parit antar bedengan sedalam 50 cm.
– Benih yang berkecambah ditanam dengan jarak 40x40x60 cm untuk okulasi coklat dan 20x20x60 untuk okulasi hijau.
– Penyiraman dilakukan secara teratur
– Pemupukan :
PUPUK MAKRO : (diberikan 3 bulan sekali) GT 1 : 8 gr urea, 4 gr TSP, 2 gr KCl perpohon LCB 1320: 2,5 gr urea, 3 gr TSP, 2 gr KCl perpohon. POC NASA : 2-3 cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali

3.1.3. Pembuatan Kebun Entres
– Cara penanaman dan pemeliharaan seperti menanam bibit okulasi.
– Bibit yang digunakan dapat berbentuk bibit stump atau bibit polybag.
– Jarak tanam 1,0 m x 1,0 m.
– Pemupukan :
PUPUK MAKRO : (diberikan 3 bulan sekali)
Tahun I : 10 gr urea, 10 gr TSP, 10 gr KCl /pohon
Tahun II : 15 gr urea, 15 gr TSP, 15 gr KCl /pohon

POC NASA :
2-3 cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali

3.1.4. Okulasi
Ada 2 macam okulasi: Okulasi coklat dan okulasi hijau.
Keterangan Okulasi Coklat Okulasi Hijau

Umur batang bawah 9-18 bulan 3-8 bln

Diameter batang 10 cm dari tanah + 2 cm 1 – 1,5 cm

Kayu okulasi
Dari kebun entres, warna hijau tua dan coklat, diameter 1,5 – 3 cm.
Dari kebun entres umur 1-3 bln, warna masih hijau atau telah terbentuk 1-2 payung.

– Teknik Okulasi : (keduanya sama)
– Buat jendela okulasi panjang 5-7 cm, lebar 1-2 cm.
– Persiapkan mata okulasi
– Pisahkan kayu dari kulit (perisai)
– Masukkan perisai ke dalam jendela
– Membalut, gunakan pita plastik/rafia tebal 0,04 mm
– Setelah 3 minggu, balut dibuka, jika pesriasi digores sedikit masih hijau segar, maka okulasi berhasil. Diulangi 1-2 minggu kemudian.
– Bila bibit akan dipindahkan potonglah miring batang bawah + 10 cm di atas okulasi.
– Bibit okulasi yang dipindahkan dapat berbentuk stum mata tidur, stum tinggi, stum mini, dan bibit polybag.

3.2. Pengolahan Media Tanam
a. Tanah dibongkar dengan cangkul / traktor, dan bersihkan dari sisa akar.
b. Pembuatan teras untuk tanah dengan kemiringan > 10 derajat. Lebar teras minimal 1,5 dengan jarak antar teras tergantung dari jarak tanam.
c. Pembuatan rorak (kotak kayu panjang) pada tanah landai. Rorak berguna untuk menampung tanah yang tererosi. Jika sudah penuh isi rorak dituangkan ke areal di sebelah atas rorak.
e. Pembuatan saluran penguras dan saluran pinggiran jalan yang sesuai dengan kemiringan lahan dan diperkeras.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanaman
0-3 th tumpangsari dengan padi gogo, jagung, kedele
> 3 th tumpangsari dengan jahe atau kapulogo
3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Jarak tanam 7 x 3 m (476 bibit/ha)
Lubang tanam :
– okulasi stump mini 60 x 60 x 60 cm
– okulasi stump tinggi 80 x 80 x 80 cm

3.3.3. Cara Penanaman
– Masukkan bibit dan plastiknya dalam lubang tanah dan biarkan 2-3 minggu.
– Buka kantong plastik, tebarkan NATURAL GLIO yang telah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1 minggu dan segera timbun dengan tanah galian
– Siramkan POC NASA yang telah dicampur air secara merata (1 tutup/lt air perpohon). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA. Caranya : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyulaman
Dilakukan saat tanaman berumur 1-2 tahun.
b. Pemupukan
UMUR
( bulan ) Dosis pupuk Makro (per ha)
Urea
( kg ) Rock Phospat/
( kg ) MOP/ KCl
( kg ) Kieserite
(MgSO4)
( kg )
0 0 150 0 0
3 60 115 40 40
8 60 115 40 40
12 75 135 50 40
18 75 135 50 40
24 115 300 115 75
36 210 300 115 75
48 235 300 115 75
dst
sebaiknya dilakukan analisa tanah
Dosis POC NASA mulai awal tanam :
0 – 36
2-3 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang
setiap 4 – 5 bulan sekali
> 36
3-4 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang
setiap 3 – 4 bulan sekali
Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah produksi tetapi tidak dari awal memakai POC NASA :
1. Tahap 1 : Aplikasikan 3 – 4 kali berturut-turut dengan interval 1-2 bln. Dosis 3-4 tutup/ pohon
2. Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali. Dosis 3-4 tutup/ pohon
Catatan: Akan Lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 300 tanaman. Cara lihat Teknik Penanaman (Point 3.3.3.)

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Kutu tanaman (Planococcus citri)
Gejala: merusak tanaman dengan mengisap cairan dari pucuk batang dan daun muda. Bagian tanaman yang diisap menjadi kuning dan kering. Pengendalian: Menggunakan BVR atau Pestona.
b. Tungau (Hemitarsonemus , Paratetranychus)
Gejala; mengisap cairan daun muda, daun tua, pucuk, sehingga tidak normal dan kerdil, daun berguguran. Pengendalian: Menggunakan BVR atau Pestona

3.5.2. Penyakit
Penyakit yang menyerang bagian akar, batang, daun dan bidang sadap, sebagian besar disebabkan oleh jamur. Penyakit tersebut antara lain :
a. Penyakit pada akar : Akar putih (Jamur Rigidoporus lignosus), Akar merah (Jamur Ganoderma pseudoferrum), Jamur upas (Jamur Corticium salmonicolor),
b. Penyakit pada batang :Kanker bercak (Jamur Phytophthora palmivora), Busuk pangkal batang (Jamur Botrydiplodia theobromae),
c. Penyakit pada bidang sadap : Kanker garis (Jamur Phytophthora palmivora), Mouldy rot (Jamur Ceratocystis fimbriata)
d. Penyakit pada Daun : Embun tepung (jamur Oidium heveae), Penyakit colletorichum (Jamur Coletotrichum gloeosporoides), Penyakit Phytophthora (Jamur Phytophthora botriosa)

Pengendalian dan Pencegahan Penyakit karena jamur:
– Menanam bibit sehat dan dari klon resisten
– Pemupukan lengkap dan seimbang ( makro – mikro) dengan jenis pupuk, dosis dan waktu yang tepat
– Taburkan Natural Glio sebelum atau pada saat tanam sanitasi kebun
– Pemangkasan tanaman penutup yang terlalu lebat
– Bagian yang terserang segera dimusnahkan
– Penyadapan tidak terlalu dalam dan tidak terlalu dekat tanah
– Pisau sadap steril
– Khusus penyakit embun tepung, daun digugurkan lebih awal dan segera dipupuk nitrogen dengan dosis dua kali lipat dan semprot POC NASA 3-5 tutup/tangki.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .

3.6. Panen
Penyadapan pada umur + 5 tahun, dan dapat dilakukan selama 25-35 tahun.
Pemakaian POC NASA, HORMONIK dan SUPERNASA secara teratur akan mempercepat waktu penyadapan pertama kali dan memperlama usia produksi tanaman.
2 BUDIDAYA MANGGA
PENDAHULUAN
Produksi mangga pada saat ini belum mampu memenuhi permintaan pasar, khususnya pasar luar negeri. Ketidakmampuan ini bukan hanya disebabkan produktivitas rendah tetapi juga kualitasnya masih kurang. Kondisi ini disebabkan oleh penerapan teknologi budidaya yang belum optimal.
Memperhatikan hal tersebut PT. NATURAL NUSANTARA membantu peningkatan produksi secara kuantitas , kualitas dan kelestarian (Aspek K-3). sehingga petani mampu bersaing di era pasar bebas.
AGROEKOLOGI
Tanaman mangga tumbuh baik pada ketinggian 50-300 m dpl pada lapisan tanah tebal dan struktur tanah remah dan berbutir-butir.
VARIETAS
Varietas yang bernilai jual tinggi antara lain Gadung 21 atau Arumanis 143. Varietas lainnya adalah Manalagi 69, Lalijiwo, Chokanan dan Golek 31.
PERSIAPAN LAHAN
Lubang tanam dibuat 1-2 bulan sebelum tanam,ukuran 1 m x 1m x 1 m dan jarak tanam 6 m x 8 m. Dua minggu sebelum pelaksanaan tanam, tanah galian dimasukkan kembali ke dalam lubang tanam dengan campur pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Akan lebih optimal siram SUPERNASA (0,5 sdm / + 5 lt air/pohon).
PENANAMAN
Penanaman di awal musim hujan. Sebelum bibit ditanam kantong plastik dilepas. Kedalaman tanam + 15-20 cm diatas leher akar dan tanah disekitar tanaman ditekan ke arah tanaman agar tidak roboh. Tanaman diberi naungan dengan posisi miring ke barat dan selanjutnya dikurangi sedikit demi sedikit.
PEMUPUKAN
~ Pupuk Kandang (PK) diberikan 1 kali pada awal musim hujan. Caranya dibenamkan disekitar pohon selebar tajuk tanaman atau menggali lubang pada sisi tanaman. Mangga umur 1 – 5 tahun diberi 30 kg PK, umur 6 – 15 tahun diberi 60 kg PK. Akan lebih optimal jika ditambahkan ~ ~ SUPERNASA atau jika pupuk kandang sulit dapat digunakan SUPERNASA dengan dosis :
– Alternatif 1 : 0,5 sendok makan/ 5 lt air per tanaman.
– Alternatif 2 : 1 botol SUPER NASA encerkan dalam 2 lt (2000 ml) air jadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 lt air diberi 20 ml larutan induk tadi untuk menyiram per pohon.
~ Pemberian SUPERNASA selanjutnya dapat diberikan setiap 3 – 4 bulan sekali.
~ Penyemprotan POC NASA (4-5 ttp/tangki) atau lebih optimal POC NASA (3-4 ttp) + HORMONIK (1 ttp ) per tangki setiap 1 – 3 bulan sekali.
~ Pupuk NPK 2 kali setahun di awal (Nopember – Desember), akhir musim hujan (April – Mei) dosis sbb:
Umur (th) PK
(kg) Dosis Pupuk Makro (KG/Pohon)
ZA TSP KCl
1 – 3 20 – 30 0.5 – 1 0.25-0.5 0.25-0.5
4 – 6 30 – 40 1 – 2 0.5 – 1 0.5 – 1
7 – 10 50 – 60 2 – 3 1 – 1.5 1 – 1.5
> 10 50 – 60 3 – 4 1.5 – 2 1.5 – 2
PEMANGKASAN
Pangkas Bentuk (3 tahap) :
Tahap I : umur 1 tahun setelah tanam pada musim hujan dengan memotong batang setinggi 50 – 60 cm dari permukaan tanah dan pemotongan di atas bidang sambungan. Dari cabang yang tumbuh dipelihara 3 cabang yang arahnya menyebar.
Tahap II : pemangkasan dilakukan pada ketiga cabang yang tumbuh tersebut setelah berumur 2 tahun, caranya menyisakan 1 – 2 ruas/pupus. Tunas yang tumbuh pada masing-masing cabang dipelihara 3 tunas. Jika lebih dibuang. Tahapan pemangkasan tersebut akan diperoleh pohon dengan rumus cabang 1- 3 – 9.
Tahap III : umur 3 tahun, cara sama seperti tahap II, tetapi tunas yang tumbuh dipelihara semua untuk produksi.
PANGKAS PRODUKSI
Pemangkasan ini untuk memelihara tanaman dengan memotong cabang mati / kering, cabang yang tumbuh ke dalam dan ke bawah serta cabang air yaitu cabang muda yang tidak akan menghasilkan buah. Pemangkasan produksi dilaksanakan segera setelah panen.
PENDANGIRAN
Dilakukan 2 kali dalam setahun pada awal dan akhir musim hujan, dengan membalik tanah (pembumbunan) di sekitar kaca tanaman agar patogen yang ada dalam tanah mati.
MULCHING (MULSA)
Pemberian mulsa di akhir musim hujan, menggunakan jerami / sisa-sisa bekas pangkasan / tanaman sela.
PENGENDALIAN GULMA
Pengendalian gulma dilakukan minimal 3 kali setahun.
INDUKSI BUNGA
Untuk merangsang pembungaan digunakan Pupuk Organik Padat SUPER NASA dengan dosis 1-2 sendok/pohon dicampur 10 liter air disiramkan secara merata di bawah kanopi pohon setelah pupus kedua ( Februari-Maret) dan disemprot POC NASA (3-4 ttp/tangki) + HORMONIK (1 ttp) per tangki.
PENGELOLAAN BUNGA DAN BUAH
Pengelolaan bunga dan buah dilakukan 4 kali, pada saat bud break, bud elongation, mango size (kacang hijau) dan marble size (jagung). Pupuk yang digunakan :
1. Monokalsium Phospat ( MKP ) diberikan sebelum muncul tunas baru atau bud break dan pada saat bud break atau bud elongation (dosis 2,5 gr/liter).
2. POC NASA diberikan saat bud break, bud elongation, (dosis 4-5 tutup/tangki).
3. POC NASA (3-4 ttp) + HORMONIK (1 ttp) per tangki diberikan pada saat mango size dan marble size.
HAMA DAN PENYAKIT
a. Tip Borer, Clumetia transversa
Ulat ini menggerek pucuk yang masih muda (flush) dan malai bunga dengan mengebor/menggerek tunas atau malai menuju ke bawah. Tunas daun atau malai bunga menjadi layu, kering akibatnya rusak dan transportasi unsur hara terhenti kemudian mati. Pengendalian; cabang tunas terinfeksi dipotong lalu dibakar, pendangiran untuk mematikan pupa, penyemprotan dengan PESTONA.
b. Thrips ( Scirtothrips dorsalis )
Hama ini sering disebut thrips bergaris merah karena pada segment perut yang pertama terdapat suatu garis merah. Hama ini selain menyerang daun muda juga bunga dengan menusuk dan menghisap cairan dari epidermis daun dan buah. Tempat tusukan bisa menjadi sumber penyakit. Daun kelihatan seperti terbakar, warna coklat dan menggelinting. Apabila bunga diketok-ketok dengan tangan dan dibawahnya ditaruh alas dengan kertas putih akan terlihat banyak thrips yang jatuh. Pengendalian : tunas muda terserang dipotong lalu dibakar, tangkap dengan perangkap warna kuning, pemangkasan teratur, penyemprotan dengan BVR atau PESTONA
c. Ulat Phylotroctis sp.
Warna sedikit coklat (beda dengan Clumetia sp. yang warnanya hijau) sering menggerek pangkal calon malai bunga. Telur Phyloctroctis sp. menetas dan dewasa menyerang tangkai buah muda (pentil). Buah muda gugur karena lapisan absisi pada tangkai buah bernanah kehitaman. Aktif pada malam hari. Pengendalian dengan PESTONA.
d. Seed Borer, Noorda albizonalis
Hama ini menggerek buah pada bagian ujung atau tengah dan umumnya meninggalkan bekas kotoran dan sering menyebabkan buah pecah. Ulat ini langsung menggerek biji buah akibatnya buah busuk dan jatuh. Berbeda dengan Black Borer yang menggerek buah pada bagian pangkal buah. Lubang gerekan dapat sebagai sumber penyakit. Pengendalian : pembungkusan buah, kumpulkan buah terserang lalu dibakar, semprot dengan PESTONA.

e. Wereng mangga ( Idiocerus sp.)
Serangan terjadi saat malai bunga stadia bud elongation. Nimfa dan wereng dewasa menyerang secara bersamaan dengan menghisap cairan pada bunga, sehingga kering, penyerbukan dan pembentukan buah terganggu kemudian mati. Serangan parah terjadi jika didukung cuaca panas yang lembab. Hama ini dapat mengundang tumbuh dan berkembangnya penyakit embun jelaga (sooty mold) dengan dikeluarkan embun madu dari wereng yang dapat menyebabkan phytotoxic pada tunas, daun dan bunga. Pengendalian : pengasapan, penyemprotan BVR/PESTONA sebelum bunga mekar/pada sore hari.

f. Lalat Buah ( Bractocera dorsalis )
Buah yang terserang mula-mula tampak titik hitam, di sekitar titik menjadi kuning, buah busuk serta terjadi perkembangan larva. Bersifat agravator yaitu memungkinkan serangan hama sekunder (Drosophilla sp.), jamur dan bakteri. Pengendalian : pembungkusan buah , pemasangan perangkap lalat buah.

g. Penyakit Antraknose (Colletotrichum sp.)
Terjadi bintik-bintik hitam pada flush, daun, malai dan buah. Serangan menghebat jika terlalu lembab, banyak awan, hujan waktu masa berbunga dan waktu malam hari timbul embun yang banyak. Apabila bunganya terserang maka seluruh panenan akan gagal karena bunga menjadi rontok. Pengendalian : pemangkasan, penanaman jangan terlalu rapat, bagian tanaman terserang dikumpulkan dan dibakar.

h. Penyakit Recife, Diplodia recifensis
Penyakit ini disebut juga Blendok, vektor penyakit ini adalah kumbang Xyleborus affinis. Kumbang ini membuat terowongan di batang/cabang kemudian dan cendawan Diplodia masuk ke dalam terowongan. Di luar tempat kumbang menggerek akan keluar blendok (getah). Penyakit mangga lainnya seperti embun jelaga (jamur Meliola mangiferae), kudis/scab (Elsinoe mangiferae), bercak karat merah (ganggang Cephaleuros sp.)

Catatan : Jika Pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia sesuai anjuran. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810 dosis + 5 ml (0,5 tutup)per tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki

PANEN DAN PASCA PANEN
Panen dilakukan pada umur + 97 hari setelah bunga mekar, buah berbedak, dan pada jam 09.00 – 16.00 WIB dengan menyisakan tangkai buah sekitar 0,5 – 1 cm.
BUDIDAYA MANGGA
PENDAHULUAN
Produksi mangga pada saat ini belum mampu memenuhi permintaan pasar, khususnya pasar luar negeri. Ketidakmampuan ini bukan hanya disebabkan produktivitas rendah tetapi juga kualitasnya masih kurang. Kondisi ini disebabkan oleh penerapan teknologi budidaya yang belum optimal.
Memperhatikan hal tersebut PT. NATURAL NUSANTARA membantu peningkatan produksi secara kuantitas , kualitas dan kelestarian (Aspek K-3). sehingga petani mampu bersaing di era pasar bebas.
AGROEKOLOGI
Tanaman mangga tumbuh baik pada ketinggian 50-300 m dpl pada lapisan tanah tebal dan struktur tanah remah dan berbutir-butir.
VARIETAS
Varietas yang bernilai jual tinggi antara lain Gadung 21 atau Arumanis 143. Varietas lainnya adalah Manalagi 69, Lalijiwo, Chokanan dan Golek 31.
PERSIAPAN LAHAN
Lubang tanam dibuat 1-2 bulan sebelum tanam,ukuran 1 m x 1m x 1 m dan jarak tanam 6 m x 8 m. Dua minggu sebelum pelaksanaan tanam, tanah galian dimasukkan kembali ke dalam lubang tanam dengan campur pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Akan lebih optimal siram SUPERNASA (0,5 sdm / + 5 lt air/pohon).
PENANAMAN
Penanaman di awal musim hujan. Sebelum bibit ditanam kantong plastik dilepas. Kedalaman tanam + 15-20 cm diatas leher akar dan tanah disekitar tanaman ditekan ke arah tanaman agar tidak roboh. Tanaman diberi naungan dengan posisi miring ke barat dan selanjutnya dikurangi sedikit demi sedikit.
PEMUPUKAN
~ Pupuk Kandang (PK) diberikan 1 kali pada awal musim hujan. Caranya dibenamkan disekitar pohon selebar tajuk tanaman atau menggali lubang pada sisi tanaman. Mangga umur 1 – 5 tahun diberi 30 kg PK, umur 6 – 15 tahun diberi 60 kg PK. Akan lebih optimal jika ditambahkan ~ ~ SUPERNASA atau jika pupuk kandang sulit dapat digunakan SUPERNASA dengan dosis :
– Alternatif 1 : 0,5 sendok makan/ 5 lt air per tanaman.
– Alternatif 2 : 1 botol SUPER NASA encerkan dalam 2 lt (2000 ml) air jadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 lt air diberi 20 ml larutan induk tadi untuk menyiram per pohon.
~ Pemberian SUPERNASA selanjutnya dapat diberikan setiap 3 – 4 bulan sekali.
~ Penyemprotan POC NASA (4-5 ttp/tangki) atau lebih optimal POC NASA (3-4 ttp) + HORMONIK (1 ttp ) per tangki setiap 1 – 3 bulan sekali.
~ Pupuk NPK 2 kali setahun di awal (Nopember – Desember), akhir musim hujan (April – Mei) dosis sbb:
Umur (th) PK
(kg) Dosis Pupuk Makro (KG/Pohon)
ZA TSP KCl
1 – 3 20 – 30 0.5 – 1 0.25-0.5 0.25-0.5
4 – 6 30 – 40 1 – 2 0.5 – 1 0.5 – 1
7 – 10 50 – 60 2 – 3 1 – 1.5 1 – 1.5
> 10 50 – 60 3 – 4 1.5 – 2 1.5 – 2
PEMANGKASAN
Pangkas Bentuk (3 tahap) :
Tahap I : umur 1 tahun setelah tanam pada musim hujan dengan memotong batang setinggi 50 – 60 cm dari permukaan tanah dan pemotongan di atas bidang sambungan. Dari cabang yang tumbuh dipelihara 3 cabang yang arahnya menyebar.
Tahap II : pemangkasan dilakukan pada ketiga cabang yang tumbuh tersebut setelah berumur 2 tahun, caranya menyisakan 1 – 2 ruas/pupus. Tunas yang tumbuh pada masing-masing cabang dipelihara 3 tunas. Jika lebih dibuang. Tahapan pemangkasan tersebut akan diperoleh pohon dengan rumus cabang 1- 3 – 9.
Tahap III : umur 3 tahun, cara sama seperti tahap II, tetapi tunas yang tumbuh dipelihara semua untuk produksi.
PANGKAS PRODUKSI
Pemangkasan ini untuk memelihara tanaman dengan memotong cabang mati / kering, cabang yang tumbuh ke dalam dan ke bawah serta cabang air yaitu cabang muda yang tidak akan menghasilkan buah. Pemangkasan produksi dilaksanakan segera setelah panen.
PENDANGIRAN
Dilakukan 2 kali dalam setahun pada awal dan akhir musim hujan, dengan membalik tanah (pembumbunan) di sekitar kaca tanaman agar patogen yang ada dalam tanah mati.
MULCHING (MULSA)
Pemberian mulsa di akhir musim hujan, menggunakan jerami / sisa-sisa bekas pangkasan / tanaman sela.
PENGENDALIAN GULMA
Pengendalian gulma dilakukan minimal 3 kali setahun.
INDUKSI BUNGA
Untuk merangsang pembungaan digunakan Pupuk Organik Padat SUPER NASA dengan dosis 1-2 sendok/pohon dicampur 10 liter air disiramkan secara merata di bawah kanopi pohon setelah pupus kedua ( Februari-Maret) dan disemprot POC NASA (3-4 ttp/tangki) + HORMONIK (1 ttp) per tangki.
PENGELOLAAN BUNGA DAN BUAH
Pengelolaan bunga dan buah dilakukan 4 kali, pada saat bud break, bud elongation, mango size (kacang hijau) dan marble size (jagung). Pupuk yang digunakan :
1. Monokalsium Phospat ( MKP ) diberikan sebelum muncul tunas baru atau bud break dan pada saat bud break atau bud elongation (dosis 2,5 gr/liter).
2. POC NASA diberikan saat bud break, bud elongation, (dosis 4-5 tutup/tangki).
3. POC NASA (3-4 ttp) + HORMONIK (1 ttp) per tangki diberikan pada saat mango size dan marble size.
HAMA DAN PENYAKIT
a. Tip Borer, Clumetia transversa
Ulat ini menggerek pucuk yang masih muda (flush) dan malai bunga dengan mengebor/menggerek tunas atau malai menuju ke bawah. Tunas daun atau malai bunga menjadi layu, kering akibatnya rusak dan transportasi unsur hara terhenti kemudian mati. Pengendalian; cabang tunas terinfeksi dipotong lalu dibakar, pendangiran untuk mematikan pupa, penyemprotan dengan PESTONA.
b. Thrips ( Scirtothrips dorsalis )
Hama ini sering disebut thrips bergaris merah karena pada segment perut yang pertama terdapat suatu garis merah. Hama ini selain menyerang daun muda juga bunga dengan menusuk dan menghisap cairan dari epidermis daun dan buah. Tempat tusukan bisa menjadi sumber penyakit. Daun kelihatan seperti terbakar, warna coklat dan menggelinting. Apabila bunga diketok-ketok dengan tangan dan dibawahnya ditaruh alas dengan kertas putih akan terlihat banyak thrips yang jatuh. Pengendalian : tunas muda terserang dipotong lalu dibakar, tangkap dengan perangkap warna kuning, pemangkasan teratur, penyemprotan dengan BVR atau PESTONA
c. Ulat Phylotroctis sp.
Warna sedikit coklat (beda dengan Clumetia sp. yang warnanya hijau) sering menggerek pangkal calon malai bunga. Telur Phyloctroctis sp. menetas dan dewasa menyerang tangkai buah muda (pentil). Buah muda gugur karena lapisan absisi pada tangkai buah bernanah kehitaman. Aktif pada malam hari. Pengendalian dengan PESTONA.
d. Seed Borer, Noorda albizonalis
Hama ini menggerek buah pada bagian ujung atau tengah dan umumnya meninggalkan bekas kotoran dan sering menyebabkan buah pecah. Ulat ini langsung menggerek biji buah akibatnya buah busuk dan jatuh. Berbeda dengan Black Borer yang menggerek buah pada bagian pangkal buah. Lubang gerekan dapat sebagai sumber penyakit. Pengendalian : pembungkusan buah, kumpulkan buah terserang lalu dibakar, semprot dengan PESTONA.

e. Wereng mangga ( Idiocerus sp.)
Serangan terjadi saat malai bunga stadia bud elongation. Nimfa dan wereng dewasa menyerang secara bersamaan dengan menghisap cairan pada bunga, sehingga kering, penyerbukan dan pembentukan buah terganggu kemudian mati. Serangan parah terjadi jika didukung cuaca panas yang lembab. Hama ini dapat mengundang tumbuh dan berkembangnya penyakit embun jelaga (sooty mold) dengan dikeluarkan embun madu dari wereng yang dapat menyebabkan phytotoxic pada tunas, daun dan bunga. Pengendalian : pengasapan, penyemprotan BVR/PESTONA sebelum bunga mekar/pada sore hari.

f. Lalat Buah ( Bractocera dorsalis )
Buah yang terserang mula-mula tampak titik hitam, di sekitar titik menjadi kuning, buah busuk serta terjadi perkembangan larva. Bersifat agravator yaitu memungkinkan serangan hama sekunder (Drosophilla sp.), jamur dan bakteri. Pengendalian : pembungkusan buah , pemasangan perangkap lalat buah.

g. Penyakit Antraknose (Colletotrichum sp.)
Terjadi bintik-bintik hitam pada flush, daun, malai dan buah. Serangan menghebat jika terlalu lembab, banyak awan, hujan waktu masa berbunga dan waktu malam hari timbul embun yang banyak. Apabila bunganya terserang maka seluruh panenan akan gagal karena bunga menjadi rontok. Pengendalian : pemangkasan, penanaman jangan terlalu rapat, bagian tanaman terserang dikumpulkan dan dibakar.

h. Penyakit Recife, Diplodia recifensis
Penyakit ini disebut juga Blendok, vektor penyakit ini adalah kumbang Xyleborus affinis. Kumbang ini membuat terowongan di batang/cabang kemudian dan cendawan Diplodia masuk ke dalam terowongan. Di luar tempat kumbang menggerek akan keluar blendok (getah). Penyakit mangga lainnya seperti embun jelaga (jamur Meliola mangiferae), kudis/scab (Elsinoe mangiferae), bercak karat merah (ganggang Cephaleuros sp.)

Catatan : Jika Pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia sesuai anjuran. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810 dosis + 5 ml (0,5 tutup)per tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki

PANEN DAN PASCA PANEN
Panen dilakukan pada umur + 97 hari setelah bunga mekar, buah berbedak, dan pada jam 09.00 – 16.00 WIB dengan menyisakan tangkai buah sekitar 0,5 – 1 cm.
BUDIDAYA PANILI
PENDAHULUAN
Tanaman panili atau si Emas Hijau merupakan komoditi yang menjanjikan. Namun tidak semua panili berharga “emas”, hanya kualitas terbaiklah yang diberikan harga istimewa. PT. Natural Nusantara berupaya meningkatan produksi panili secara Kuantitas, Kualitas dan Kelestarian (aspek K-3).

SYARAT PERTUMBUHAN
Panili dapat hidup di iklim tropis, curah hujan 1000-3000 mm/tahun, cahaya matahari + 30%-50%, suhu udara optimal 200C-250C, kelembaban udara sekitar 60%-80%, ketinggian tempat 300-800 m dpl. Tanah gembur, ringan yaitu tipe tanah lempung berpasir (sandy loam) dan lempung berpasir kerikil (gravelly sandy loam), mudah menyerap air, pH tanah + 5,7 – 7

PEMBIBITAN
1. Seleksi Bibit
– Jenis panili bernilai ekonomi yaitu Vanilla planifolia Andrews, Vanilla tahitensis JW. Moore, Vanilla pompana
– Syarat bibit generatif : tulen, punya sifat yang hampir sama dengan induknya; murni, biji tidak tercampur dengan yang berkualitas jelek; biji dalam kondisi segar dan sehat; bibit vegetatif : tanaman induk sehat dan cukup umur, sudah mengeluarkan sulur dahan yang kuat, tanaman induk belum atau jangan sampai berbuah.

2. Penyiapan Bibit
– Bibit generatif berasal dari biji yang unggul
– Bibit Vegetatif dengan stek, mempercepat perakaran stek dapat direndam HORMONIK (1-2 cc/liter) kemudian dibiarkan agak layu baru ditanam dan disiram POC NASA (2-3 ttp) + HORMONIK ( 1 ttp) per 10 liter air.
– Kulture Jaringan

3. Teknik Penyemaian Benih
Bibit disemai dalam tanah berpasir supaya akar mudah tumbuh. Tempat penyemaian harus teduh.

4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Penyiraman setiap hari, tidak boleh terlalu basah. Bibit yang jelek disingkirkan. Setiap seminggu sekali semprot dengan POC NASA (2-3 tutup) + HORMONIK ( 1 tutup) per tangki (14-17 liter).

5. Pemindahan Bibit
Pemindahan bibit ke lapangan tergantung asal bibit, yaitu bibit stek sekitar umur 1-2 bulan, bibit biji waktunya lama.
PENGOLAHAN MEDIA TANAM
– Pengolahan lahan dikerjakan pada pertengahan musim kemarau supaya pohon pelindung dapat ditanam, cek kondisi tanah
– Bersihkan lahan dari gulma dan dibajak.
– Buat jalur bedengan, lebar 80-120 cm dan lebar parit 30-50 cm.
– Lakukan pengapuran bila kondisi tanah terlalu asam.

PENANAMAN
– Penanaman di tengah bedengan, pola tanam monokultur
– Buat lubang tanam dekat tanaman penegak berukuran panjang, lebar dan dalam antara 20x15x10 cm, 25x20x12 cm dan 30x25x15 cm.
– Tanam stek dengan cara memasukkan 3 ruas seluruhnya ke dalam lubang secara mendatar agar akar tumbuh cepat dan sempurna
– Tutup dengan tanah galian yang dicampur dengan pupuk kandang
– Stek bibit bagian atas yang tidak terbenam dalam tanah diikat pada pohon panjatan dengan ikatan longgar.
– Waktu tanam stek bibit yang baik pada awal musim hujan. Sedangkan stek yang akan ditanam sebaiknya dibiarkan / dilayukan terlebih dahulu selama 4 – 7 hari dan pangkal stek bibit direndam dalam POC NASA / HORMONIK (1-2 cc/liter) + Natural GLIO untuk menghindari pembusukan.

PEMELIHARAAN TANAMAN
1. Penyulaman
Lakukan pengecekan setelah umur 2-3 minggu setelah tanam, apabila ada stek yang tumbuh kurang baik, segera disulam.
2. Penyiangan dan Pembubunan
Penyiangan dilakukan sebulan sekali sesudah penanaman sampai pertumbuhan panili tidak kerdil dan terlambat. Pembubunan bersamaan dengan penyiangan untuk menjaga bedengan tetap rapi dan tanah tetap gembur agar air mudah terserap.
3. Perempelan
– Perempelan bentuk, memotong 15 cm dari tanaman yang dilengkungkan dan sisakan 3 cabang terbaik untuk dipelihara agar terbentuk kerangka tanaman kuat dan seimbang
– Perempelan produksi, memotong pucuk sepanjang 10-15 cm menjelang musim berbunga dan saat berbuah untuk merangsang pertumbuhan generatif terutama pertumbuhan bunga dan buah
– Perempelan peremajaan, memotong cabang-cabang yang sudah pernah berbuah dan cabang-cabang yang sakit.
4. Pemupukan
– Tebar pupuk makro di sekitar pohon dan timbun dengan tanah karena sistem perakaran panili cukup dangkal. Kebutuhan pupuk makro per ha per tahun adalah Urea 8 kg, TSP 4 kg, KCl 14 kg, CaCO3 5 – 10 kg, MgSO4 H2O 2,5 – 5 kg/ha/tahun dan pupuk kandang 10-20 kg/pohon/tahun.
– Pemupukan diberikan setahun sekali. Akan lebih baik jika dikocor dengan SUPER NASA dosis + 0,5 sdm / 5 lt air per pohon setiap 3 bulan sekali dan penyemprotan POC NASA dosis 4-5 tutup/tangki setiap 2 – 4 minggu sekali atau POC NASA (3-4 tutup) + HORMONIK (1 tutup) per tangki setiap 2-4 minggu sekali.
5. Pengairan dan Penyiraman
Tanaman panili tidak tahan terhadap kekeringan sehingga pada musim kemarau perlu disiram secukupnya untuk merangsang pertumbuhan tanaman, perkembangan bunga serta buah.
6. Pemberian Mulsa & Pendangiran
Pemberian mulsa dapat dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan pendangiran. Bahan mulsa dari hasil pemangkasan pohon pelindung, tetapi bisa juga serbuk gergaji yang diletakkan di atas permukaan tanah dekat pohon panili.
7. Perambatan
Sistem pagar sulur-sulur, tanaman panili dibiarkan menjalar pada pagar yang telah dipasang secara horisontal. Pagar tempat menjalarnya panili dapat dibuat dari bambu yang diikatkan pada pohon yang satu dengan pohon yang lain.
Sistem perambatan penunjang tunggal, tanaman panili dirambatkan lurus ke atas pada naungannya.
8. Pemangkasan Pohon Pelindung
Pohon pelindung dapat digunakan Glyricidia maculate, lamtoro dan dadap. Pemangkasan cabang dilakukan untuk mempertahankan agar tetap teduh, mempermudah sistem sirkulasi dan mengatur intensitas sinar matahari.
9. Pembungaan dan Penyerbukan
Panili berbunga setelah berumur 1,5-3 tahun, bunga yang muncul berupa dompolan dan akan mekar satu bunga secara bergantian. Mekarnya bunga hanya berlangsung 12 jam, yaitu mulai pukul 24:00 sampai menjelang tengah hari, sesudah itu bunga mulai layu dan mati. Oleh karena itu penyerbukan bunga dilakukan sekitar pukul 08:00 sampai 10:00. Penyerbukan buatan pada prinsipnya adalah mengangkat/memotong bibir yang membatasi kepala sari dan kepala putik, kemudian benang sari ditekan ke kepala putik untuk dilakukan penyerbukan. Seminggu setelah penyerbukan semprot dengan dosis POC NASA (3-4 tutup) dan HORMONIK (1 tutup) per tangki setiap 2-3 minggu sekali.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
a. Hama
1. Bekicot
Menyerang dan merusak batang, bunga dan buah. Aktifitasnya dilakukan pada malam hari. Pengendalian: secara manual dengan mengambil dan mengumpulkan bekicot satu persatu kemudian dibakar sekaligus dalam satu lubang.
2. Belalang pedang
Merusak/memakan daun muda dan batang panili. Pengendalian: menyemprotkan PESTONA atau Natural BVR
3. Penggerek batang
Larva hama ini merusak/menggerek batang tanaman panili yang menyebabkan tanaman panili lambat laun layu dan mati. Pengendalian penyemprotan PESTONA
4. Ulat bulu jambul dan ulat geni
Merusak bagian pucuk, daun, batang dan bunga. Pengendalian: penyemprotan PESTONA

b. Penyakit
1. Busuk akar
Gejala: akar hitam, tanaman menjadi kecoklat-coklatan dan akhirnya mati; biasanya terjadi pada saat produksi tertinggi pertama kali tercapai. Pengendalian: menjaga kesuburan tanah dengan pemupukan, pemberian kapur secukupnya, dan mengatur kelembaban , pencegahan diawal dengan Natural GLIO.
2. Busuk batang
Penyebab: jamur Fusarium batatatis. Gejala: pada batang terjadi bercak-bercak berwarna hitam yang akan meluas dan melingkar dengan cepat. Batang terserang akan keriput, berwarna coklat dan akhirnya kering. Pengendalian: mengurangi kelembaban dan drainase yang baik, saat stek akan ditanam dicelup dalam POC NASA + Natural GLIO.
3. Busuk buah
Ditemukan pada buah panili muda. Gejala: muncul bila menyerang pangkal buah muda sehingga banyak buah yang berguguran dan bila menyerang tengah buah akan hitam, kering selanjutnya mati. Pengendalian: penyemprotan Natural GLIO + gula pasir dosis 1-2 sendok teh per 10 liter air.
4. Busuk pangkal batang
Penyebab: Jamur Sclerotium sp. Gejala: pangkal batang tampak berwarna coklat dan kebasah-basahan, bagian tanaman yang diserang dan tanah sekitar terdapat misellium jamur berwarna putih seperti bulu dengan banyak sclerotium warna coklat. Pengendalian: gunakan bibit bebas busuk pangkal batang, penyemprotan Natural GLIO + gula pasir.
5. Bercak coklat pada buah
Penyebab: oleh cendawan Phytophthora sp. dan menyerang buah panili yang hampir masak. Gejala: bercak-bercak coklat tua dan akhirnya busuk. Pengendalian: (1) segera petik buah terserang kemudian membakarnya; (2) penyemprotan dengan Natural GLIO dosis 1-2 sendok/10 liter air.
6. Bercak coklat pada batang
Penyebab: cendawan Nectria vanilla, zimm. Gejala: batang tampak bercak coklat yang lama-kelamaan menghitam dan melingkar ruas dan mati. Pengendalian: potong dan bakar batang yang terserang.
7. Antraknosa
Penyebab: jamur Calospora vanillae, Mass. Gejala: batang, daun, buah berwarna coklat muda kekuningan tampak licin dan terlihat jelas bagian terserang dan tidak. Pengendalian: Potong dan bakar bagian terserang, atur kelembaban dan drainase.
8. Karat merah
Penyebab: Ganggang Cephaleuros heningsii, Schm. Gejala: bercak pada daun dan terus meluas hingga daun kering selanjutnya mati. Pengendalian: Singkirkan bagian terserang dan atur kelembaban kebun dengan pemangkasan pohon pelindung.
9. Penyakit pascapanen
Penyebab penyakit yang menyerang panili setelah dipanen : jamur Aspergillus, Penicillium, Rhizopus, sp dan Sclerotium, sp. Pengendalian: penanganan pasca panen yang baik.
Catatan : Jika Pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum dapat mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dn tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810 dosis 1-2 tutup/tangki.

E. PANEN DAN PASCA PANEN
– Pemetikan pada umur 240 hari (8 bulan) akan menghasilkan panili kering dengan kadar vanillin yang tinggi, kadar abu terendah, rendemen tertinggi dan kadar air yang aman
– Ciri-ciri panili siap dipanen yaitu warna berubah dari hijau tua mengkilap menjadi hijau muda suram dengan garis-garis kecil warna kuning yang lambat laun melebar sampai ujung buah
– Musim panen antara bulan Mei sampai Juli, sekitar 2 – 3 bulan
– Cara panen yang terbaik adalah memetik satu-persatu buah masak tanpa mengganggu buah lain dalam satu tandan yang masih mentah untuk menjaga mutu panili.
– Buah dikumpulkan dalam keranjang bambu dan dijaga agar buah tidak terluka atau cacat dan sortir berdasar ukuran, bentuk, tingkat kemasakan dan buah yang cacat >20 cm
– Lakukan pelayuan untuk menghentikan proses respirasi yang terjadi dalam buah, mematikan sel-sel buah panili tanpa mengurangi aktifitas dan kadar enzim dalam buah. Proses pelayuan dengan menggunakan alat perebus yang diisi air ¾ bagian dengan suhu antara 65-950 C
– Lakukan pemeraman dalam kotak khusus yang lengkap dengan tutup dan karung goni sebagai alasnya, utuk pembentukan aroma selama + 48 jam
– Lakukan pengeringan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari, dioven dan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar air hingga 25-30 %
– Tempatkan buah panili kering dalam kotak yang dalamnya telah dilapisi kertas koran/karung plastik tipis dan simpan pada suhu kamar, siap dikirim dan dijual.
BUDIDAYA PEPAYA
SYARAT PERTUMBUHAN
Tanaman dapat tumbuh pada dataran rendah dan tinggi 700 – 1000 mdpl, curah hujan 1000 – 2000 mm/tahun, suhu udara optimum 22 – 26 derajat C dan kelembaban udara sekitar 40% dan angin yang tidak terlalu kencang sangat baik untuk penyerbukan. Tanah subur, gembur, mengandung humus dan harus banyak menahan air, pH tanah yang ideal adalah netral dengan pH 6 -7.

PEMBIBITAN
1. Persyaratan Bibit/Benih
– Biji-biji yang digunakan sebagai bibit diambil dari buah-buah yang telah masak benar dan berasal dari pohon pilihan. Buah pilihan tersebut di belah dua untuk diambil biji-bijinya. Biji yang dikeluarkan kemudian dicuci bersih hingga kulit yang menyelubungi biji terbuang lalu dikeringkan ditempat yang teduh.
– Biji yang segar digunakan sebagai bibit. Bibit jangan diambil dari buah yang sudah terlalu masak/tua dan jangan dari pohon yang sudah tua.

2. Penyiapan Benih
Kebutuhan benih perhektar 60 gram (± 2000 tanaman). Benih direndam dalam larutan POC NASA 2 cc/liter selama 1-2 jam, ditiriskan dan ditebari Natural GLIO kemudian disemai dalam polybag ukuran 20 x 15 cm. Media yang digunakan merupakan campuran 2 ember tanah yang di ayak ditambah 1 ember pupuk kandang yang sudah matang dan diayak ditambah 50 gram TSP dihaluskan ditambah 30 gram Natural GLIO.

3. Teknik Penyemaian Benih
– Benih dimasukan pada kedalaman 1 cm kemudian tutup dengan tanah. Disiram setiap hari. Benih berkecambah muncul setelah 12-15 hari. Pada saat ketinggiannya 15-20 cm atau 45-60 hari bibit siap ditanam.
– Biji-biji tersebut bisa langsung ditanam/disemai lebih dahulu. Penyemaian dilakukan 2 atau 3 bulan sebelum bibit persemaian itu dipindahkan ke kebun.

4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Pada persemaian biji-biji ditaburkan dalam larikan (barisan ) dengan jarak 5 – 10 cm. Biji tidak boleh dibenam dalam-dalam, cukup sedalam biji, yakni 1 cm. Dengan pemeliharaan yang baik, biji-biji akan tumbuh sesudah 3 minggu ditanam. Semprotkan POC NASA seminggu sekali dosis 2 tutup/tangki

5. Pemindahan Bibit
Bibit-bibit yang sudah dewasa, sekitar umur 2 – 3 bulan dapat dipindahkan pada permulaan musim hujan.

PENGOLAHAN MEDIA TANAM
1. Persiapan
Lahan dibersihkan dari rumput, semak dan kotoran lain, kemudian dicangkul/dibajak dan digemburkan.

2. Pembentukan Bedengan
– Bentuk bedengan berukuran lebar 200 – 250 cm, tinggi 20 – 30 cm, panjang secukupnya, jarak antar bedengan 60 cm.
– Buat lubang ukuran 50 x 50 x 40 cm di atas bedengan, dengan jarak tanam 2 x 2,5 m.

3. Pengapuran
Apabila tanah yang akan ditanami pepaya bersifat asam (pH kurang dari 5), setelah diberi pupuk yang matang, perlu ditambah ± 1 kg Dolomit dan biarkan 1-2 minggu.

4. Pemupukan
Sebelum diberi pupuk, tanah yang akan ditanami pepaya harus dikeringkan satu minggu, setelah itu tutup dengan tanah campuran 3 blek pupuk kandang yang telah matang atau dengan SUPERNASA.

TEKNIK PENANAMAN
1. Pembuatan Lubang Tanam
– Lubang tanam berukuran 60 x 60 x 40 cm, yang digali secara berbaris. Biarkan lubang-lubang kosong agar memperoleh cukup sinar matahari. – – Setelah itu lubang-lubang diisi dengan tanah yang telah dicampuri dengan pupuk kandang 2 – 3 blek. Jika pupuk kandang tidak tersedia dapat dipakai SUPERNASA dengan cara disiramkan kelubang tanam dosis 1 sendok makan/10 lt air sebelum tanam. Lubang – lubang yang ditutupi gundukan tanah yang cembung dibiarkan 2-3 hari hingga tanah mengendap. Setelah itu baru lubang-lubang siap ditanami. Lubang-lubang tersebut diatas dibuat 1-2 bulan penanaman.
– Apabila biji ditanam langsung ke kebun, maka lubang – lubang pertanaman harus digali terlebih dahulu. Lubang-lubang pertanaman untuk biji-biji harus selesai ± 5 bulan sebelum musim hujan.

2. Cara Penanaman
Tiap-tiap lubang diisi dengan 3-4 buah biji. Beberapa bulan kemudian akan dapat dilihat tanaman yang jantan dan betina atau berkelamin dua.

PEMELIHARAAN TANAMAN
1. Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan tanaman dilakukan untuk memperoleh tanaman betina disamping beberapa batang pohon jantan. Hal ini dilakukan pada waktu tanaman mulai berbunga.

2. Penyiangan
Kebun pepaya sama halnya dengan kebun buah-buahan lainnya, memerlukan penyiangan (pembuangan rumput). Kapan dan berapa kali kebun tersebut harus disiangi tak dapat dipastikan dengan tegas, tergantung dari keadaan.

3. Pembubunan
Kebun pepaya sama halnya dengan kebun buah-buahan lainnya, memerlukan pendangiran tanah. Kapan dan berapa kali kebun tersebut harus didangiri tak dapat dipastikan dengan tegas, tergantung dari keadaan.

4. Pemupukan
Pohon pepaya memerlukan pupuk yang banyak, khususnya pupuk organik, memberikan zat-zat makanan yang diperlukan dan dapat menjaga kelembaban tanah.
Cara pemberian pupuk:
– Tiap minggu setelah tanam beri pupuk kimia, 50 gram ZA, 25 gram Urea, 50 gram TSP dan 25 gram KCl, dicampur dan ditanam melingkar.
– Satu bulan kemudian lakukan pemupukan kedua dengan komposisi 75 gram ZA, 35 gram Urea, 75 gram TSP, dan 40 gram KCl
– Saat umur 3-5 bulan lakukan pemupukan ketiga dengan komposisi 75 gram ZA, 50 gram Urea, 75 gramTSP, 50 gram KCl
– Umur 6 bulan dan seterusnya 1 bulan sekali diberi pupuk dengan 100 gram ZA, 60 gram Urea, 75 gramTSP, dan 75 gram KCl
– Siramkan SUPERNASA ke lubang tanam dengan dosis 1 sendok makan/10 liter air setiap 1-2 bulan sekali
– Lakukan penyemprotan POC NASA dosis 3 tutup / tangki setiap 1-2 minggu sekali setelah tanam sampai umur 2-3 bulan
– Setelah umur 3 bulan semprot dengan POC NASA 3 – 4 tutup ditambah HORMONIK dosis 1 – 2 tutup / tangki.
– Penyemprotan hati – hati pada saat berbunga agar tidak kena bunga yang mekar atau lebih aman bisa disiramkan.

5. Pengairan dan Penyiraman
Tanaman pepaya memerlukan cukup air tetapi tidak tahan air yang tergenang. Maka pengairan dan pembuangan air harus diatur dengan seksama. Apalagi di daerah yang banyak turun hujan dan bertanah liat, maka harus dibuatkan parit-parit. Pada musim kemarau, tanaman pepaya harus sering disirami.

HAMA DAN PENYAKIT
Kutu tanaman (Aphid sp., Tungau). Badan halus panjang 2 – 3 mm berwarna hijau, kuning atau hitam. Memiliki sepasang tonjolan tabung pada bagian belakang perut, bersungut dan kaki panjang. Kutu dewasa, ada yang bersayap dan tidak. Merusak tanaman dengan cara menghisap cairan dengan pencucuk penghisap yang panjang di bagian mulut.
Pengendalian : semprot dengan Natural BVR atau PESTONA secara bergantian
Penyakit yang sering merugikan tanaman pepaya adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur, virus mosaik, rebah semai, busuk buah, leher akar, pangkal batang dan nematoda.
Penyakit mati bujang diisebabkan oleh jamur Phytophthora parasitica, P. palmivora dan Pythium aphanidermatum. Menyerang buah dan batang pepaya. Cara pencegahan: perawatan kebun yang baik, menjaga kebersihan, dan drainase serta sebarkan Natural GLIO ke lubang tanam, sedangkan penyakit busuk akar disebabkan oleh jamur Meloidogyne incognita.
Nematoda. Apabila lahan telah ditanami pepaya, disarankan agar tidak menanam pepaya kembali, untuk mencegah timbulnya serangan nematoda. Tanaman yang terinfeksi oleh nematoda menyebabkan daun menguning, layu dan mati. Pengendalian : Siramkan PESTONA ke lubang tanam

PANEN DAN PASCA PANEN
1. Ciri dan Umur Panen
Tanaman pepaya dapat dipanen setelah berumur 9-12 bulan. Buah pepaya dipetik harus pada waktu buah itu memberikan tanda-tanda kematangan: warna kulit buah mulai menguning. Tetapi masih banyak petani yang memetiknya pada waktu buah belum terlalu matang.

2. Cara Panen
Panen dilakukan dengan berbagai macam cara, pada umumnya panen/pemetikan dilakukan dengan menggunakan “songgo” (berupa bambu yang pada ujungnya berbentuk setengah kerucut yang berguna untuk menjaga agar buah tersebut tidak jatuh pada saat dipetik).

3. Periode Panen
Panen dilakukan setiap 10 hari sekali.
BUDIDAYA PISANG
I. PENDAHULUAN
Pisang adalah tanaman buah , sumber vitamin, mineral dan karbohidrat. Di Indonesia pisang yang ditanam baik dalam skala rumah tangga ataupun kebun pemeliharaannya kurang intensif. Sehingga, produksi pisang Indonesia rendah, dan tidak mampu bersaing di pasar internasional. Untuk itu PT. NATURAL NUSANTARA merasa terpanggil untuk membantu petani meningkatkan produksi secara kuantitas, kualitas dan kelestarian (Aspek K-3).

II. SYARAT TUMBUH
2.1. Iklim
a. Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis.
b. Kecepatan angin tidak terlalu tinggi.
c. Curah hujan optimal adalah 1.520 – 3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering.

2.2. Media Tanam
a. Sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan.
b. Air harus selalu tersedia tetapi tidak menggenang.
c. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%.

2.3.Ketinggian Tempat
Dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
– Perbanyakan dengan cara vegetatif berupa tunas (anakan).
– Tinggi anakan untuk bibit 1 – 1,5 m, lebar potongan umbi 15 – 20 cm.
– Anakan diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat.
– Bibit yang baik daun masih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit.

3.2. Penyiapan Bibit
– Tanaman untuk bibit ditanam dgn jarak tanam 2×2 m
– Satu pohon induk dibiarkan memiliki tunas antara 7- 9.

3.3. Sanitasi Bibit Sebelum Ditanam
– Setelah dipotong, bersihkan tanah yang menempel di akar.
– Simpan bibit di tempat teduh 1 – 2 hari sebelum tanam.
– Buang daun yang lebar.
– Rendam umbi bibit sebatas leher batang di dalam larutan POC NASA (1 – 2 tutup), HORMONIK (0,5 -1 tutup), Natural GLIO (1 – 2 sendok makan) dalam setiap 10 liter air, selama 10 menit. Lalu bibit dikeringanginkan.
– Jika di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam umbi bibit di dalam air panas beberapa menit.

3.4. Pengolahan Media Tanam
– Lakukan pembasmian gulma, rumput atau semak-semak.
– Gemburkan tanah yang masih padat
– Buat sengkedan terutama pada tanah miring dan buat juga saluran pengeluaran air.
– Dianjurkan menanam tanaman legum seperti lamtoro di batas sengkedan.

3.5. Teknik Penanaman
– Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat dan 30 x 30 x 30 cm pada tanah gembur.
– Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah sedang dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat.
– Penanaman dilakukan menjelang musim hujan (September – Oktober).
– Siapkan campuran Natural GLIO dan pupuk kandang, caranya: Campur 100 gram Natural GLIO dengan 25 – 50 kg pupuk kandang, jaga kelembaban dengan memercikan air secukupnya, masukkan ke dalam karung, biarkan 1 – 2 minggu.
– Pisahkan tanah galian bagian atas dan bagian bawah.
– Tanah galian bagian atas dicampur Natural GLIO yang sudah dicampur pupuk kandang (0,5 – 1 kg per lubang tanam), tambahkan dolomit (0,5 – 1 kg/lubang tanam), pupuk kandang 15 – 20 kg/lubang tanam.
– Masukkan bibit dengan posisi tegak, tutup terlebih dulu dengan tanah bagian atas yang sudah dicampur Natural GLIO, dolomit dan pupuk kandang, diikuti tanah galian bagian bawah. Catatan : pupuk kandang diberikan jika tersedia, jika tidak dapat diganti dengan SUPERNASA.
– Siram dengan larutan POC NASA (1 – 2 tutup), HORMONIK (0,5 tutup) dalam setiap 5 liter air. Untuk mendapatkan hasil lebih baik, POC NASA dapat diganti dengan POP SUPERNASA. Cara penggunaan POP SUPERNASA: 1 (satu) botol POP SUPERNASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 5 liter air diberi 5 tutup larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon. -Penyiraman dilakukan 2 – 3 bulan sekali.
Data kebutuhan dan cara pemupukan, adalah sebagai berikut :
PUPUK JUMLAH KETERANGAN
UREA 207 (kg/ha) Berikan 2x setahun, dalam larikan yang mengitari rumpun lalu ditutup tanah
SP-36 138 (kg/ha) 6 bulan setelah tanam ( 2x dalam satu tahun )
KCl 608 (kg/ha) 6 bulan setelah tanam ( 2x dalam satu tahun )
Pupuk Kandang 0,8-10 (kg/ha) Pupuk dasar, campur dengan tanah galian bagian atas
Dolomit 200 (kg/ha) Pupuk dasar, campur dengan tanah galian bagian atas
POC NASA 20 (botol/ha) Disiramkan 3 bulan sekali
SUPERNASA 10 (botol/ha) 4 bulan sekali
HORMONIK 10 (botol/ha) Dicampur POC NASA disiram 3 bulan sekali

3.6. Pemeliharaan Tanaman
– Satu rumpun hanya 3 – 4 batang.
– Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu rumpun terdapat anakan yang masing-masing berbeda umur (fase pertumbuhan).
– Setelah 5 tahun rumpun dibongkar diganti tanaman baru.
– Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan penimbunan dapuran dengan tanah.
– Penyiangan dan penggemburan jangan terlalu dalam.
– Pangkas daun kering.
– Pengairan harus terjaga. Dengan disiram atau mengisi parit saluran air.
– Pasang mulsa berupa daun kering ataupun basah. Tetapi mulsa tidak boleh dipasang terus menerus.

3.7. Pemeliharaan Buah
– Potong jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir.
– Setelah sisir pisang mengembang sempurna, tandan pisang dibungkus kantung plastik bening polietilen tebal 0,5 mm, diberi lubang diameter 1,25 cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Usahakan kantung menutupi 15 -45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah ujung buah dari sisir terbawah.
– Batang tanaman disangga dengan bambu yang dibenamkan sedalam 30 cm ke dalam tanah.

3.8. Hama dan Penyakit
3.8.1. Hama
a. Ulat daun (Erienota thrax.)
Menyerang daun. Gejala: daun menggulung seperti selubung dan sobek hingga tulang daun.

b. Uret kumbang (Cosmopolites sordidus)
Menyerang kelopak daun, batang. Gejala: lorong-lorong ke atas/bawah dalam kelopak daun, batang pisang penuh lorong. Pengendalian: sanitasi rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan PESTONA.

c. Nematoda (Rotulenchus similis, Radopholus similis)
Menyerang akar. Gejala : tanaman kelihatan merana, terbentuk rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak. Pengendalian: gunakan bibit yang tahan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan dengan kadar lempung kecil.

d. Ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema.)
Menyerang bunga dan buah. Gejala: pertumbuhan buah abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang.

3.8.2. Penyakit
a. Penyakit darah
Penyebab : Xanthomonas celebensis (bakteri). Menyerang jaringan tanaman bagian dalam. Gejala: jaringan menjadi kemerah-merahan seperti berdarah. Pengendalian: Pemberian Natural GLIO sebelum tanam, dan membongkar dan membakar tanaman yang sakit.

b. Panama
Penyebab: jamur Fusarium oxysporum. Menyerang daun. Gejala : daun layu dan putus, mula-mula daun luar lalu bagian dalam, pelepah daun membelah membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna hitam. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam, membongkar dan membakar tanaman yang sakit.

c. Bintik daun
Penyebab: jamur Cercospora musae. Menyerang daun dengan gejala bintik sawo matang yang makin meluas. Pengendalian: : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

d. Layu
Penyebab : bakteri Bacillus sp. menyerang akar. Gejala: tanaman layu dan mati. Pengendalian : membongkar dan membakar tanaman yang sakit, Natural GLIO diawal tanaman

e. Daun pucuk
Penyebab : virus dengan perantara kutu daun Pentalonia nigronervosa. Menyerang daun pucuk. Gejala: daun pucuk tumbuh tegak lurus secara berkelompok. Pengendalian: Mengendalikan kutu duan dengan Natural BVR, membongkar dan membakar tanaman yang sakit.

3.9. Panen
– Ciri khas panen adalah mengeringnya daun bendera. Buah 80 – 100 hari dengan siku-siku buah yang masih jelas sampai hampir bulat.
– Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yang diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang tajam dan bersih waktu memotong tandan.
– Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah.
– Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali.
– Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3 – 10 hari sekali tergantung pengaturan jumlah tanaman produktif.
22:39:00 | |
pedoman pada saat Anda melakukan program budidaya berbasis teknologi organik yang berorientasi pada kualitas, kuantitas dan kelestarian
BUDIDAYA STRAWBERRY
PENDAHULUAN
Prospek agribisnis strowberry di Indonesia cukup cerah dilihat dari daya serap pasar dan permintaan dunia dari tahun ke tahun meningkat.
Dengan semangat ramah lingkungan PT. Natural Nusantara berperan dalam meningkatkan Kuantitas, Kualitas dan Kelestarian terhadap lingkungan pada budidaya strowberi ini.

SYARAT PERTUMBUHAN
Lama penyinaran matahari 8 – 10 jam hari. Curah hujan berkisar 600 700 mm pertahun. Suhu udara optimum antara 17°C – 20°C dan suhu udara minimum antara 4°C – 5°C dengan kelembaban udara 80% – 90%.Ketinggian tempat yang ideal antara 1000-2000 m dpl

PENGOLAHAN LAHAN
Sebelum lahan dibajak digenangi air lebih dahulu semalam. Keesokan harinya dilakukan pembajakan sedalam sekitar 30 cm, setelah itu tanah dilakukan pengeringan baru dihaluskan.

PEMBENTUKAN BEDENGAN
Bentuk bedengan dengan ukuran lebar 80-120 cm, tinggi 30 – 40 cm, jarak antar bedengan 60 cm, panjang menyesuaikan keadaan lahan.

PENGAPURAN
Berikan dolomit sekitar 100-200 kg per 1000 m2 sesuai kondisi lahan.

PEMUPUKAN DASAR
Taburkan pupuk UREA 20 kg + TSP 25 kg + KCl 10 kg dan Pupuk kandang 2-3 ton dalam 1000 m2. POC NASA disiramkan 30-60 tutup/1000 m2 ditambahkan air secukupnya. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, POC NASA diganti SUPERNASA caranya yaitu 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 3 liter sebagai larutan induk, kemudian ambil 50 liter air dan tambahkan 200 cc larutan induk tadi.Setelah itu siramkan ke bedengan secara merata. 1 botol SUPERNASA bisa untuk 1000-2000 m2

PEMBERIAN NATURAL GLIO
Untuk mencegah serangan penyakit karena jamur utamanya penyakit layu tebarkan Natural GLIO yang telah dicampur dengan pupuk kandang dan didiamkan selama seminggu. 1 kemasan Natural GLIO dicampur dengan 25-30 kg pupuk kandang untuk luasan sekitar 1000 m2.

PEMASANGAN MULSA
Pemasangan mulsa plastik pada saat matahari terik agar mulsa dapat memuai sehingga dapat tepat menutup bedengan dengan tepat.

PEMBUATAN LUBANG TANAM
Diameter lubang ± 10 cm, dengan jarak lubang 30 – 50 cm. Model penanaman dapat berupa dua baris berhadap-hadapan membentuk segi empat.

CARA PENANAMAN
Pindahkan bibit beserta medianya, sebaiknya bibit dikondisikan selama sebulan sebelum tanam di kebun,dan saat penanaman usahakan perakaran tidak rusak saat membuka polibag.

PENYULAMAN
Penyulaman paling lambat 15-30 hari setelah tanam, pada sore hari dan segera disiram.

PENYIANGAN
Penyiangan dilakukan pada gulma/ rumput liar yang menyaingi kehidupan tanaman

PEMANGKASAN
Dilakukan pada sulur yang kurang produktif, rimbun, serta pada bunga pertama untuk memperoleh buah yang prima.

PEMUPUKAN SUSULAN
Pupuk diberikan pada umur 1,5 – 2 bulan setelah tanam dengan NPK (16-16-16) sebanyak 5 kg yang dilarutkan dalam 200 liter air, kemudian dikocorkan sebanyak 350-500 cc/ tanaman.

PENGGUNAAN POC NASA + HORMONIK
Semprotkan (3-4 tutup POC NASA) + (1-2 tutup HORMONIK) per-tangki 14 liter setelah 2 bulan dengan interval 7-10 hari sekali.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
H A M A
a. Kutu daun (Chaetosiphon fragaefolii)
Bagian yang diserang : permukaan daun bagian bawah, kuncup bunga, pucuk atau batang muda. Gejala : pucuk atau daun keriput, keriting, kadang-kadang pembentukan daun atau buah terhambat. Pencegahan gunakan PENTANA + AERO 810 atau Natural BVR.

b. TUNGAU (Tetranychus sp -Tarsonemus sp)
Bagian yang diserang: daun,tangkai, dan buah. Gejala :daun bercak kuning, coklat, keriting akhirnya daun rontok. Pencegahan PENTANA + AERO 810 atau NATURAL BVR.

c. Kumbang penggerek bunga (Anthonomus rubi), kumbang penggerek akar (Othiorhychus rugosostriatus), kumbang penggerek batang (O. Sulcatus)
Gejala serangan : adanya bubuk berupa tepung pada bagian yang digereknya. Pencegahan semprotkan PESTONA atau PENTANA + AERO 810 secara bergantian.

PENYAKIT
a. Layu verticillium (Verticillium dahliae)
Bagian yang diserang: mulai dari akar, daun, hingga tanaman. Gejala : daun yang terinfeksi mula-mula berwarna kuning hingga kecoklatan, serangan berat akan mengakibatkan kematian pada tanaman. Pengendalian : perbaikan drainase, sanitasi kebun, gunakan Natural GLIO pada awal tanam.

b. Busuk buah matang/Ripe Fruit Rot (Colletotrichum fragariae Brook) Busuk Rhizopus/ Rhizopus spot ( Rhizopus stolonifer )
Bagian yang diserang : buah. Gejala : RFR yang khas hanya pada buah yang masak saja dengan buah busuk disertai massa spora berwarna merah jambu. Pada RS, buah busuk lunak, berair, bila dipijit keluar cairan keruh.
Pengendalian : musnahkan buah yang terinfeksi, perbaiki drainase kebun, pemulsaan, rotasi tanaman, gunakan Natural GLIO pada awal penanaman yang dicampur dengan pupuk kandang yang telah jadi.

c. Busuk akar ( Idriella lunata, Pythium ulmatum, Rhizoctonia solani)
Bagian yang diserang : akar tanaman. Gejala : Idriella menyebabkan ujung-ujung akar tanaman berwarna hitam dan busuk, sedangkanPhytium mengakibatkan batang batas akar di permukaan tanah busuk berwarna coklat hingga hitam. Sementara jamur Rhizoctonia mengakibatkan sistem perakaran busuk kebasah-basahan.
Pengendalian : cabut dan musnahkan tanaman yang terserang berat, tambahkan kapur untuk tanah, lakukan rotasi tanaman, perbaikan drainase tanaman, berikan Natural GLIO pada awal penanaman.

d. Empulur merah (Phytophtora fragrariae)
Bagian yang diserang : perakaran tanaman. Gejala : tanaman kerdil, daun tudak segar bahkan dapat layu, bila diamati akar dan pangkal batang yang terinfeksi pada empulurnya akan tampak berwarna merah.Penyakit ini mengakibatkan serangan hebat pada kondisi drainase jelek dan masam/pH rendah.
Pengendalian : perbaiki drainase, pengapuran tanah, rotasi tanaman, gunakan bibit yang sehat dan hindari luka mekanis pada pemeliharaan, musnahkan tanaman yang terinfeksi berat, campurkan Natural GLIO pada awal penanaman.
Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

PANEN
Tanaman stroberi mulai berbunga pada umur 2 bulan setelah tanam. Namun pembuahan atau pembungaan pertama sebaiknya dibuang atau dipangkas karena belum bisa berproduksi secara optimum. Setelah tanaman berumur 4 bulan mulai diarahkan untuk lebih produktif berbunga dan berbuah.Panen dilakukan dengan dipetik atau digunting bagian tangkai buah beserta kelopaknya, dan dilakukan secara periodik dua kali seminggu.
22:37:00 | |
This entry was posted on 22:37:00 You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. or trackback from your own site.
BUDIDAYA KOPI
I. PENDAHULUAN
Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia. Jika potensi dahsyat ini bisa kita manfaatkan tidaklah sulit untuk menjadikan komoditi ini menjadi andalan di sektor perkebunan. Hanya butuh sedikit sentuhan teknis budidaya yang
tepat, niscaya harapan kita optimis menjadi kenyataan.

PT. Natural Nusantara berusaha mewujudkan harapan bersama tersebut dengan paket panduan teknis dan produk tanpa melupakan Aspek K-3 yaitu kuantitas, kualitas dan kelestarian yang kini menjadi salah satu syarat persaingan di era globalisasi.

II. PERSIAPAN LAHAN
– Untuk tanah pegunungan/miring buat teras.
– Kurangi/tambah pohon pelindung yang cepat tumbuh kira-kira 1:4 hingga 1: 8 dari jumlah tanaman kopi.
– Siapkan pupuk kandang matang sebanyak 25-50 kg, sebarkan Natural GLIO, diamkan satu minggu dan buat lobang tanam 60 x 60, atau 75 x 75 cm dengan jarak tanam 2,5×2,5 hingga 2,75 x 2,75 m minimal 2 bulan sebelum tanam

III. PEMBIBITAN
– Siapkan biji yang berkualitas dari pohon yang telah diketahui produksinya biasanya dari penangkar benih terpercaya.
– Buat kotak atau bumbunan tanah untuk persemaian dengan tebal lapisan pasir sekitar 5 cm.
– Buat pelindung dengan pelepah atau paranet dengan pengurangan bertahap jika bibit telah tumbuh
– Siram bibitan dengan rutin dengan melihat kebasahan tanah
– Bibit akan berkecambah kurang lebih 1 bulan, pilih bibit yang sehat dan lakukan pemindahan ke polibag dengan hati2 agar akar tidak putus pada umur bibit 2 -3 bulan sejak awal pembibitan
– Tambahkan pupuk NPK sebagai pupuk dasar (lihat tabel) hingga umur 12 bulan
– Siramkan SUPERNASA dosis 1 sendok makan per 10 liter air, ambil 250 ml per pohon dari larutan tersebut
– Setelah bibit umur 4 bulan semprotkan 2 tutup POC NASA per tangki sebulan sekali hingga umur bibit 7-9 bulan dan siap tanam

Tabel Dosis Pupuk Untuk Bibit Kopi
Umur (bln) gr/m2
Urea SP-36 KCl
3 10 5 5
5 20 10 10
7 30 15 15
9 40 20 20
12 50 25 25

Catatan : Jenis dan dosis pupuk bisa sesuai dengan anjuran dinas pertanian setempat. Perhatikan kelembapan tanah agar bibit tidak terkena serangan karat daun.

IV. PENANAMAN
– Masukkan pupuk kandang dengan campuran tanah bagian atas saat penanaman bibit.
– Usahakan saat tanam sudah memasuki musim hujan.
– Lakukan penyiraman tanah setelah tanam
– Hindarkan resiko kematian tanaman baru dari gangguan ternak.

V. PENYULAMAN
– Lakukan penyulaman segera jika tanaman mati atau gejala pertumbuhannya tidak normal.
– Penyulaman dilakukan awal musim hujan

VI. PENYIRAMAN
Lakukan penyiraman jika tanah kering atau musim kemarau

VII. PEMUPUKAN
– Pemupukan NPK diberikan dua kali setahun, yaitu awal dan akhir musim hujan.
– Setelah pemupukan sebaiknya disiram.

Jenis dan Dosis Pupuk Makro sesuai table.
Tahun gr/pohon/tahun
Urea SP-36 KCl
1 2 x 25 2 x 25 2 x 20
2 2 x 50 2 x 50 2 x 40
3 2 x 75 2 x 70 2 x 40
4 2 x 100 2 x 90 2 x 40
5 – 10 2 x 150 2 x 130 2 x 60
> 10 2 x 200 2 x 175 2 x 80

Catatan : Jenis dan Dosis pupuk sesuai dengan jenis tanah atau rekomendasi dinas pertaniam setempat

Cara pemupukan dibuat lubang kecil mengelilingi tanaman sejauh ¾ lebar tajuk, pupuk dimasukan dan ditutup tanah.
Akan lebih baik ditambah pupuk organik SUPERNASA dosis 1 botol untuk ± 200 tanaman . 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon atau siram atau kocorkan SUPERNASA 1 sendok makan per 10 liter air setiap 3-6 bulan sekali.
Semprotkan POC NASA 3-4 tutup + HORMONIK 1-2 tutup per tangki setiap 1 bulan sekali

VIII. PEMANGKASAN
Lakukan pemangkasan rutin setelah berakhirnya masa panen (pangkas berat) untuk mengatur bentuk pertumbuhan, mengurangi cabang tunas air (wiwilan), mengurangi penguapan dan bertujuan agar terbentuk bunga, serta perbaikan bagian tanaman yang rusak.
Pemangkasan pada awal atau akhir musim hujan setelah pemupukan

IX. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

A. H A M A
1. Bubuk buah kopi (Stephanoderes hampei) serangan di penyimpanan buah maupun saat masih di kebun . Pencegahan dengan PESTONA atau BVR secara bergantian
2. Penggerek cabang coklat dan hitam (Cylobarus morigerus dan Compactus ) menyerang ranting dan cabang. Pencegahan dengan PESTONA.
3. Kutu dompolan (Pseudococcus citri) menyerang kuncup bunga, buah muda, ranting dan daun muda, pencegahan gunakan PESTONA, BVR atau PENTANA.+ AERO 810 secara bergantian

B. PENYAKIT
1. Penyakit karat daun disebabkan oleh Hemileia vastatrix , preventif semprotkan Natural GLIO
2. Penyakit Jamur Upas disebabkan oleh Corticium salmonicolor : Kurangi kelembaban , kerok dan preventif oleskan batang/ranting dengan Natural GLIO + POC NASA
3. Penyakit akar hitam penyebab Rosellina bunodes dan R. arcuata. Ditandai dengan daun kuning, layu, menggantung dan gugur. preventif dengan Natural GLIO
4. Penyakit akar coklat penyebabnya : Fomes lamaoensis atau Phellinus lamaoensis preventif dengan Natural GLIO
5. Penyakit bercak coklat pada daun oleh Cercospora cafeicola Berk et Cooke pencegahan dengan Natural GLIO
6. Penyakit mati ujung pada ranting.Penyebabnya Rhizoctonia .Preventif gunakan Natural GLIO.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

X. P A N E N
Kopi akan berproduksi mulai umur 2,5 tahun jika dirawat dengan baik dan buah telah menunjukkan warna merah yang meliputi sebagian besar tanaman, dan dilakukan bertahap sesuai dengan masa kemasakan buah.

XI. PENGOLAHAN HASIL
Agar dipersiapkan terlebih dahulu tempat penjemuran, pengupasan kulit dan juga penyimpanan hasil panen agar tidak rusak akibat hama pasca panen. Buah panenan harus segera diproses maksimal 20 jam setelah petik untuk mendapatkan hasil yang baik.

Penyebab Kerusakan Kopi Beras :
1. Biji keriput : asal buah masih muda
2. Biji berlubang :kopi terserang bubuk
3. Biji kemerahan : Kurang bersih mencucinya
4. Biji pecah : mesin pengupas kurang sempurna, berasal dari buah yang terserang bubuk, pada saat pengupasan dengan mesin kopi terlalu kering.
5. Biji pecah diikuti oleh perubahan warna: mesin penguap dan pemisah kulit dengan biji kurang sempurna, fermentasi pada pengolahan basah kurang sempurna.
6. Biji belang : pengeringan tidak sempurna, terlalu lama disimpan , suhu penyimpanan terlalu lembab.
7. Biji Pucat : terlalu lama disimpan di tempat lembab
8. Biji berkulit ari : Pengeringan tidak sempurna atau terlalu lama, pada pengeringan buatan suhu awal terlalu rendah.
9. Biji berwarna kelabu hitam : pada pengeringan buatan suhunya terlalu tinggi.
10. Noda-noda cokelat hitam : pada pengeringan buatan, kopi tidak sering diaduk/dibolak-balik.
22:35:00 | |
BUDIDAYA KELAPA
PENDAHULUAN
Menurunnya minat petani untuk membudidayakan komoditi kelapa sebenarnya merugikan secara nasional, karena tanaman kelapa mempunyai kesesuaian syarat tumbuh hampir di seluruh wilayah Indonesia. PT. Natural Nusantara berupaya memberikan pedoman teknis budidaya kelapa dengan aspek K- 3 yaitu kuantitas, kualitas dan kelestarian lingkungan , sehingga mampu meningkatkan taraf penghasilan petani.

SYARAT PERTUMBUHAN
– Tanah yang ideal untuk penanaman kelapa adalah tanah berpasir , berabu gunung, dan tanah berliat. dengan pH tanah 5,2 hingga 8 dan mempunyai struktur remah sehingga perakaran dapat berkembang dengan baik.
– Sinar matahari banyak minimal 120 jam perbulan , jika kurang dari itu produksi buah akan rendah.
– Suhu yang paling cocok adalah 27ºC dengan variasi rata-rata 5-7 º C, suhu kurang dari 20º C tanaman kurang produktif.
– Curah hujan yang baik 1300-2300 mm/th. Kekeringan panjang menyebabkan produksi berkurang 50% , sedangkan kelembapan tinggi menyebabkan serangan penyakit jamur.
– Angin yang terlalu kencang terkadang merugikan tanaman yang terlalu tinggi terutama varietas dalam.

PENGOLAHAN LAHAN
Pengolahan tanah yang diperlukan adalah pembuatan lobang tanam dengan ukuran 0,9m x 0,9m x 0,9m dengan penambahan pupuk kandang dan humus. Jarak tanam yang baik untuk jenis dalam yaitu 9 x 10 m dan jenis genjah 6 x 6 m.

PEMBIBITAN
– Pilih buah yang bagus dan tua, rendam dengan larutan air + HORMONIK dengan dosis 1 tutup per l0 liter air selama 2 minggu, kemudian semaikan bibit di bedengan dan kedalaman sama dengan buah kelapa , timbun buah kelapa dengan letak horizontal dengan tebal timbunan 2/3 buah. Jarak antar bibit 25cm x 25 cm dan bibit akan berkecambah setelah 12-16 minggu, jika lebih dari 5 bulan tidak berkecambah dianggap mati/ bibit jelek. Rawat bibit di bedengan hingga umur 30 minggu atau berdaun 3 lembar. Lakukan penyiraman bila tanah kurang air.
– Bibit dipelihara dengan pemberian pupuk POC NASA hingga umur bibit kurang lebih 9 bulan dengan dosis 1-2 cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali. Jangan mengabaikan tindakan preventif perlindungan tanaman dari gangguan ternak atau dengan memasang pagar kayu.

Lakukan pemupukan sesuai dengan rekomendasi atau dengan mengacu pada tabel pemupukan berikut :
Umur Bibit (bulan) Kebutuhan Pupuk (gr/tanman)
N (Urea/ZA) P (TSP) K (KCl/MOP) Mg (Kies)
1 5/10 50 75 100
2 5/10 75 125 150
3 5/10 100 150 200
4 10/15 200 400 400
5 10/15 300 600 500
6 10/15 400 800 750
7 15/20 500 1000 1000
8 15/20 600 1250 2000
9 15/20 700 1500 2500

Pospat diberikan 2 minggu sebelum pupuk lain dan dicampur rata dengan tanah

Catatan :
Akan lebih baik pembibitan diselingi / ditambah SUPERNASA 1-2 kali selang waktu 3-4 bulan sekali dengan dosis 1 botol untuk ± 400 bibit. 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap bibit.
PENANAMAN
Umur Tanaman Dosis Pupuk (gr/pokok)
Urea (TSP) RP KCl Kies Borak
Saat tanam – – – – – –
1 bln setelah tanam 100 100 100 100 100 100
2 tahun
– apl I 200 200 200 200 200 200
– apl II 200 200 200 200 200 200
3 tahun
– apl I 350 350 350 350 350 350
– apl II 350 350 350 350 350 350
4 tahun
– apl I 500 500 500 500 500 500
– apl II 500 500 500 500 500 500
5 tahun
– apl I 500 500 500 500 500 500
– apl II 500 500 500 500 500 500

Catatan :
– Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim hujan (September – Oktober) dan kedua di akhir musim hujan (Maret – April)
– Kocorkan atau siram SUPERNASA dosis 1 sendok makan per 10 lt air per pohon setiap 3-6 bulan sekali
– Penyemprotan POC NASA 3 – 4 tutup + HORMONIK 1-2 tutup per tangki setiap 2-4 minggu sekali

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT
1. Golongan Coleoptera
Hama golongan ini yang paling banyak menyerang adalah Oryctes rhinoceros . Cara mengendalikan dengan membuat trap/ jebakan berupa kotak-kotak yang diisi sampah dan secara preventif dikendalikan dengan pemberian Natural BVR atau jika sudah menjadi uret dengan PESTONA, atau dengan menggunakan musuh alaminya yaitu tikus, tupai, ayam , bebek , dan burung hantu.

2. Golongan Lepidoptera
Species yang sering menyerang adalah Tiratabha rufivena yang larvarnya memakan bunga kelapa, dan Acritocera negligens yang mengebor tangkai bunga yang belum membuka dan memakan isinya. Pengendaliannya dengan menggunakan PENTANA + AERO 810 ataupun Natural BVR sifatnya yang cepat berpindah maka pengendaliannya harus secara merata untuk pencegahan .

3. Golongan Hemiptera
Jenis yang menghisap cairan daun sehingga daun mati adalah jenis homoptera (Gareng pong= Jawa). Jenis lain yang menghisap cairan buah adalah Heteroptera, sehingga buah menjadi rontok sebelum matang. Pencegahan dengan PENTANA+AERO 810 dan PESTONA secara bergantian.

4. Penyakit yang juga mungkin menyerang adalah:
Busuk tunas atau pucuk yang disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora dan penyakit Lingkar merah pada daun yang disebabkan cacing / belut tanah Rhadinaphelencus cocophilus. Kedua macam penyakit ini hanya dengan eradikasi atau pemusnahan tanaman yang terkena serangan.

Catatan :
Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

PEMANENAN
– Untuk kelapa jenis dalam, umur berbuah setelah 8-10 tahun, dan umur bisa mencapai 60 – 100 tahun dengan produksi yang diharapkan adalah kopra. Untuk kelapa jenis genjah berbuah setelah umur 3 – 4 tahun dan berbuah maksimal pada saat umur 9 – 10 tahun, dan bisa mencapai umur 30 – 40 tahun kurang bagus untuk kopra karena daging buahnya yang lunak.
– Panen buah kelapa dilakukan menurut kebutuhannya. Jika kelapa yang diinginkan dalam keadaan kelapa masih muda kira-kira umur buah 7 -8 bulan dari bunganya. Jika ingin mengambil buah tua untuk santan atau kopra dipanen di saat umur sudah mencapai 12-14 bulan dari berbunga atau jika sudah tidak lagi terdengar suara air di dalam buahnya.

PASCA PENEN
Pengolahan buah kelapa yang tua pada akhir-akhir ini mulai mengarah pada pemanfaatan minyak kelapa murni atau virgin coconut oil yang mampu meningkatkan nilai jual dari produk kelapa, ataupun masih dalam bentuk nira ( legen =Jawa) untuk keperluan industri gula kelapa, nata de coco, asam cuka, produk minuman dan substrat,serta alkohol yang juga mampu meningkatkan nilai jual dari produk kelapa.
– Gula kelapa :
kandungan sukrosa yang dominan di antara kandungan bahan kimia non air lainnya menjadikan nira sebagai sumber gula yang sangat potensil.

– Nata de coco :
Adalah bahan olahan nira kelapa berbentuk gel, tekstur kenyal seperti kolang kaling, yang proses fermentasinya dibantu oleh mikrorganisme Acetobacter xylium.

– Asam cuka :
dikenal sebagai penegas rasa, warna dan juga sebagai bahan pengawet karena membatasi pertumbuhan bakteri.

– Produk minuman:
Dapat dibuat minuman segar non alcohol maupun alkohol dalam kadar rendah(tuak) ataupun dalam kadar tinggi (arak).

– Substrat :
Yaitu bahan nutrient yang dipergunakan untuk menumbuhkan mikroba. Substrat ini sangat diperlukan bagi pekerjaan di lab bioteknologi.
BUDIDAYA CENGKEH
I. PENDAHULUAN
Cengkeh merupakan salah satu komoditas pertanian yang tinggi nilai ekonominya. Baik sebagai rempah-rempah, bahan campuran rokok kretek atau bahan dalam pembuatan minyak atsiri, namun bila faktor penanaman dan pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka produksi dan kualitasnya akan menjadi rendah.
PT. NATURAL NUSANTARA berusaha berperan dalam peningkatan produksi secara K-3 yaitu Kuantitas, Kualitas dan tetap menjaga Kelestarian lingkungan.

II. SYARAT PERTUMBUHAN
– Tanaman tumbuh optimal pada 300 – 600 dpal dengan suhu 22°-30°C, curah hujan yang dikehendaki 1500 4500 mm/tahun
– Tanah gembur dengan dalam solum minimum 2 m, tidak berpadas dengan pH optimal 5,5 – 6,5. Tanah jenis latosol, andosoldan podsolik merah baik untuk dijadikan perkebunan cengkih.

III. PEMBIBITAN
– Buat bedengan untuk naungan dengan lebar 1- 1,2 m dan panjang sesuai kebutuhan dengan arah membujur ke utara selatan. Kanan kiri bedengan dibuat parit sedalam 20 cm dan lebar 50 cm. Diatas bedengan dibuat naungan setinggi 1,8 m dibagian timur dan 1,2 m dibagian selatan, intensitas cahaya 75%.
– Benih dibenamkan pada media di polybag ukuran 15 cm x 20 cm (untuk bibit yang akan dipindahkan pada umur 1 tahun) atau ukuran 20 cm x 25 cm (untuk bibit yang akan dipindahkan pada umur 2 tahun) yang bagian bawahnya telah dilubangi 2,5 mm dengan jarak 2 x 2 cm. Media yang digunakan pasir halus, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1, dan berikan Natural GLIO per 20 25 kg pupuk kandang yang telah jadi dan diperam selama ± 2 minggu. Dan sebelum bibit ditanam siram tanah dengan POC NASA 5 ml/lt air atau 0,5 tutup per liter air. -Kemudian susun polybag pada persemaian yang telah disiapkan.
– Penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari. Penyiangan dilakukan 2-3 kali dalam sebulan disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Intensitas naungan perlahan-lahan dikurangi secara bertahap hingga tinggal 40% saat bibit dipindahkan ke lapang.
– Pemupukan dengan NPK dilakukan dengan dosis 10 gr/pohon/tahun atau dengan Urea, SP-36 dan KCl dengan dosis masing-masing 3,5 gr/bibit/tahun . Pupuk tersebut diberikan tiap 3 bulan sekali sedangkan untuk yang didalam polibag diberikan sebanyak 1,5 bulan sekali.

Catatan : Akan lebih baik pembibitan diselingi/ditambah SUPERNASA interval 4 bulan sekali dengan dosis 1 botol untuk ± 400 bibit. 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap bibit.

IV. PENGAJIRAN
Pengajiran dilakukan pada blok tanaman untuk memudahkan penanaman dengan jarak tanam 8 x 8 m dengan pola bujursangkar atau empatpersegi panjang.

V. PENANAMAN
Cangkul tanah yang telah diberi ajir dengan ukuran lubang tanam 75 x 75 x 75 cm. Lakukan penanaman pada awal musim hujan. Berikanlah pupuk kandang 25 – 50 kg yang telah dicampur dengan 1 pak Natural GLIO dan 1,5 – 2 kg dolomit, campur hingga rata. Masukan 5-10 kg campuran tersebut per lubang tanam. Masukkan bibit dan gumpalan tanahnya kedalam lubang hingga batas leher akar. Beri peneduh buatan setingggi 30 cm dengan intensitas 50%. Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis 2-3 ml/liter air per bibit atau semprot POC NASA dosis 2 tutup/ tangki. Hasil akan lebih bagus dengan menggunakan SUPERNASA dengan cara : 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) dijadikan larutan induk. Kemudian dalam 1 liter air ditambahkan 10 ml larutan induk kemudian diberikan untuk setiap pohonnya.

VI. PEMELIHARAAN TANAMAN
Pengaturan peneduh dilakukan antara 4-6 bulan sekali.

VII. PEMUPUKAN
UMUR PUPUK MAKRO
Urea TSP KCl Dolomit
0,5 50 25 35 50
1 100 50 75 100
2 150 75 125 150
3 200 100 150 200
4 500 200 400 400
5 750 300 600 500
6 1000 400 800 750
7 1500 500 1000 1000
8 2200 600 1250 2000
9 2600 700 1500 2500
10 3000 800 1750 2900
11 3500 900 2000 3300
12 3500 900 2250 3800

Catatan :
– Bila diberikan dua periode pemberian pupuk pertama dilakukan awal musim hujan (September-Oktober) dan kedua pada akhir musim hujan (Maret-April).
– Siramkan SUPERNASA atau POWER NUTRITION dosis 1 sendok makan per 10 lt air per pohon setiap 3-6 bulan sekali
– Semprotkan POC NASA dosis 3 – 4 tutup + HORMONIK dosis 1-2 tutup pertangki setiap 1-2 bulan sekali hingga umur 5 tahun.

VIII. PENGENDALIAN HAMA dan PENYAKIT
A. Kutu daun ( Coccus viridis )
Bagian yang diserang : ranting muda, daun muda. Gejala : Pertumbuhan yang dihisapnya akan terhenti misal ranting mengering, daun dan bunga kering dan rontok. Pencegahan gunakan PENTANA + AERO 810 atau Natural BVR

B. Penggerek ranting/batang (Xyleborus sp )
Bagian yang diserang : ranting/batang. Gejala : Liang gerekan berupa lubang kecil, serangan hebat menyebabkan ranting / batang menjadi rapuh dan mudah patah.Pengendalian : Pangkas ranting/batang yang terserang, pencegahan gunakan PESTONA atau Natural BVR.

C. Kepik Helopeltis ( Helopeltis sp )
Bagian yang diserang : pucuk atau daun muda. Gejala : Biasanya pucuk akan mati dan daun muda berguguran.Pencegahan : Semprotkan Natural BVR atau PESTONA.

D. Penyakit mati bujang ( bakteri Xylemlimited bacterium ).
Bagian yang terserang : perakaran, ranting-ranting muda. Gejala : matinya ranting pada ujung-ujung tanaman.Gugurnya daun diikuti dengan matinya ranting secara bersamaan. Pengendalian : pengaturan drainase yang baik, penggemburan tanah, pencegahan kocorkan POC NASA + HORMONIK + NATURAL GLIO.

E. Penyakit busuk akar (Pytium rhizoctonia dan Phytopthora ).
Bagian yang diserang : perakaran. Gejala : pada pembibitan tanaman mati secara tiba-tiba, pada tanaman dewasa daun mengering mulai dari ranting bagian bawah. Pengendalian : bila serangan telah ganas maka tanaman yang terserang dibongkar dan dimusnahkan, lubang bekas tanaman berikan tepung belerang 200 gr secara merata, isolasi tanaman atau daerah yang terserang dengan membuat saluran isolasi, perbaiki drainase, gunakan Natural GLIO pada awal penanaman untuk pencegahan.
Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

IX. PANEN
Cengkih dapat mulai dipanen mulai umur tanaman 4,5 – 6,5 tahun, untuk memperoleh mutu yang baik bunga cengkih dipetik saat matang petik, yaitu saat kepala bunga kelihatan sudah penuh tetapi belum membuka. Matang petik setiap tanaman umumnya tidak serempak dan pemetikan dapat diulangi setiap 10-14 hari selama 3-4 bulan. Bunga cengkih dipetik per tandan tepat diatas buku daun terakhir. Bunga yang telah dipetik lalu dimasukkan ke dalam keranjang/karung kecil dan dibawa ke tempat pengolahan.

X. PENANGANAN PASCA PANEN
– Sortasi buah. Lakukan pemisahan bunga dari tangkainya dan tempatkan pada tempat yang berbeda.
– Pemeraman. Pemeraman dilakukan selama 1 hari ini dilakukan untuk memperbaiki warna cengkih menjadi coklat mengkilat.
– Pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan dengan mesin pengering yang menggunakan kayu bakar atau bahan bakar minyak.Dapat juga dikeringkan dengan cara alami yaitu pengeringan dengan matahari pada lantai beton agar kadar air menjadi 12-14%, dan dapat disimpan dan aman dari jamur.
– Sortasi. Pada tahap ini cengkih dipisahkan dari kotoran dengan cara ditampi. Kemudian cengkih yang sudah bersih dimasukan pada karung dan dijahit.
BUDIDAYA KAKAO
PENDAHULUAN
Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah.

PT. Natural Nusantara berusaha membantu petani kakao agar mampu meningkatkan produktivitasnya agar dapat bersaing di era globalisasi dengan program peningkatan produksi secara kuantitas dan kualitas, berdasarkan konsep kelestarian lingkungan (Aspek K-3).
1. Persiapan Lahan
– Bersihkan alang-alang dan gulma lainnya
– Gunakan tanaman penutup tanah (cover crop) terutama jenis polong-polongan seperti Peuraria javanica, Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides & C. caeraleum untuk mencegah pertumbuhan gulma terutama jenis rumputan
– Gunakan juga tanaman pelindung seperti Lamtoro, Gleresidae dan Albazia, tanaman ini ditanam setahun sebelum penanaman kakao dan pada tahun ketiga jumlah dikurangi hingga tinggal 1 pohon pelindung untuk 3 pohon kakao (1 : 3)

2. Pembibitan
– Biji kakao untuk benih diambil dari buah bagian tengah yang masak dan sehat dari tanaman yang telah cukup umur
– Sebelum dikecambahkan benih harus dibersihkan lebih dulu daging buahnya dengan abu gosok
– Karena biji kakao tidak punya masa istirahat (dormancy), maka harus segera dikecambahkan
– Pengecambahan dengan karung goni dalam ruangan, dilakukan penyiraman 3 kali sehari
– Siapkan polibag ukuran 30 x 20 cm (tebal 0,8 cm) dan tempat pembibitan
– Campurkan tanah dengan pupuk kandang (1 : 1), masukkan dalam polibag
– Sebelum kecambah dimasukkan tambahkan 1 gram pupuk TSP / SP-36 ke dalam tiap-tiap polibag
– Benih dapat digunakan untuk bibit jika 2-3 hari berkecambah lebih 50%
– Jarak antar polibag 20 x 20 cm lebar barisan 100 cm
– Tinggi naungan buatan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga sinar masuk tidak terlalu banyak
– Penyiraman bibit dilakukan 1-2 kali sehari
– Penyiangan gulma melihat keadaan areal pembibitan
– Pemupukan dengan N P K ( 2 : 1 : 2 ) dosis sesuai dengan umur bibit, umur 1 bulan : 1 gr/bibit, 2 bulan ; 2 gr/bibit, 3 bulan : 3 gr/bibit, 4 bulan : 4 gr/bibit. Pemupukan dengan cara ditugal
– Siramkan POC NASA dengan dosis 0,5 – 1 tutup/pohon diencerkan dengan air secukupnya atau semprotkan dengan dosis 4 tutup/tangki setiap 2-4 minggu sekali
– Penjarangan atap naungan mulai umur 3 bulan dihilangkan 50% sampai umur 4 bulan
– Amati hama & penyakit pada pembibitan, antara lain ; rayap, kepik daun, ulat jengkal, ulat punggung putih, dan ulat api. Jika terserang hama tersebut semprot dengan PESTONA dosis 6-8 tutup/tangki atau Natural BVR dosis 30 gr/tangki. Jika ada serangan penyakit jamur Phytopthora dan Cortisium sebarkan Natural GLIO yang sudah dicampur pupuk kandang selama + 1 minggu pada masing-masing pohon

3. Penanaman
a. Pengajiran
– Ajir dibuat dari bambu tinggi 80 – 100 cm
– Pasang ajir induk sebagai patokan dalam pengajiran selanjutnya
– Untuk meluruskan ajir gunakan tali sehingga diperoleh jarak tanam yang sama

b. Lubang Tanam
– Ukuran lubang tanam 60 x 60 x 60 cm pada akhir musim hujan
– Berikan pupuk kandang yang dicampur dengan tanah (1:1) ditambah pupuk TSP 1-5 gram per lubang

c. Tanam Bibit
– Pada saat bibit kakao ditanam pohon naungan harus sudah tumbuh baik dan naungan sementara sudah berumur 1 tahun
– Penanaman kakao dengan system tumpang sari tidak perlu naungan, misalnya tumpang sari dengan pohon kelapa
– Bibit dipindahkan ke lapangan sesuai dengan jenisnya, untuk kakao Mulia ditanam setelah bibit umur 6 bulan, Kakao Lindak umur 4-5 bulan
– Penanaman saat hujan sudah cukup dan persiapan naungan harus sempurna. Saat pemindahan sebaiknya bibit kakao tidak tengah membentuk daun muda (flush)

4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) sebanyak 2-5 liter/pohon
b.Dibuat lubang pupuk disekitar tanaman dengan cara dikoak. Pupuk dimasukkan dalam lubang pupuk kemudian ditutup kembali. Dosis pupuk lihat dalam tabel di samping ini :

Tabel Pemupukan Tanaman Coklat

UMUR
(bulan)
Dosis pupuk Makro (per ha)

Urea
(kg)

TSP
(kg)

MOP/ KCl (kg)

Kieserite (MgSO4)
(kg)

2
15
15
8
8

6
15
15
8
8

10
25
25
12
12

14
30
30
15
15

18
30
30
45
15

22
30
30
45
15

28
160
250
250
60

32
160
200
250
60

36
140
250
250
80

42
140
200
250
80

Dst
Dilakukan analisa tanah

Dosis POC NASA mulai awal tanam :

0 – 24
2-3 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang
setiap 4 – 5 bulan sekali

> 24
3-4 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang
setiap 3 – 4 bulan sekali ( sesekali bisa juga disemprotkan ke tanaman )

Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah produksi tetapi tidak dari awal memakai POC NASA :
– Tahap 1 : Aplikasikan 3 – 4 kali berturut-turut dengan interval 1-2 bln, Dosis 3-4 tutup/ pohon
– Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali, Dosis 3-4 tutup/ pohon

Catatan: Akan lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman. 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.

5. Pengendalian Hama & Penyakit
a. Ulat Kilan ( Hyposidea infixaria; Famili : Geometridae ), menyerang pada umur 2-4 bulan. Serangan berat mengakibatkan daun muda tinggal urat daunnya saja. Pengendalian dengan PESTONA dosis 5 – 10 cc / liter.

b. Ulat Jaran / Kuda ( Dasychira inclusa, Familia : Limanthriidae ), ada bulu-bulu gatal pada bagian dorsalnya menyerupai bentuk bulu (rambut) pada leher kuda, terdapat pada marke 4 dan 5 berwarna putih atau hitam, sedang ulatnya coklat atau coklat kehitam-hitaman. Pengendalian dengan musuh alami predator Apanteles mendosa dan Carcelia spp, semprot PESTONA.

c. Parasa lepida dan Ploneta diducta (Ulat Srengenge), serangan dilakukan silih berganti karena kedua species ini agak berbeda siklus hidup maupun cara meletakkan kokonnya, sehingga masa berkembangnya akan saling bergantian. Serangan tertinggi pada daun muda, kuncup yang merupakan pusat kehidupan dan bunga yang masih muda. Siklus hidup Ploneta diducta 1 bulan, Parasa lepida lebih panjang dari pada Ploneta diducta. Pengendalian dengan PESTONA.

d. Kutu – kutuan ( Pseudococcus lilacinus ), kutu berwarna putih. Simbiosis dengan semut hitam. Gejala serangan : infeksi pada pangkal buah di tempat yang terlindung, selanjutnya perusakan ke bagian buah yang masih kecil, buah terhambat dan akhirnya mengering lalu mati. Pengendalian : tanaman terserang dipangkas lalu dibakar, dengan musuh alami predator; Scymus sp, Semut hitam, parasit Coccophagus pseudococci Natural BVR 30 gr/ 10 liter air atau PESTONA.

e. Helopeltis antonii, menusukkan ovipositor untuk meletakkan telurnya ke dalam buah yang masih muda, jika tidak ada buah muda hama menyerang tunas dan pucuk daun muda. Serangga dewasa berwarna hitam, sedang dadanya merah, bagian menyerupai tanduk tampak lurus. Ciri serangan, kulit buah ada bercak-bercak hitam dan kering, pertumbuhan buah terhambat, buah kaku dan sangat keras serta jelek bentuknya dan buah kecil kering lalu mati. Pengendalian dilakukan dengan PESTONA dosis 5-10 cc / lt (pada buah terserang), hari pertama semprot stadia imago, hari ke-7 dilakukan ulangan pada telurnya dan pada hari ke-17 dilakukan terhadap nimfa yang masih hidup, sehingga pengendalian benar-benar efektif, sanitasi lahan, pembuangan buah terserang.

f. Cacao Mot ( Ngengat Buah ), Acrocercops cranerella (Famili ; Lithocolletidae). Buah muda terserang hebat, warna kuning pucat, biji dalam buah tidak dapat mengembang dan lengket. Pengendalian : sanitasi lingkungan kebun, menyelubungi buah coklat dengan kantong plastik yang bagian bawahnya tetap terbuka (kondomisasi), pelepasan musuh alami semut hitam dan jamur antagonis Beauveria bassiana ( BVR) dengan cara disemprotkan, semprot dengan PESTONA.

g. Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora), gejala serangan dari ujung buah atau pangkal buah nampak kecoklatan pada buah yang telah besar dan buah kecil akan langsung mati. Pengendalian : membuang buah terserang dan dibakar, pemangkasan teratur, semprot dengan Natural GLIO.

h. Jamur Upas ( Upasia salmonicolor ), menyerang batang dan cabang. Pengendalian : kerok dan olesi batang atau cabang terserang dengan Natural GLIO+HORMONIK, pemangkasan teratur, serangan berlanjut dipotong lalu dibakar.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

6. Pemangkasan
– Pemangkasan ditujukan pada pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik. Pohon pelindung juga dilakukan pemangkasan agar percabangan dan daunnya tumbuh tinggi dan baik. Pemangkasan ada beberapa macam yaitu :
– Pangkas Bentuk, dilakukan umur 1 tahun setelah muncul cabang primer (jorquet) atau sampai umur 2 tahun dengan meninggalkan 3 cabang primer yang baik dan letaknya simetris.
– Pangkas Pemeliharaan, bertujuan mengurangi pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dengan cara menghilangkan tunas air (wiwilan) pada batang pokok atau cabangnya.
– Pangkas Produksi, bertujuan agar sinar dapat masuk tetapi tidak secara langsung sehingga bunga dapat terbentuk. Pangkas ini tergantung keadaan dan musim, sehingga ada pangkas berat pada musim hujan dan pangkas ringan pada musim kemarau.
Pangkas Restorasi, memotong bagian tanaman yang rusak dan memelihara tunas air atau dapat dilakukan dengan side budding.

7. Panen
Saat petik persiapkan rorak-rorak dan koordinasi pemetikan. Pemetikan dilakukan terhadap buah yang masak tetapi jangan terlalu masak. Potong tangkai buah dengan menyisakan 1/3 bagian tangkai buah. Pemetikan sampai pangkal buah akan merusak bantalan bunga sehingga pembentukan bunga terganggu dan jika hal ini dilakukan terus menerus, maka produksi buah akan menurun. Buah yang dipetik umur 5,5 – 6 bulan dari berbunga, warna kuning atau merah. Buah yang telah dipetik dimasukkan dalam karung dan dikumpulkan dekat rorak. Pemetikan dilakukan pada pagi hari dan pemecahan siang hari. Pemecahan buah dengan memukulkan pada batu hingga pecah. Kemudian biji dikeluarkan dan dimasukkan dalam karung, sedang kulit dimasukkan dalam rorak yang tersedia.

8. Pengolahan Hasil
Fermentasi, tahap awal pengolahan biji kakao. Bertujuan mempermudah menghilangkan pulp, menghilangkan daya tumbuh biji, merubah warna biji dan mendapatkan aroma dan cita rasa yang enak.
Pengeringan, biji kakao yang telah difermentasi dikeringkan agar tidak terserang jamur dengan sinar matahari langsung (7-9 hari) atau dengan kompor pemanas suhu 60-700C (60-100 jam). Kadar air yang baik kurang dari 6 %.
Sortasi, untuk mendapatkan ukuran tertentu dari biji kakao sesuai permintaan. Syarat mutu biji kakao adalah tidak terfermentasi maksimal 3 %, kadar air maksimal 7%, serangan hama penyakit maksimal 3 % dan bebas kotoran.
BUDIDAYA CABAI
A. PENDAHULUAN
Cabai dapat ditanam di dataran tinggi maupun rendah, pH 5-6. Bertanam cabai dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko), diantaranya, teknis budidaya, kekurangan unsur, serangan hama dan penyakit, dll.
PT. Natural Nusantara ( NASA ) berupaya membantu penyelesaian masalah tersebut, agar terjadi peningkatan produksi cabai secara kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K-3 ), sehingga petani dapat berkompetisi di era pasar bebas.

B. FASE PRATANAM
1. Pengolahan Lahan
• Tebarkan pupuk kandang dosis 0,5 -1 ton/ 1000 m2
• Diluku kemudian digaru (biarkan + 1 minggu)
• Diberi Dolomit sebanyak 0,25 ton / 1000 m2
• Dibuat bedengan lebar 100 cm dan parit selebar 80 cm
• Siramkan SUPER NASA (1 bt) / NASA(1-2 bt)
– Super Nasa : 1 btl dilarutkan dalam 3 liter air (jadi larutan induk). Setiap 50 lt air tambahkan 200 cc larutan induk.
Atau 1 gembor ( + 10 liter ) diberi 1 sendok makan peres SUPER NASA dan siramkan ke bedengan + 5-10 m.
– NASA : 1 gembor ( + 10 liter ) diberi 2-4 tutup NASA dan siramkan ke bedengan sepanjang + 5 – 10 meter.
• Campurkan GLIO 100 – 200 gr ( 1 – 2 bungkus ) dengan 50 – 100 kg pupuk kandang, biarkan 1 minggu dan sebarkan ke bedengan.
• Bedengan ditutup mulsa plastik dan dilubangi, jarak tanam 60 cm x 70 cm pola zig zag ( biarkan + 1 – 2 minggu ).

2. Benih
• Kebutuhan per 1000 m2 1 – 1,25 sachet Natural CK -10 atau CK-11 dan Natural CS-20, CB-30
• Biji direndam dengan POC NASA dosis 0,5 – 1 tutup / liter air hangat kemudian diperam semalam.

C. FASE PERSEMAIAN ( 0-30 HARI)
1. Persiapan Persemaian
• Arah persemaian menghadap ke timur dengan naungan atap plastik atau rumbia.
• Media tumbuh dari campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos yang telah disaring, perbandingan 3 : 1. Pupuk kandang sebelum dipakai dicampur dengan GLIO 100 gr dalam 25-50 kg pupuk kandang dan didiamkan selama + 1 minggu. Media dimasukkan polibag bibit ukuran 4 x 6 cm atau contong daun pisang.

2. Penyemaian
• Biji cabai diletakkan satu per satu tiap polibag, lalu ditutup selapis tanah + pupuk kandang matang yang telah disaring
• Semprot POC NASA dosis 1-2 ttp/tangki umur 10, 17 HSS
• Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari untuk menjaga kelembaban

3. Pengamatan Hama & Penyakit
a. Penyakit
• Rebah semai (dumping off), gejalanya tanaman terkulai karena batang busuk , disebabkan oleh cendawan Phytium sp. & Rhizoctonia sp. Cara pengendalian: tanaman yg terserang dibuang bersama dengan tanah, mengatur kelembaban dengan mengurangi naungan dan penyiraman, jika serangan tinggi siram GLIO 1 sendok makan (± 10 gr) per 10 liter air.
• Embun bulu, ditandai adanya bercak klorosis dengan permukaan berbulu pada daun atau kotil yg disebabkan cendawan Peronospora parasitica. Cara mengatasi seperti penyakit rebah semai.
• Kelompok Virus, gejalanya pertumbuhan bibit terhambat dan warna daun mosaik atau pucat. Gejala timbul lebih jelas setelah tanaman berumur lebih dari 2 minggu. Cara mengatasi; bibit terserang dicabut dan dibakar, semprot vektor virus dengan BVR atau PESTONA.

b. H a m a
• Kutu Daun Persik (Aphid sp.), Perhatikan permukaan daun bagian bawah atau lipatan
pucuk daun, biasanya kutu daun persik bersembunyi di bawah daun. Pijit dengan jari koloni kutu yg ditemukan, semprot dengan BVR atau PESTONA.
• Hama Thrip parvispinus, gejala serangan daun berkerut dan bercak klorosis karena cairan daun diisap, lapisan bawah daun berwarna keperak-perakan atau seperti tembaga. Biasanya koloni berkeliaran di bawah daun. Pengamatan pada pagi atau sore hari karena hama akan keluar pada waktu teduh. Serangan parah semprot dengan BVR atau PESTONA untuk mengurangi penyebaran.
• Hama Tungau (Polyphagotarsonemus latus). Gejala serangan daun berwarna kuning kecoklatan menggulung terpuntir ke bagian bawah sepanjang tulang daun. Pucuk menebal dan berguguran sehingga tinggal batang dan cabang. Perhatikan daun muda, bila menggulung dan mengeras itu tandanya terserang tungau. Cara mengatasi seperti pada Aphis dan Thrip

D. FASE TANAM
1. Pemilihan Bibit
• Pilih bibit seragam, sehat, kuat dan tumbuh mulus
• Bibit memiliki 5-6 helai daun (umur 21 – 30 hari)

2. Cara Tanam
• Waktu tanam pagi atau sore hari , bila panas terik ditunda.
• Plastik polibag dilepas
• Setelah penanaman selesai, tanaman langsung disiram /disemprot POC NASA 3-4 tutup/ tangki.

3. Pengamatan Hama
• Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon ), aktif malam hari untuk kopulasi, makan dan bertelur. Ulat makan tanaman muda dengan jalan memotong batang atau tangkai daun. Siang hari sembunyi dalam tanah disekitar tanaman terserang. Setiap ulat yang ditemukan dikumpulkan lalu dibunuh, serangan berat semprot dengan PESTONA atau VIREXI
• Ulat Grayak ( Spodoptera litura & S. exigua ),
Ciri ulat yang baru menetas / masih kecil berwarna hijau dengan bintik hitam di kedua sisi dari perut/badan ulat, terdapat bercak segitiga pada bagian punggungnya (seperti bulan sabit). Gejala serangan, larva memakan permukaan bawah daun dan daging buah dengan kerusakan berupa bintil-bintil atau lubang-lubang besar. Serangan parah, daun cabai gundul sehingga tinggal ranting-rantingnya saja. Telur dikumpulkan lalu dimusnahkan, menyiangi rumput di sekitar tanaman yang digunakan untuk persembunyian. Semprot dengan VITURA, VIREXI atau PESTONA.
• Bekicot/siput. Memakan tanaman, terutama menyerang malam hari. Dicari di sekitar pertanaman ( kadang di bawah mulsa) dan buang ke luar areal.

E. FASE PENGELOLAAN TANAMAN (7-70 HST)
1. Penyiraman dapat dilakukan dengan pengocoran tiap tanaman atau penggenangan (dilep) jika dirasa kering.
2. Pemupukan lewat pengocoran dilakukan seminggu sekali tiap lubang. Pupuk kocoran merupakan perbandingan campuran pupuk makro Urea : SP 36 : KCl : NASA = (250 : 250 : 250) gr dalam 50 liter ( 1 tong kecil) larutan. Diberikan umur 1 – 4 minggu dosis 250 cc/lubang, sedang umur 5-12 minggu dengan perbandingan pupuk makro Urea : TSP : KCl : NASA = (500 : 250 : 250) gr dalam 50 liter air, dengan dosis 500 cc/lubang.
Kebutuhan total pupuk makro 1000 m2 :
Jenis Pupuk 1 – 4 minggu (kg) 5 – 12 minggu
(kg)
Urea 7 56
SP-36 7 28
KCl 7 28

Catatan :
– Umur 1 – 4 mg 4 kali aplikasi (± 7 tong/ aplikasi)
– Umur 5-12 mg 8 kali aplikasi (± 14 tong/aplikasi)
3. Penyemprotan POC NASA ke tanaman dengan dosis 3-5 tutup / tangki pada umur 10, 20, kemudian pada umur 30, 40 dan 50 HST POC NASA + Hormonik dosis 1-2 tutup/tangki.
4. Perempelan, sisakan 2-3 cabang utama / produksi mulai umur 15 – 30 hr.
5. Pengamatan Hama dan Penyakit
• Spodoptera litura/ Ulat grayak Lihat depan.
• Kutu – kutuan ( Aphis, Thrips, Tungau ), lihat fase persemaian.
• Penyakit Layu, disebabkan beberapa jamur antara lain Fusarium, Phytium dan Rhizoctonia. Gejala serangan tanaman layu secara tiba-tiba, mengering dan gugur daun. Tanaman layu dimusnahkan dan untuk mengurangi penyebaran, sebarkan GLIO
• Penyakit Bercak Daun, Cercospora capsici. Jamur ini menyerang pada musim hujan diawali pada daun tua bagian bawah. Gejala serangan berupa bercak dalam berbagai ukuran dengan bagian tengah berwarna abu-abu atau putih, kadang bagian tengah ini sobek atau berlubang. Daun menguning sebelum waktunya dan gugur, tinggal buah dan ranting saja. Akibatnya buah menjadi rusak karena terbakar sinar matahari. Pengamatan pada daun tua.
• Lalat Buah (Dacus dorsalis), Gejala serangan buah yang telah berisi belatung akan menjadi keropos karena isinya dimakan, buah sering gugur muda atau berubah bentuknya. Lubang buah memungkinkan bakteri pembusuk mudah masuk sehingga buah busuk basah. Sebagai vektor Antraknose. Pengamatan ditujukan pada buah cabai busuk, kumpulkan dan musnahkan. Lalat buah dipantau dengan perangkap berbahan aktif Metil Eugenol 40 buah / ha
• Penyakit Busuk Buah Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides), gejala serangan mula-mula bercak atau totol-totol pada buah yang membusuk melebar dan berkembang menjadi warna orange, abu-abu atau hitam. Bagian tengah bercak terlihat garis-garis melingkar penuh titik spora berwarna hitam. Serangan berat menyebabkan seluruh bagian buah mengering. Pengamatan dilakukan pada buah merah dan hijau tua. Buah terserang dikumpulkan dan dimusnahkan pada waktu panen dipisahkan. Serangan berat sebari dengan GLIO di bawah tanaman.

F. FASE PANEN DAN PASCA PANEN
1. Pemanenan
• Panen pertama sekitar umur 60-75 hari
• Panen kedua dan seterusnya 2-3 hari dengan jumlah panen bisa mencapai 30-40 kali atau lebih tergantung ketinggian tempat dan cara budidayanya
• Setelah pemetikan ke-3 disemprot dengan POC NASA + Hormonik dan dipupuk dengan perbandingan seperti diatas, dosis 500 cc/ph

2. Cara panen :
• Buah dipanen tidak terlalu tua (kemasakan 80-90%)
• Pemanenan yang baik pagi hari setelah embun kering
• Penyortiran dilakukan sejak di lahan
• Simpan ditempat yang teduh
3. Pengamatan Hama & Penyakit
• Kumpulkan dan musnahkan buah yang busuk / rusak
23:59:00 | |
pedoman pada saat Anda melakukan program budidaya berbasis teknologi organik yang berorientasi pada kualitas, kuantitas dan kelestarian
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Bawang merah (Allium cepa) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Agar sukses budidaya bawang merah kita dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko) di lapangan. Diantaranya cara budidaya, serangan hama dan penyakit, kekurangan unsur mikro, dll yang menyebabkan produksi menurun. Memperhatikan hal tersebut, PT. NATURAL NUSANTARA berupaya membantu penyelesaian permasalahan tersebut. Salah satunya dengan peningkatan produksi bawang merah secara kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K – 3 ), sehingga petani dapat berkarya dan berkompetisi di era perdagangan bebas.

A. PRA TANAM
1. Syarat Tumbuh
Bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan, tekstur sedang sampai liat. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol, pH 5.6 – 6.5, ketinggian 0-400 mdpl, kelembaban 50-70 %, suhu 25-320 C

2. Pengolahan Tanah
Pupuk kandang disebarkan di lahan dengan dosis 0,5-1 ton/ 1000 m2
Diluku kemudian digaru (biarkan + 1 minggu)
Dibuat bedengan dengan lebar 120 -180 cm
Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm.
Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu.
Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di atas bedengan. ‘

3. Pupuk Dasar
Berikan pupuk : 2-4 kg Urea + 7-15 kg ZA + 15-25 kg SP-36 secara merata diatas bedengan dan diaduk rata dengan tanah.
Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di bedengan.

Siramkan pupuk SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 10 botol/1000 m2 dengan cara :
– alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
– alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 sendok peres makan Super Nasa untuk menyiram 5-10 meter bedengan.
Biarkan selama 5 – 7 hari

4. Pemilihan Bibit
– Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi.
– Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya)
– Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)

B. FASE TANAM
1. Jarak Tanam
Pada Musim Kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok
Pada Musim Hujan 20 x 15 cm varietas Tiron

2. Cara Tanam
Umbi bibit direndam dulu dalam larutan NASA + air ( dosis 1 tutup/lt air )
Taburkan GLIO secara merata pada umbi bibit yg telah direndam NASA
Simpan selama 2 hari sebelum tanam
Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.

C. AWAL PERTUMBUHAN ( 0 – 10 HST )
1. Pengamatan Hama
Waspadai hama Ulat Bawang ( Spodoptera exigua atau S. litura), telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas.

Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan VIREXI atau VITURA . Biasanya pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut /kalung hitam di leher, dikendalikan dengan VIREXI.

Ulat tanah . Ulat ini berwarna coklat-hitam. Pada bagian pucuk /titik tumbuhnya dan tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang jadi sarangnya. Semprot dengan PESTONA.
Penyakit yang harus diwaspadai pada awal pertumbuhan adalah penyakit layu Fusarium. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun bawang, selanjutnya tanaman layu dengan cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau dibakar di tempat yang jauh. Preventif kendalikan dengan GLIO.

2. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang. Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang

Dilakukan pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar perakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang rusak atau longsor perlu dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar saluran (di Brebes disebut melem).

3. Pemupukan pemeliharaan/susulan
Dosis pemupukan bervariasi tergantung jenis dan kondisi tanah setempat. Jika kelebihan Urea/ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika kurang, pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.

Pemupukan dilakukan 2 kali
( dosis per 1000 m2 ) :
– 2 minggu : 5-9 kg Urea+10-20 kg ZA+10-14 kg KCl
– 4 minggu : 3-7 kg Urea+ 7-15 kg ZA+12-17 kg KCl
Campur secara merata ketiga jenis pupuk tersebut dan aplikasikan di sekitar rumpun atau garitan tanaman. Pada saat pemberian jangan sampai terkena tanaman supaya daun tidak terbakar dan terganggu pertumbuhannya.
Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 diberikan pada umur ± 2 minggu.

4. Pengairan
Pada awal pertumbuhan dilakukan penyiraman dua kali, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh telah mencapai lebih 90 %
Air salinitas tinggi kurang baik bagi pertumbuhan bawang merah
Tinggi permukaan air pada saluran ( canal ) dipertahankan setinggi 20 cm dari permukaan bedengan pertanaman

D. FASE VEGETATIF ( 11- 35 HST )
1. Pengamatan Hama dan Penyakit
Hama Ulat bawang, S. litura dan S. exigua
Thrips, mulai menyerang umur 30 HST karena kelembaban di sekitar tanaman relatif tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun bawang yang terserang warnanya putih berkilat seperti perak Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70%. Jika ditemukan serangan, penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator kumbang macan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan BVR atau PESTONA.

Penyakit Bercak Ungu atau Trotol, disebabkan oleh jamur Alternaria porii melalui umbi atau percikan air dari tanah. Gejala serangan ditandai terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mongering ujung-ujungnya. Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada hujan rintik-rintik segera dilakukan penyiraman. Preventif dengan penebaran GLIO.

Penyakit Antraknose atau Otomotis, disebabkan oleh jamur Colletotricum gloesporiodes. Gejala serangan adalah ditandai terbentuknya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan yang akan menyebabkan patahnya daun secara serentak (istilah Brebes: otomatis). Jika ada gejala, tanaman terserang segera dicabut dibakar dan dimusnahkan. Untuk jamur yang ada didalam tanah kendalikan dengan GLIO

Penyakit oleh virus.
– Gejalanya pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke segala arah dan terkulai serta anakannya sedikit. Usahakan memakai bibit bebas virus dan pergiliran tanaman selain golongan bawang-bawangan.

Busuk umbi oleh bakteri.
– Umbi yang terserang jadi busuk dan berbau. Biasa menyerang setelah dipanen. Usahakan tempat yang kering.
– Busuk umbi/ leher batang oleh jamur.
– Bagian yang terserang jadi lunak, melekuk dan berwarna kelabu. Jaga agar tanah tidak terlalu becek (atur drainase).
– Untuk pencegahan hama-penyakit usahakan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman lain (bukan golongan Bawang-bawangan. PESTISIDA Kimia digunakan sebagai alternatif terakhir untuk mengatasi serangan hama-penyakit.

2. Pengelolaan Tanaman
– Penyiangan kedua dilakukan pada umur
30-35 HST dilanjutkan pendagiran, pembumbunan dan perbaikan bedengan yang rusak.

– Penyemprotan POC NASA dengan dosis 4-5 tutup/tangki tiap 7-10 hari sekali mulai 7 hari setelah tanam hingga hari ke 50-55. Mulai hari ke 35 penyemprotan ditambah HORMONIK dengan dosis 1-2 tutup/ tangki (dicampurkan dengan NASA).
– Pengairan, penyiraman 1x per hari pada pagi hari, jika ada serangan Thrips dan ada hujan rintik-rintik penyiraman dilakukan siang hari.

E. PEMBENTUKAN UMBI ( 36 – 50HST )
Pada fase pengamatan HPT sama seperti fase Vegetatif, yang perlu diperhatikan adalah pengairannya. Butuh air yang banyak pada musim kemarau sehingga perlu dilakukan penyiraman sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari.

F. PEMATANGAN UMBI ( 51- 65 HST )
Pada fase ini tidak begitu banyak air sehingga penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu pada sore hari.

G. PANEN DAN PACA PANEN
1. Panen
> 60-90 % daun telah rebah, dataran rendah pemanenan pada umur 55-70 hari, dataran tinggi umur 70 – 90 hari.
> Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek
> Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat menjadi satu ikatan (Jawa : dipocong)

2. Pasca Panen
– Penjemuran dengan alas anyaman bambu (Jawa : gedeg). Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 89 85 % baru disimpan di gudang.
– Penyimpanan, ikatan bawang merah digantungkan pada rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik, suhu gudang 26-290C kelembaban 70-80%, sanitasi gudang.
BUDIDAYA MENTIMUN
I. PENDAHULUAN
Produksi mentimun di Indonesia masih sangat rendah padahal potensinya masih bisa ditingkatkan. Untuk itu PT. Natural Nusantara berupaya turut membantu meningkatkan produksi secara Kualitas, Kuantitas dan Kelestarian (K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
Adaptasi mentimun pada berbagai iklim cukup tinggi, namun pertumbuhan optimum pada iklim kering. Cukup mendapat sinar matahari, temperatur (21,1 – 26,7)°C dan tidak banyak hujan. Ketinggian optimum 1.000 – 1.200 mdpl.

2.2. Media Tanam
Tanah gembur, banyak mengandung humus, tata air baik, tanah mudah meresapkan air, pH tanah 6-7.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
a. Siapkan Natural GLIO dan campurkan dengan pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu.
b. Siapkan tanah halus dan pukan dapat diganti SUPERNASA / POC NASA yang telah dicampur Natural GLIO (tanah : pukan = 7:3) dan masukkan polybag.
c. Rendam benih dalam larutan POC NASA dan air hangat (2cc/l) selama 30 menit.
d. Peram selama 12 jam. Setiap benih yang berkecambah dipindahkan ke polibag sedalam 0,5-1 cm.
e. Polybag dinaungi plastik bening dan bibit disiram dua kali sehari.
f. Semprotkan POC NASA (2cc/l air) pada 7 hss.
g. Setelah berumur 12 hari atau berdaun 3-4 helai, bibit dipindahkan ke kebun.
3.2. Pengolahan Media Tanam
a. Bersihkan lahan dari gulma, rumput, pohon yang tidak diperlukan.
b. Berikan kalsit/dolomit (pH tanah 3.3. Penanaman
– Siram bibit dalam polibag dengan air
– Keluarkan bibit bersama medianya dari polibag.
– Tanamkan bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar batang.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
– Tanaman yang rusak atau mati dicabut dan segera disulam dengan tanaman yang baik.
– Bersihkan gulma (bisa bersama waktu pemupukan).
– Pasang ajir pada 5 hst ( hari setelah tanam ) untuk merambatkan tanaman.
– Daun yang terlalu lebat dipangkas, dilakukan 3 minggu setelah tanam pada pagi atau sore hari.
– Pengairan dan Penyiraman rutin dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan cara di siram atau menggenangi lahan selama 15-30 menit. -Selanjutnya pengairan hanya dilakukan jika diperlukan dan diintensifkan kembali pada masa pembungaan dan pembuahan.

3.5. Pemupukan:

Waktu
Pupuk (kg)

TSP
Urea
KCL

Pukan

Pupuk Dasar
150
150
150
20.000

3-5 hst
100

150
100

10 hst
250
300
100

Setelah berbunga
250

250

Setelah Panen I
100
100

POC NASA +
Hormonik

(Mulai umur
2–10 minggu)
Disemprotkan ke daun :
• Alternatif 1: 8 kali ( interval 1 minggu sekali) dgn dosis 3 – 4 tutup POC NASA + 1 tutup Hormonik per tangki
• Alternatif 2: 4 kali (interval 2 minggu sekali ) dgn dosis 6 – 8 tutup POC NASA + 1 tutup Hormonik per tangki

3.6. Hama dan Penyakit
3.6.1. Hama
a. Oteng-oteng atau Kutu Kuya (Aulocophora similis Oliver).
Kumbang daun berukuran 1 cm dengan sayap kuning polos. Gejala : merusak dan memakan daging daun sehingga daun bolong; pada serangan berat, daun tinggal tulangnya. Pengendalian : Natural BVR atau PESTONA.

b. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)
Ulat ini berwarna hitam dan menyerang tanaman terutama yang masih muda. Gejala: Batang tanaman dipotong disekitar leher akar.

c. Lalat buah (Dacus cucurbitae Coq.)
Lalat dewasa berukuran 1-2 mm. Lalat menyerang mentimun muda untuk bertelur, Gejala: memakan daging buah sehingga buah abnormal dan membusuk. Pengendalian : Natural METILAT.

d. Kutu daun (Aphis gossypii Clover)
Kutu berukuran 1-2 mm, berwarna kuning atau kuning kemerahan atau hijau gelap sampai hitam. Gejala: menyerang pucuk tanaman sehingga daun keriput, kerititing dan menggulung. Kutu ini juga penyebar virus. Pengendalian : Natural BVR atau PESTONA

3.6.2. Penyakit
a. Busuk daun (Downy mildew)
Penyebab : Pseudoperonospora cubensis Berk et Curt. Menginfeksi kulit daun pada kelembaban udara tinggi, temperatur 16 – 22°C dan berembun atau berkabut. Gejala : daun berbercak kuning dan berjamur, warna daun akan menjadi coklat dan busuk. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

b. Penyakit tepung (Powdery mildew )
Penyebab : Erysiphe cichoracearum. Berkembang jika tanah kering di musim kemarau dengan kelemaban tinggi. Gejala : permukaan daun dan batang muda ditutupi tepung putih, kemudian berubah menjadi kuning dan mengering. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

c. Antraknose
Penyebab : cendawan Colletotrichum lagenarium Pass. Gejala: bercak-bercak coklat pada daun. Bentuk bercak agak bulat atau bersudut-sudut dan menyebabkan daun mati; gejala bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan buah. Bila udara lembab, di tengah bercak terbentuk massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

d. Bercak daun bersudut
Penyebab : cendawan Pseudomonas lachrymans. Menyebar pada saat musim hujan. Gejala : daun berbercak kecil kuning dan bersudut; pada serangan berat seluruh daun yang berbercak berubah menjadi coklat muda kelabu, mengering dan berlubang. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

e. Virus
Penyebab : Cucumber Mosaic Virus, CMV, Potato virus mosaic, PVM; Tobacco Etch Virus, TEV; otato Bushy Stunt Virus (TBSV); Serangga vektor adalah kutu daun Myzus persicae Sulz dan Aphis gossypii Glov. Gejala : daun menjadi belang hijau tua dan hijau muda, daun berkerut, tepi daun menggulung, tanaman kerdil. Pengendalian: dengan mengendalikan serangga vektor dengan Natural BVR atau PESTONA, mengurangi kerusakan mekanis, mencabut tanaman sakit dan rotasi dengan famili bukan Cucurbitaceae.

f. Kudis (Scab)
Penyebab : cendawan Cladosporium cucumerinum Ell.et Arth. Terjadi pada buah mentimun muda. Gejala : ada bercak basah yang mengeluarkan cairam yang jika mengering akan seperti karet; bila menyerang buah tua, terbentuk kudis yang bergabus. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

g. Busuk buah
Penyebab : cendawan (1) Phytium aphinadermatum (Edson) Fizt.; (2) Phytopthora sp., Fusarium sp.; (3) Rhizophus sp., (4) Erwinia carotovora pv. Carotovora. Infeksi terjadi di kebun atau di tempat penyimpanan. Gejala : (1) Phytium aphinadermatum: buah busuk basah dan jika ditekan, buah pecah; (2) Phytopthora: bercak agak basah yang akan menjadi lunak dan berwarna coklat dan berkerut; (3) Rhizophus: bercak agak besah, kulit buah lunak ditumbuhi jamur, buah mudah pecah; (4) Erwinia carotovora: buah membusuk, hancur dan berbau busuk. Pengendalian: dengan menghindari luka mekanis, penanganan pasca panen yang hati-hati, penyimpanan dalam wadah bersih dengan suhu antara 5 – 7 derajat C. Dan pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

3.7. Panen
3.7.1. Ciri dan Umur Panen
Buah mentimun muda lokal untuk sayuran, asinan atau acar umumnya dipetik 2-3 bulan setelah tanam, mentimun hibrida dipanen 42 hari setelah tanam Mentimun Suri dipanen setelah matang.

3.7.2. Cara Panen
Buah dipanen di pagi hari sebelum jam 9.00 dengan cara memotong tangkai buah dengan pisau tajam.

3.7.3.Periode Panen
Mentimun sayur dipanen 5 – 10 hari sekali tergantung dari varitas dan ukuran/umur buah yang dikehendaki.
23:53:00 | |
This entry was posted on 23:53:00 You can follow any responses to this entry t
BUDIDAYA TEBU
PENDAHULUAN
Saat ini pemerintah sedang menggalakkan penanaman tebu untuk mengatasi rendahnya produksi gula di Indonesia. Usaha pemerintah sangatlah wajar dan tidak berlebihan mengingat dulu Indonesia pernah mengalami masa kejayaan sebagai pengekspor gula sebelum perang. Bisakah masa keemasan ini terulang kembali?
Untuk itu PT. Natural Nusantara berusaha ikut serta mengembalikan masa kejayaan melalui peningkatan produksi tebu baik secara kuantitas, kualitas dan kelestarian (aspek K-3).

SYARAT TUMBUH
Tanah yang cocok adalah bersifat kering-kering basah, yaitu curah hujan kurang dari 2000 mm per tahun. Tanah tidak terlalu masam, pH diatas 6,4. Ketinggian kurang dari 500 m dpl.

JENIS – JENIS TEBU
Jenis tebu yang sering ditanam POY 3016, P.S. 30, P.S. 41, P.S. 38, P.S. 36, P.S. 8, B.Z. 132, B.Z. 62, dll.

PEMBUKAAN KEBUN
Sebaiknya pembukaan dan penanaman dimulai dari petak yang paling jauh dari jalan utama atau lori pabrik
Ukuran got standar ; Got keliling/mujur lebar 60 cm; dalam 70 cm, Got malang/palang lebar 50 cm; dalam 60 cm. Buangan tanah got diletakkan di sebelah kiri got. Apabila got diperdalam lagi setelah tanam, maka tanah buangannya diletakkan di sebelah kanan got supaya masih ada jalan mengontrol tanaman.
Juringan/cemplongan (lubang tanam) baru dapat dibuat setelah got – got malang mencapai kedalaman 60 cm dan tanah galian got sudah diratakan. Ukuran standar juringan adalah lebar 50 cm dan dalam 30 cm untuk tanah basah, 25 cm untuk tanah kering. Pembuatan juringan harus dilakukan dua kali, yaitu stek pertama dan stek kedua serta rapi.
Jalan kontrol dibuat sepanjang got mujur dengan lebar + 1 m. Setiap 5 bak dibuat jalan kontrol sepanjang got malang dengan lebar + 80 cm. Pada juring nomor 28, guludan diratakan untuk jalan kontrol (jalan tikus)

TURUN TANAH/KEBRUK
Yaitu mengembalikan tanah stek kedua ke dalam juringan untuk membuat kasuran/bantalan/dasar tanah. Tebalnya tergantung keadaan, bila tanahnya masih basah + 10 cm. di musim kemarau terik tebal + 15 – 20 cm.

PERSIAPAN TANAM
– Lakukan seleksi bibit di luar kebun
– Bibit stek harus ditanam berhimpitan agar mendapatkan jumlah anakan semaksimal mungkin. Bibit stek + 70.000 per ha.
– Sebelum ditanam, permukaan potongan direndam dahulu dengan POC NASA dosis 2 tutup + Natural GLIO dosis 5 gr per 10 liter air.
– Sebelum tanam, juringan harus diari untuk membasahi kasuran, sehingga kasuran hancur dan halus.

CARA TANAM
1. Bibit Bagal/debbeltop/generasi
Tanah kasuran harus diratakan dahulu, kemudian tanah digaris dengan alat yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm. Bibit dimasukkan ke dalam bekas garisan dengan mata bibit menghadap ke samping. Selanjutnya bibit ditimbun dengan tanah.

2. Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit), jika bermata (tunas) satu: batang bibit terpendam dan tunasnya menghadap ke samping dan sedikit miring, + 45 derajat. Jika bibit rayungan bermata dua; batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan kedalaman + 1 cm.

3. Sebaiknya, bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata.

WAKTU TANAM
Berkaitan dengan masaknya tebu dengan rendemen tinggi tepat dengan timing masa giling di pabrik gula. Waktu yang tepat pada bulan Mei, Juni dan Juli.

PENYIRAMAN
Penyiraman tidak boleh berlebihan supaya tidak merusak struktur tanah. Setelah satu hari tidak ada hujan, harus segera dilakukan penyiraman.

PENYULAMAN
1. Sulam sisipan, dikerjakan 5 – 7 hari setelah tanam, yaitu untuk tanaman rayungan bermata satu.
2. Sulaman ke – 1, dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 – 4 helai. Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan.
3. Penyulaman yang berasal dari ros/pucukan tebu dilakukan ketika tanaman berumur + 1 bulan
4. Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan, bersama sama dengan pemberian air ke – 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 1,5 bulan
5. Penyulaman ekstra bila perlu, yaitu sebelum bumbun ke -2

PEMBUMBUNAN TANAH
> Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu, yaitu berdaun 3 – 4 helai. Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-rumputan, membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah.
> Pembumbunan ke – 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup besar + 20 cm, sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu ditimbun tanah atau + 2 bulan.
> Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan, semua got harus diperdalam ; got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm.

GARPU MUKA GULUD
Penggarpuan harus dikerjakan sampai ke pinggir got, sehingga air dapat mengalir. Biasanya dikerjakan pada bulan Oktober/November ketika tebu mengalami kekeringan.

KLENTEK
Yaitu melepaskan daun kering, harus dilakukan 3 kali, yaitu sebelum gulud akhir, umur 7 bulan dan 4 minggu sebelum tebang.

TEBU ROBOH
Batang tebu yang roboh atau miring perlu diikat, baik silang dua maupun silang empat. Ros – ros tebu, yang terdiri dari satu deretan tanaman, disatukan dengan rumpun – rumpun dari deretan tanaman di sisinya, sehingga berbentuk menyilang.

PEMUPUKAN
1. Sebelum tanam diberi TSP 1 kuintal/ha
2. Siramkan pupuk SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas juringan dosis ± 1 – 2 botol/1000 m² dengan cara :
Alternatif 1 : 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram juringan.
Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPERNASA untuk menyiram 5 – 10 meter juringan.
3. Saat umur 25 hari setelah tanam berikan pupuk ZA sebanyak 0,5-1 kw/ha. Pemupukan ditaburkan di samping kanan rumpun tebu
4. Umur 1,5 bulan setelah tanam berikan pupuk ZA sebanyak 0,5 – 1 kw/ha dan KCl sebanyak 1-2 kw/ha. Pemupukan ditaburkan di sebelah kiri rumpun tebu.
5. Untuk mendapatkan rendemen dan produksi tebu tinggi, semprot POC NASA dosis 4 – 6 tutup dicampur HORMONIK 1 – 2 tutup per-tangki pada umur 1 dan 3 bulan

HAMA DAN PENYAKIT
1. Hama Penggerek Pucuk dan batang
Biasanya menyerang mulai umur 3 – 5 bulan. Kendalikan dengan musuh alami Tricogramma sp dan lalat Jatiroto, semprot PESTONA / Natural BVR

2. Hama Tikus
Kendalikan dengan gropyokan, musuh alami yaitu : ular, anjing atau burung hantu

3. Penyakit Fusarium Pokkahbung
Penyebab jamur Gibbrella moniliformis. Tandanya daun klorosis, pelepah daun tidak sempurna dan pertumbuhan terhambat, ruas-ruas bengkok dan sedikit gepeng serta terjadi pembusukan dari daun ke batang. Penyemprotan dengan 2 sendok makan Natural GLIO + 2 sendok makan gula pasir dalam tangki semprot 14 atau 17 liter pada daun-daun muda setiap minggu, pengembusan tepung kapur tembaga ( 1 : 4 : 5 )

4. Penyakit Dongkelan
Penyebab jamur Marasnius sacchari, yang bias mempengaruhi berat dan rendemen tebu. Gejala, tanaman tua sakit tiba-tiba, daun mengering dari luar ke dalam. Pengendalian dengan cara penjemuran dan pengeringan tanah, harus dijaga, sebarkan Natural GLIO sejak awal.

5. Penyakit Nanas
Disebabkan jamur Ceratocytis paradoxa. Menyerang bibit yang telah dipotong. Pada tapak (potongan) pangkas, terdapat warna merah yang bercampur dengan warna hitam dan menyebarkan bau seperti nanas. Bibit tebu direndam dengan POC NASA dan Natural GLIO.

6. Penyakit Blendok
Disebabkan oleh Bakteri Xanthomonas albilincans Mula-mula muncul pada umur 1,5 – 2 bulan setelah tanam. Daun-daun klorotis akan mengering, biasanya pada pucuk daun dan umumnya daun-daun akan melipat sepanjang garis-garis tadi. Jika daun terserang hebat, seluruh daun bergaris-garis hijau dan putih. Rendam bibit dengan air panas dan POC NASA selama 50 menit kemudian dijemur sinar matahari. Gunakan Natural GLIO sejak awal sebelum tanam untuk melokalisir serangan.

RENDEMEN TEBU
Proses kemasakan tebu merupakan proses yang berjalan dari ruas ke ruas yang tingkat kemasakannya tergantung pada ruas yang yang bersangkutan. Tebu yang sudah mencapai umur masak, keadaan kadar gula di sepanjang batang seragam, kecuali beberapa ruas di bagian pucuk dan pangkal batang.
Usahakan agar tebu ditebang saat rendemen pada posisi optimal yaitu sekitar bulan Agustus atau tergantung jenis tebu. Tebu yang berumur 10 bulan akan mengandung saccharose 10 %, sedang yang berumur 12 bulan bisa mencapai 13 %.

TEBU KEPRASAN
– Yaitu menumbuhkan kembali bekas tebu yang telah ditebang, baik bekas tebu giling atau tebu bibitan (KBD).
– Kebun yang akan dikepras harus dibersihkan dari kotoran bekas tebangan yang lalu. Sebelum mengepras , sebaiknya tanah yang terlalu kering di airi dulu. Kepras petak – petak tebu secara berurutan. Setelah dikepras siramkan SUPER NASA (dosis sama seperti di atas). Lima hari atau seminggu setelah dikepras, tanaman diairi dan dilakukan penggarapan (jugaran) sebagai bumbun ke-1 dan pembersihan rumput – rumput.
– Lakukan penyemprotan POC NASA dan HORMONIK pada umur 1,2 dan 3 bulan dengan dosis seperti di atas.Pemeliharaan selanjutnya sama dengan tanam tebu pertama.
2:51:00 | |
JAGUNG
Jagung merupakan salah satu tanaman yang telah lama dikembangkan dan dibudidayakan di Indonesia. Tanaman jagung berasal dari Amerika dan dibawa ke Indonesia oleh orang-orang Portugis dan Spanyol beberapa abad yang lampau. Kandungan karbohidrat dalam jagung sangat tinggi, bahkan di beberapa daerah jagung dikonsumsi sebagai makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai bahan pangan, jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri antara lain : Bahan baku pakan ternak, tepung jagung, minyak goreng, etanol, bioplastik dan sebagainya.

c Hama Penyakit Tanaman (HPT)
Penyakit Jagung
Penyakit utama pada tanaman Jagung meliputi :
• BULAI (Peronosclerospora maydis)
• KARAT DAUN (Pucinia graminis)
• HAWAR DAUN (Helminthosporium sp)
BULAI (Peronosclerospora maydis)
Penyakit bulai / downey mildew (Peronosclerospora maydis), yang disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis, merupakan penyakit membahayakan bagi tanaman jagung karena dapat mengakibatkan gagal panen. Perkembangan penyakit bulai dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu udara. Kelembaban di atas 80%, suhu 28-30°C dan adanya embun ternyata dapat mendorong perkembangan penyakit. Infeksi oleh Peronosclerospora maydis pada jagung dilakukan oleh konidia melalui stomata.
Konidia yang disebarkan oleh angin, apabila jatuh pada permukaan daun yang berembun, akan segera berkecambah. Gejala tergantung pada saat terjadinya infeksi dan perkembangan cendawan dalam badan tanaman. Apabila cendawan dapat mencapai gulungan daun, gejala menjadi sistemik, bila tidak gejalanya lokal pada bagian yang terinfeksi.
Beberapa penyebab penyakit bulai :
1. Penanaman varietas jagung yang rentan bulai
2. Penanaman jagung berkesinambungan (terus menerus)
3. Efektivitas fungisida rendah akibat dosis dikurangi
4. Tidak adanya tindakan eradikasi
5. Adanya resistensi bulai terhadap fungisida
6. Peningkatan virulensi bulai terhadap tanaman inang jagung.
Gejala serangan :
Gejala daun yang terinfeksi berwarna khlorotik, biasanya memanjang sejajar tulang daun, dengan batas yang jelas, dan bagian daun yang masih sehat berwarna hijau normal. Warna putih seperti tepung pada permukaan bawah maupun atas bagian daun yang berwarna khlorotik, tampak dengan jelas pada pagi hari. Daun yang khlorotik sistemik menjadi sempit dan kaku. Tanaman menjadi terhambat pertumbuhannya dan pembentukan tongkol terganggu sampai tidak bertongkol sama sekali.
Selengkapnya…

Hama Jagung
Hama utama pada tanaman Jagung meliputi :
• ULAT TANAH (Agrotis ipsilon)
• ULAT GRAYAK (Spodoptera liptura)
• LALAT BIBIT (Atherigona sp)
• PENGGEREK BATANG (Ostrinia furnacalis)
• PENGGEREK TONGKOL (Helicoverpa armigera)
• BELALANG DAUN (Locusta migratoria)
ULAT TANAH (Agrotis ipsilon)
Ciri-ciri hama :
Larva biasa berada dalam tanah, berwarna coklat kehitaman, mempunyai tujuh pasang kaki.
Serangan :
Hama ini menyerang tanaman umur 1-3 minggu, dengan cara menyerang dan memotong pangkal batang pada waktu malam hari, siang hari ulat bersembunyi dalam tanah.
ULAT GRAYAK (Spodoptera liptura)
Ciri-ciri hama :
• Ngengat dengan sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap belakang berwarna keputihan, aktif pada malam hari.
• Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang tersusun 2 lapis), warna coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 25 – 500 butir) tertutup bulu seperti beludru.
• Larva mempunyai warna yang bervariasi, yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok.
• Siklus hidup berkisar antara 30 – 60 hari (lama stadium telur 2 – 4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar : 20 – 46 hari, pupa 8 – 11 hari).
Serangan :
• Ulat menyerang tanaman pada malam hari, dan pada siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab).
• Larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak berkelompok. dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja, sedang larva berada di permukaan bawah daun.
• Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar.
• Serangan umumnya terjadi pada musim kemarau.
• Tanaman Inang Hama ini bersifat polifag, selain jagung juga menyerang tomat, kubis, dan tanaman lainnya.

Pestisida
PESTISIDA
Pembasmi hama atau Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest (“hama”) yang diberi akhiran -cide (“pembasmi”). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. Dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai “racun” tergantung dari sasarannya.

Gangguan pada tanaman bisa disebabkan oleh faktor abiotik maupun biotik. Faktor abiotik diantaranya keadaan tanah (struktur tanah, kesuburan tanah, kekurangan unsur hara) ; tata air (kekurangan, kelebihan, pencemaran air) ; keadaan udara (pencemaran udara) dan faktor iklim. Gangguan dari faktor abiotik bisa diatasi dengan tindakan pengoreksian atau tidak bisa dikoreksi dengan penggunaan pestisida. Sedangkan faktor abiotik yang menyebabkan gangguan pada tanaman atau biasa disebut dengan organisme pengganggu tanaman (OPT). OPT dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu : Hama (serangga, tungau, hewan menyusui, burung dan moluska) ; Penyakit (jamur, bakteri, virus dan nematoda) dan Gulma (tumbuhan pengganggu). Gangguan yang disebabkan oleh OPT inilah yang bisa dikendalikan dengan pestisida.
Berdasarkan OPT sasarannya, pestisida dikelompokkan menjadi :
– INSEKTISIDA, digunakan untuk mengendalikan serangga (insec).
– FUNGISIDA, digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh cendawan (jamur atau fungi).
– HERBISIDA, digunakan untuk mengendalikan gulma (tumbuhan pengganggu).
– AKARISIDA, digunakan untuk mengendalikan akarina (tungau atau mites).
– MOLUSKISIDA, digunakan untuk mengendalikan hama dari bangsa siput (moluska).
– RODENTISIDA, digunakan untuk mengendalikan hewan pengerat (tikus).
– NAMATISIDA, digunakan untuk mengendalikan nematoda.
– BAKTERISIDA, digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri.
– ALGASIDA, digunakan untuk mengendalikan ganggang (algae).
– PILKISIDA, digunakan untuk mengendalikan ikan buas.
– AVISIDA, digunakan untuk meracuni burung perusak hasil pertanian.
– REPELEN, pestisida yang tidak bersifat membunuh, hanya mengusir hama.
– ATRAKTAN, digunakan untuk menarik atau mengumpulkan serangga.
– ZPT, digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman yang efeknya bisa memacu pertumbuhan atau menekan pertumbuhan.
– PLANT ACTIVATOR, digunakan untuk meransang timbulnya kekebalan tumbuhan sehingga tahan terhadap penyakit tertentu.
Cara kerja pestisida dapat dibedakan menjadi :
1. Pestisida Kontak, berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh sasaran terkena pestisida.
2. Pestisida Sistemik, berarti dapat ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman melalui jaringan. Hama akan mati kalau mengisap cairan tanaman.
3. Pestisida Lambung, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida.
4. Pestisida Fumigan, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas.
Penggunaan Pestisida secara bijaksana adalah penggunaan pestisida yang memperhatikan prinsip 5 (lima) tepat, yaitu :
1. Tepat Sasaran, tentukan jenis tanaman dan hama sasaran yang akan dikendalikan, sebaiknya tentukan pula unsur-unsur abiotis dan biotis lainnya.
2. Tepat Jenis, setelah diketahui hasil analisis agro ekosistem, maka dapat ditentukan pula jenis pestisida apa yang harus digunakan, misalnya : untuk hama serangga gunakan insektisida, untuk tikus gunakan rodentisida. Pilihlah pestisida yang paling tepat diantara sekian banyak pilihan, misalnya : untuk pengendalian hama ulat grayak pada tanaman kedelai. Berdasarkan Izin dari Menteri Pertanian tersedia ± 150 nama dagang insektisida. Jangan menggunakan pestisida tidak berlabel, kecuali pestisida botani racikan sendiri yang dibuat berdasarkan anjuran yang ditetapkan sesuai pilihan tersebut dengan alat aplikasi yang dimilki atau akan dimilki.
3. Tepat Waktu, waktu pengendalian yang paling tepat harus di tentukan berdasarkan :
a. Stadium rentan dari hama yang menyerang tanaman, misalnya stadium larva instar I, II, dan III.
b. Kepadatan populasi yang paling tepat untuk dikendalikan, lakukan aplikasi pestisida berdasarkan Ambang Kendali atau Ambang Ekonomi.
c. Kondisi lingkungan, misalnya jangan melakukan aplikasi pestisida pada saat hujan, kecepatan angin tinggi, cuaca panas terik.
d. Lakukan pengulangan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.
4. Tepat Dosis / Konsentrasi, gunakan konsentrasi/dosis yang sesuai dengan yang dianjurkan oleh Menteri Pertanian. Untuk itu bacalah label kemasan pestisida. Jangan melakukan aplikasi pestisida dengan konsentrasi dan dosis yang melebihi atau kurang dari yang dianjurkan, karena dapat menimbulkan dampak negatif.
5. Tepat Cara, lakukan aplikasi pestisida dengan cara yang sesuai dengan formulasi pestisida dan anjuran yang ditetapkan.

[ Kembali ]
Pupuk
Gardena

Nomor Pendaftaran :
Gardena-B : P 835 / DEPTAN / VI / 2009
Gardena-D : P 271 / DEPTAN-PPI / IV / 2007
Gardena Cair : L 1539/DEPTAN-PPVTPP/IV/2011
GARDENA merupakan pupuk daun komplit yang mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan, perkembangan organ dan meningkatkan produksi serta kualitas hasil panen.
Selengkapnya…

Mamigro

No Pendaftaran :
MAMIGRO NPK SPESIAL : P 1536/DEPTAN-PPVTPP/IV/2011
MAMIGRO SUPER P : P 1537/DEPTAN-PPVTPP/IV/2011
MAMIGRO SUPER N : P 1538/DEPTAN-PPVTPP/IV/2011
MAMIGRO CAIR : P 1539/DEPTAN-PPVTPP/IV/2011
MAMIGRO adalah pupuk daun komplit yang pembuatannya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman yang terdiri dari unsur hara makro seperti : N, P, K, Ca, Mg dan S, unsur hara mikro seperti Cu, Co, B, Mo, Mn, Zn, dan unsur-unsur hara lainnya yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Selengkapnya…

Grand-K

Nomor Pendaftaran :
Grand-K Kristal : Kr 1549/DEPTAN-PPVTPP/V/2011
Grand-K Prill : Pr 1550/DEPTAN-PPVTPP/V/2011
Grand-K adalah pupuk majemuk dengan kandungan Nitrat Nitrogen (NO3) dan Kalium (K20) yang mudah dan cepat diserap tanaman, berguna untuk merangsang pembungaan, pembuahan tanaman, serta meningkatkan kualitas hasil panen.
Selengkapnya…

Vitaflora

Nomor Pendaftaran : P 863 / DEPTAN-PPI / VII / 2009
Vitaflora adalah pupuk yang mengandung unsur hara makro, mikro, vitamin dan mineral juga dilengkapi suatu zat yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman, meningkatkan kemampuan fotosintesa tanaman serta dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Penyemprotan saat tanaman berbunga dapat mencegah kerontokan calon buah dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap stress (cekaman) lingkungan dan ketahanan terhadap serangan penyakit.
Selengkapnya…

Multi-KP

Nomor Pendaftaran : P 1570/DEPTAN-PPVTPP/V/2011
Kadar Hara Pupuk
P2O5 = 50,51 % ; K2O = 31,99 % dan Kadar Air = 0,31 %. Merupakan pupuk monokalium phosfat berbentuk kristal putih dan mudah larut dalam air. Cocok digunakan sebagai pupuk susulan yang disemprotkan ke daun tanaman (foliar spray).
Selengkapnya..

Benih Sayuran
SAYURAN
New Release

Produk HOME GARDEN ini merupakan wujud peran aktif PT. BISI International, Tbk sebagai salah satu perusahaan agribisnis terbesar di Indonesia untuk benih tanaman pangan dan sayuran dalam meningkatkan potensi lahan di sekitar kita akibat dari konversi lahan pertanian.
Sebuah catatan masalah populasi penduduk di Indonesia tahun 2010 menyebutkan bahwa : Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 mencapai 237.556.363 jiwa dengan pertumbuhan penduduk mencapai 1,49 % per tahun. Sedangkan luas lahan tanaman pangan meliputi lahan basah 7,8 juta hektar dan Lahan kering 6,43 juta hektar mengakibatkan pengurangan (konversi) lahan pertanian 2,4 % per tahun.Sebuah wacana di atas tentunya dapat menyadarkan kita untuk lebih menggali lahan/pekarangan yang ada menjadi lebih berpotensi dengan tujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga.

________________________________________
Cabai (Capsicum annum) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi di Indonesia. Banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 species yang sebagian besar hidup di negara asalnya, Peru. Masyarakat kita pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni cabai besar, cabai keriting, cabai rawit dan paprika.Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin, seperti vitamin A, B1 dan C.Selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabai juga dapat digunakan untuk keperluan industri, diantaranya industri bumbu masakan, makanan, obat-obatan atau jamu. Selain dijadikan sayuran atau bumbu masak, cabai juga mempunyai kapasitas untuk menaikkan pendapatan petani dan memiliki peluang ekspor.

Tomat (Lycopersicum esculentum), adalah tanaman yang paling mudah dijumpai. Warnanya yang cerah sungguh menarik. Selain kaya vitamin C dan A, tomat juga dapat mengobati bermacam penyakit. Buah tomat bisa dimakan langsung, dibuat jus, saus tomat, dimasak, dibuat sambal goreng, atau dibuat acar tomat. Buah tomat Tomat buah berukuran besar, berdaging tebal, berbiji sedikit, dan berwarna merah. Tomat berukuran lebih kecil dikenal sebagai tomat sayur atau disebut tomat ceri karena digunakan di dalam masakan, untuk campuran membuat sambal atau dalam hidangan salad. Tanaman tomat cocok ditanam di semua tempat yang mendapatkan penyinaran matahari yang cukup, baik di dataran rendah maupun tinggi, di lahan maupun di dalam pot. Perawatannya mudah dan pertumbuhannya cepat.

Terong (Solanum melongena L.) tumbuh subur di semua tempat dan mudah sekali ditemukan. Selain enak dijadikan masakan, banyak khasiat yang bisa diperoleh dari tanaman terong ini. Salah satunya adalah untuk menurunkan kolesterol dalam darah. Budidaya tanaman terong dapat dijadikan usaha pertanian yang produktif dan menguntungkan. Budidayanya juga lebih mudah karena dapat tumbuh di berbagai tempat, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi dan lebih mudah beradaptasi terhadap pengaruh cuaca.
Timun (Cucumis sativus) merupakan salah satu sayuran buah yang sangat populer dan digemari oleh masyarakat. Tanaman mentimun memiliki daya adaptasi yang luas dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Buahnya biasa dipanen ketika belum masak benar untuk dijadikan sayuran atau penyegar, tergantung jenisnya. Mentimun dapat ditemukan di berbagai hidangan dari seluruh dunia dan memiliki kandungan air yang cukup banyak di dalamnya sehingga berfungsi menyejukkan.
Semangka (Citrullus vulgaris Schard) biasa dipanen buahnya untuk dimakan segar atau dibuat jus. Biji semangka yang dikeringkan dan disangrai juga dapat dimakan isinya (kotiledon) sebagai kuaci. Tanaman ini cocok ditanam saat musim kemarau, karena pertumbuhannya memerlukan intensitas sinar matahari yang cukup. Di Indonesia, tanaman semangka banyak dibudidayakan karena selain memiliki rasa manis dan kandungan air yang banyak, semangka mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Buah semangka memiliki kulit yang keras, berwarna hijau pekat atau hijau muda dengan larik-larik hijau tua. Daging buahnya yang berair berwarna merah atau kuning dan ada yang berbiji maupun tidak berbiji tergantung kultivarnya. Tanaman ini cukup tahan terhadap kekeringan terutama apabila telah memasuki masa pembentukan buah.
Paria (Momordica charantia) berasal dari India Barat dan Burma. Di Indonesia, pengembangan dan pembudidayaannya disebarluaskan oleh orang-orang Belanda. Tanaman yang biasa disebut pare ini termasuk salah satu jenis sayuran yang berpotensi komersial bila dibudidayakan secara intensif karena nilai ekonomisnya cukup tinggi. Selain merupakan komoditas usaha tani yang menguntungkan, pare juga mengandung gizi tinggi dan lengkap serta berkhasiat sebagai obat untuk beberapa jenis penyakit. Paria biasa tersaji sebagai sayur penambah nafsu makan di Jawa Barat. Tak hanya di Indonesia, paria dikenal sebagai panasea di berbagai belahan bumi.
Kacang panjang (Vigna sinensis) merupakan jenis sayuran yang merambat yang sangat populer dan sudah sejak lama dikembangkan di Indonesia. Tanaman ini sangat cocok ditanam di dataran rendah dengan sinar matahari yang cukup. Perawatan khusus yang perlu dilakukan adalah merambatkan tanaman pada bambu/lanjaran. Batang tanaman ini tegak, silindris, lunak, berwarna hijau dengan permukaan licin. Kacang panjang merupakan jenis sayuran yang dapat dikonsumsi dalam bentuk segar maupun diolah menjadi sayur, memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap (protein, lemak karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin B dan C). Dengan membudidayakan dan perawatan yang intensif, tanaman ini dapat mendatangkan keuntungan ekonomis yang cukup tinggi karena harganya di pasar yang cukup stabil.

[ Kembali ]

Labu Air
F1 ORBIT

Cocok ditanam di dataran rendah sampai tinggi. Pertumbuhan tanaman merambat dengan vigor kuat. Bentuk buah silindris dengan panjang 40 – 45 cm, diameter 6 – 9 cm. Warna kulit hijau keputihan. Berat buah ± 800 gram dengan potensi hasil ± 63.5 Ton/Ha. Umur panen ± 44 hari setelah pindah tanam. Kebutuhan benih ± 1 Kg/Ha, dengan jarak tanam 250 cm x 80 cm.
Selengkapnya…

Selada
LOTUS

Pertumbuhan tanaman cepat, kuat dan mudah perawatannya. Cocok ditanam di dataran rendah sampai tinggi. Tanaman seragam dan cukup besar. Daun tebal berwarna hijau cerah dan tahan penyakit busuk daun. Cocok untuk asinan dan berbagai jenis masakan. Kebutuhan benih ± 450 g/Ha.

LETTUCE

Dapat ditanam di dataran rendah sampai tinggi. Merupakan jenis tanaman sayuran dengan bentuk daun bergelombang berwarna hijau kekuningan. Tekstur daun renyah dan tahan penyakit busuk lunak. Selada sering dikonsumsi mentah sebagai lalapan maupun sebagai bahan pelengkap masakan lain. Umur panen ± 40 hari setelah pindah tanam. Kebutuhan benih 160 – 200 g/Ha.

Makalah Budidaya Kelapa

Posted: Februari 11, 2012 in Uncategorized

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dilimpahkan kehadirat Allah SWT, atas segala karunia yang telah dilimpahkan. Makalah ini merupakan bentuk pertanggungjawaban atas tugas yang telah kami dilaksanakan. Data yang ditampilkan dalam makalah ini berupa data dari hasil pengamatan di lapangan.
Makalah ini kami susun dengan sesungguhnya berdasarkan hasil data sesungguhnya, dan tetap mengacu pada hasil pengamatan yang telah ditetapkan oleh Dosen. Koreksi dan saran saya harapkan sebagai masukan dan perbaikan untuk penyusunan makalah yang akan datang. Sebagai seorang mahasiswa yang mempunyai pemahaman tentang mata kuliah Budidaya Tanaman Perkebunan masih sangat kurang, Sehingga kami juga menyadari karena kekurangan waktu dan kesempatan sehingga keingintahuan sangat terbatas. Dan sebagai saran saya dalam mata kuliah ini, antara teori dan praktek dapat disinkronkan.

Benteng, 30 Januari 2012
PENULIS,

ADE PUTRA

Daftar Isi

Kata Pengantar ………………………………………………………………………… i
Daftar Isi …………………………………………………………….. ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ………………………………………………………………… 1
B. Tujuan ………………………………………………………………………….. 1
Bab II Pembahasan
A. Syarat Pertumbuhan …………………………………………………………. 2
B. Pengolahan Lahan ……………………………………………………………. 2
C. Pembibitan …………………………………………………………………….. 3
D. Penanaman …………………………………………………………………….. 4
E. Pemeliharaan Tanaman …………………………………………………….. 5
F. Pengendalian Hama dan Penyakit ……………………………………….. 6
G. Pemanenan ……………………………………………………………………. 7
H. Pasca Panen …………………………………………………………………… 8
Bab III Penutup
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………. 9
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………… 10

Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kelapa adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau Arecaceae dan merupakan anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir. Pohon dengan batang tunggal atau kadang-kadang bercabang. Akar serabut, tebal dan berkayu, berkerumun membentuk bonggol, adaptif pada lahan berpasir pantai. Batang beruas-ruas namun bila sudah tua tidak terlalu tampak, khas tipe monokotil dengan pembuluh menyebar (tidak konsentrik), berkayu. Batang pohon kelapa banyak digunakan untuk bagian atap dari sebuah bangunan rumah. Batang pohon kelapa tidak boleh terkena air atau lembab karena akan menyebabkan kerusakan. Untuk mengatasi keterbatasan dari batang pohon kelapa kebanyakan masyarakat memilih batang kelapa yang sudah tua, kering dan sebagian masyarakat mengolesinya dengan oli ( oli bekas kendaraan atau oli tab ). Daun tersusun secara majemuk, menyirip sejajar tunggal, pelepah pada ibu tangkai daun pendek, duduk pada batang, warna daun hijau kekuningan.
Kelapa secara alami tumbuh di pantai dan pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Ia berasal dari pesisir Samudera Hindia, namun kini telah tersebar di seluruh daerah tropika. Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 1000 m dari permukaan laut, namun akan mengalami pelambatan pertumbuhan.

B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar para pembaca bisa lebih mengetahui cara-cara dalam membudidayakan tanaman Kelapa dengan benar. Pembaca juga akan mengetahui jenis-jenis hama dan penyakit pada tanaman Kelapa serta cara pengolahannya setelah panen.

Bab II
Pembahasan

A. Syarat Pertumbuhan
Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam syarat pertumbuhan pada Kelapa Dalam antara lain :
o Tanah yang ideal untuk penanaman kelapa adalah tanah berpasir , berabu gunung, dan tanah berliat. dengan pH tanah 5,2 hingga 8 dan mempunyai struktur remah sehingga perakaran dapat berkembang dengan baik.
o Sinar matahari banyak minimal 120 jam perbulan , jika kurang dari itu produksi buah akan rendah.
o Suhu yang paling cocok adalah 27ºC dengan variasi rata-rata 5-7 º C, suhu kurang dari 20º C tanaman kurang produktif.
o Curah hujan yang baik 1300-2300 mm/th. Kekeringan panjang menyebabkan produksi berkurang 50% , sedangkan kelembapan tinggi menyebabkan serangan penyakit jamur.
o Angin yang terlalu kencang terkadang merugikan tanaman yang terlalu tinggi terutama varietas dalam.

B. Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah yang diperlukan adalah pembuatan lobang tanam dengan ukuran 0,9m x 0,9m x 0,9m dengan penambahan pupuk kandang dan humus. Jarak tanam yang baik untuk jenis dalam yaitu 9 x 10 m dan jenis genjah 6 x 6 m.

C. Pembibitan
Pilih buah yang bagus dan tua, rendam dengan larutan air + HORMONIK dengan dosis 1 tutup per l0 liter air selama 2 minggu, kemudian semaikan bibit di bedengan dan kedalaman sama dengan buah kelapa , timbun buah kelapa dengan letak horizontal dengan tebal timbunan 2/3 buah. Jarak antar bibit 25cm x 25 cm dan bibit akan berkecambah setelah 12-16 minggu, jika lebih dari 5 bulan tidak berkecambah dianggap mati/ bibit jelek. Rawat bibit di bedengan hingga umur 30 minggu atau berdaun 3 lembar. Lakukan penyiraman bila tanah kurang air.
Bibit dipelihara dengan pemberian pupuk POC NASA hingga umur bibit kurang lebih 9 bulan dengan dosis 1-2 cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali. Jangan mengabaikan tindakan preventif perlindungan tanaman dari gangguan ternak atau dengan memasang pagar kayu.
Lakukan pemupukan sesuai dengan rekomendasi atau dengan mengacu pada tabel pemupukan berikut :
Umur Bibit (bulan) Kebutuhan Pupuk (gr/tanaman)
N (Urea/ZA) P (TSP) K (KCl/MOP) Mg (Kies)
1 5/10 50 75 100
2 5/10 75 125 150
3 5/10 100 150 200
4 10/15 200 400 400
5 10/15 300 600 500
6 10/15 400 800 750
7 15/20 500 1000 1000
8 15/20 600 1250 2000
9 15/20 700 1500 2500
Pospat diberikan 2 minggu sebelum pupuk lain dan dicampur rata dengan tanah
Catatan :
Akan lebih baik pembibitan diselingi / ditambah SUPERNASA 1-2 kali selang waktu 3-4 bulan sekali dengan dosis 1 botol untuk ± 400 bibit. 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap bibit.
D. Penanaman
• Teknik Penanaman
Sistem tanam Kelapa
1. Segi empat
2. Segi tiga sama sisi
3. Bujur sangkar
4. sistem pagar
– Jarak tanam diukur menurut bidang horizontal bukan menurut topografi tanah.
– Arah barisan dibuat Utara – Selatan shng pemanfaatan cahaya matahari optimal

• Penentuan Pola Tanam
Sistem tanam yang baik yaitu sistem tanam segi tiga karena pemanfatan lahan dan pengambilan sinar matahari akan maksimal. Jarak tanam 9 x 9 x 9 meter, dengan pola ini jumlah tanaman akan lebih banyak 15% dari sistem bujur sangkar.

• Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam dilakukan paling lambat 1-2 bulan sebelum penanaman untuk menghilangkan keasaman tanah, dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm sampai dengan 100 x 100 x 100 cm. Pembuatan lubang pada lahan miring (>20o) dilakukan dengan pembuatan teras individu selebar 1.25 m ke arah lereng diatasnya dan 1 m ke arah lereng di bawahnya. Teras dibuat miring 10 derajat ke arah dalam.

• Cara Penanaman
Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, setelah hujan turun secara teratur dan cukup untuk membasahi tanah; waktu penanaman adalah pada bulan setelah curah hujan pada bulan sebelumnya mencapai 200 mm. Adapun cara penanaman adalah sebagai berikut:
Top soil ( tanah permukaan antara 0 – 25 Cm ) dicampur dengan pupuk phospat 300 gram per lubang dan dimasukkan ke lubang tanam.
Polybag dipotong melingkar pada bagian bawah, dimasukkan ke lubang tanam, dan dibuat irisan sampai ke ujung, bejkas polybag selanjutnya digantungkan pada ajir untuk meyakinkan bahwa polybag sudah dikeluarkan dari lubang tanam. Arah penanaman harus sama.
Bibit ditimbuan tanah yang berada di sebelah selatan dan utara lubang, dipadatkan dengan ketebalajn 3-5 cm diatas sabut bibit kelapa.
Kebutuhan bibit 1 ha, apabila jarak tanam 9 x 9x 9 m , segitiga sama sisi, adalah 143 batang dan bibit cadangan yang harus disediakan untuk sulaman 17 batangj, sehingga jumlah bibit yang harus disediakan 160 batang.
• Pemberian mulsa.
Setelah di tanam, tanah sekitar tanjaman ditutup dengan mulsa (daun-daunan hijau dari semak-semak, lalang atau rumput-rumputan lainnya dan juga jerami).

E. Pemeliharaan Tanaman
• Penjarangan dan Penyulaman
Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang tumbuh kerdil terserang hama dan penyakit berat dan mati, dilakukan pada musim hujan setelah tanaman sebelumnya didongkel dan dibakar pada musim kemarau. Kebutuhan tanaman tergantung pada iklim dan intensitas pemeliharaan biasanya untuk 143 batang/Ha 17 batang.

• Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada piringan selebar 1 meter pada tahun, tahun kedua 1,5 meter, dan ketiga 2 meter. Caranya menggunakan koret atau parang yang diayunkan ke arah dalam, memotong gulma sampai batas permukaan tanah dengan interval penyiangan 4 minggu sekali (musim hujan) atau 6 minggu-2 bulan sekali (musim kemarau)
• Pembubunan
Dilakukan setelah tanaman menghasilkan dengan cara menimbunkan tanah dibagian atas permukaan sekitar pohon hingga menutup sebagian batang pohon yang dekat dengan akar.

• Perempalan
Dilakukan terhadap daun dan penutup bunga yang telah kering (berwarna coklat), dengan cara memanjat pohon kelapa ataupun dibiarkan sampai jatuh sendiri.

• Pemupukan
Pemupukan dilakukan apabila tanah tidak dapat memenuhi unsur hara yang dibutuhkan.
– Pada umur 1 bulan diberi 100 gram urea/pohon menyebar pada jarak 15 cm dari pangkal batang.
– Selanjutnya 2 kali setahun yaitu pada bulan April/mei (akhir musim hujan) dan bulan Oktober/Nopember (awal musim hujan).

• Cara pemberian pupuk:
menyebar dalam lingkaran mengeliling tanaman. Pupuk N, K, Mg diberikan bersamaan sedangkan P 2 minggu sebelumnya. Sebelum pupuk nitrogen diberikan, tanah digemburkan untuk menghindari pencampuran dengan pupuk phospat karena dapat merugikan. Pada tanaman belum menghasilkan disebarkaan 30 cm dari pangkal batang sampai pinggir tajuk. Tutup dengan tanah daerah penyebaran pupuk

Dosis pupuk tanaman kelapa sesuai umur tanaman (gram/pohon):
Saat tanam: Rata rata per pohon = 100 gram/pohon.
Satu bulan setelah tanaman: Urea = 100 gram/pohon, TSP = 100 gram/pohon, KCl = 100 gram/pohon, Kieserite = 50 gram/pohon.
Tahun pertama
Aplikasi I: Urea = 200 gram/pohon, KCl = 300 gram/pohon, Kieserite 100 gram/pohon.
Aplikasi II: Urea = 200 gram/pohon, TSP = 250 gram/pohon, KCl = 300 gram/pohon, Kieserite = 100 gram/pohon, Borax = 10 gram/pohon
Tahun Kedua
Aplikasi I: Urea = 350 gram/pohon, KCl = 450 gram/pohon, Kieserite = 150 gram/pohon.
Aplikasi II: Urea = 350 gram/pohon, TSP = 600 gram/pohon, KCl = 450 gram/pohon, Kieserite = 150 gram/pohon dan Borax 25 gram/pohon.
Tahun ketiga
Aplikasi I: Urea = 500 gram/pohon, KCl = 600 gram/pohon, Kieserite = 200 gram/pohon.
Aplikasi II: Urea = 500 gram/pohon, TSP = 800 gram/pohon, KCl = 600 gram/pohon dan Kieserite = 200 gram/pohon.
Tahun Keempat
Aplikasi I: Urea = 500 gram/pohon, KCl = 600 gram/pohon, Kieserite = 200 gram/pohon.
Aplikasi II: Urea = 500 gram/pohon, TSP = 800 gram/pohon, KCl = 600 gram/pohon dan Kieserite = 200 gram/pohon.
• Pengairan dan Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada musim kemarau untuk mencegah kekeringan dilakukan dua atau tiga hari sekali pada waktu sore. Caranya dengan mengalirkan air melalui parit-parit di sekitarbedengan atau dengan penyiraman langsung.

• Waktu Penyemprotan Pestisida
Dilakukan setiap 20 hari dengan mengggunakan Sevin 85 WP, Basudin 10 gram, Bayrusil 25 EC dengan kosenttrasi 0.4% setip 10 hari atau 0.6% setiap 20 hari. Caranya menggunakan sprayer.

• Lain-lain
Perbaikan saluran drainase/ cuci parit /kuras got dilakukan awal musim hujan dengan cara: memabat gulma dalam parit, menggaruk gulma pada dinding saluran dengan cangkul, dikumpulkan ditengah, pisahkan gulma dengan tanah dengan cara menghempas-hempaskan gulma dengan cangkul dan keluarkan semua kotoran dari parit, angkat tanah yang longsor kedalam parit, bentuk parit sesuai dengan ukuran, usahakan air dapat mengalir dengan baik, Pengerjaan dimulai dari muara ke hulu.
Ada beberapa cara melakukan sanitasi dalam budidaya tanaman kelapa, antara lain:
Cara sanitasi Gawang
membakar sisa-sisa kayu pada gawangan dengan hati-hati.
mengumpulkan sampah dan sisa-sisa kayu pada gawangan dengan tinggi tidak lebih 40 cm, luas tumpukan 1 x 1 meter.
Cara sanitasi pohon
membebaskan mahkota pohon dari segala kotoran dan bahan-bahan kering pada gawangan Membakar dengan hati-hati.
F. Pengendalian Hama Penyakit

1. Golongan Coleoptera
banyak menyerang adalah Oryctes rhinoceros . Cara mengendalikan dengan membuat trap/ jebakan berupa kotak-kotak yang diisi sampah dan secara preventif dikendalikan dengan pemberian Natural BVR atau jika sudah menjadi uret dengan PESTONA, atau dengan menggunakan musuh alaminya yaitu tikus, tupai, ayam , bebek , dan burung hantu.

2. Golongan Lepidoptera
Species yang sering menyerang adalah Tiratabha rufivena yang larvarnya memakan bunga kelapa, dan Acritocera negligens yang mengebor tangkai bunga yang belum membuka dan memakan isinya. Pengendaliannya dengan menggunakan PENTANA + AERO 810 ataupun Natural BVR sifatnya yang cepat berpindah maka pengendaliannya harus secara merata untuk pencegahan
3. Golongan Hemiptera
Jenis yang menghisap cairan daun sehingga daun mati adalah jenis homoptera (Gareng pong= Jawa). Jenis lain yang menghisap cairan buah adalah Heteroptera, sehingga buah menjadi rontok sebelum matang. Pencegahan dengan PENTANA+AERO 810 dan PESTONA secara bergantian.

4. Penyakit yang juga mungkin menyerang adalah:
Busuk tunas atau pucuk yang disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora dan penyakit Lingkar merah pada daun yang disebabkan cacing / belut tanah Rhadinaphelencus cocophilus. Kedua macam penyakit ini hanya dengan eradikasi atau pemusnahan tanaman yang terkena serangan

Catatan :
Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

G. Pemanenan

Untuk kelapa jenis dalam, umur berbuah setelah 8-10 tahun, dan umur bisa mencapai 60 – 100 tahun dengan produksi yang diharapkan adalah kopra. Untuk kelapa jenis genjah berbuah setelah umur 3 – 4 tahun dan berbuah maksimal pada saat umur 9 – 10 tahun, dan bisa mencapai umur 30 – 40 tahun kurang bagus untuk kopra karena daging buahnya yang lunak.

Panen buah kelapa dilakukan menurut kebutuhannya. Jika kelapa yang diinginkan dalam keadaan kelapa masih muda kira-kira umur buah 7 -8 bulan dari bunganya. Jika ingin mengambil buah tua untuk santan atau kopra dipanen di saat umur sudah mencapai 12-14 bulan dari berbunga atau jika sudah tidak lagi terdengar suara air di dalam buahnya.

H. Pasca Penen

Pengolahan buah kelapa yang tua pada akhir-akhir ini mulai mengarah pada pemanfaatan minyak kelapa murni atau virgin coconut oil yang mampu meningkatkan nilai jual dari produk kelapa, ataupun masih dalam bentuk nira ( legen =Jawa) untuk keperluan industri gula kelapa, nata de coco, asam cuka, produk minuman dan substrat,serta alkohol yang juga mampu meningkatkan nilai jual dari produk kelapa.

Gula kelapa :
kandungan sukrosa yang dominan di antara kandungan bahan kimia non air lainnya menjadikan nira sebagai sumber gula yang sangat potensil.

Nata de coco :
Adalah bahan olahan nira kelapa berbentuk gel, tekstur kenyal seperti kolang kaling, yang proses fermentasinya dibantu oleh mikrorganisme Acetobacter xylium.

Asam cuka :
dikenal sebagai penegas rasa, warna dan juga sebagai bahan pengawet karena membatasi pertumbuhan bakteri.

Produk minuman:
Dapat dibuat minuman segar non alcohol maupun alkohol dalam kadar rendah(tuak) ataupun dalam kadar tinggi (arak).

Substrat :
Yaitu bahan nutrient yang dipergunakan untuk menumbuhkan mikroba. Substrat ini sangat diperlukan bagi pekerjaan di lab bioteknologi.

Bab III
Penutup

A. Kesimpulan

Untuk Pembibitan yaitu Pilih buah yang bagus dan tua, rendam dengan larutan air + HORMONIK dengan dosis 1 tutup per l0 liter air selama 2 minggu, kemudian semaikan bibit di bedengan dan kedalaman sama dengan buah kelapa , timbun buah kelapa dengan letak horizontal dengan tebal timbunan 2/3 buah. Jarak antar bibit 25cm x 25 cm dan bibit akan berkecambah setelah 12-16 minggu, jika lebih dari 5 bulan tidak berkecambah dianggap mati/ bibit jelek. Rawat bibit di bedengan hingga umur 30 minggu atau berdaun 3 lembar. Lakukan penyiraman bila tanah kurang air.
Bibit dipelihara dengan pemberian pupuk POC NASA hingga umur bibit kurang lebih 9 bulan dengan dosis 1-2 cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali. Jangan mengabaikan tindakan preventif perlindungan tanaman dari gangguan ternak atau dengan memasang pagar kayu.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.budidayakelapa.com/
sriyunitade@yahoo.co.id

Laporan APPAS

Posted: Februari 11, 2012 in PENDIDIKAN

BAGIAN I STUDI KASUS
1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Perusahaan ini mula-mula didirikan pada tahun 1947 di Makassar oleh Kam Shoen Hoo yang menjadi pemilik dan sekaligus bertindak sebagai pimpinan perusahaan tersebut pada tahun 1949, perusahaan ini dibeli oleh oleh Tuan Charlie S. Karundeng dengan akte pendirian nomor 19 tanggal 19 Februari 1949 yang dibuat oleh Brund Ernist Dietz yang pada waktu itu adalah seorang Notaris di Makassar, dan Akte perubahan terakhir dibuat didepan Notaris Sitske Limowa.
Pada awal berdirinya perusahaan ini bernama Fa.Charles Tan & Co yang bergerak di bidang usaha formasi, ekspor-impor , agen perkapalan, usaha bangunan serta industri minuman kecil lemonade dan sirup. Usaha di bidang perdagangan umum dan jasa ini hanya berlangsung beberapa tahun saja. Pada tahun 1953, Firma Charles Tan & Co berubah bentuk menjadi CV. Bintang Dunia.
Perubahan perusahaan dari bentuk Firma menjadi CV disebabkan modal pada perusahaan CV. Bintang Dunia berasal dari modal bersama oleh Bapak Charles S.Karundeng dengan bapak King. Dimana pengertian CV (Commanditare Vennootschaap) itu sendiri adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur, yakni merupakan suatu perusahaan yang menghasilkan produk sendiri dan terbentuk dalam sebuah perjanjian kerjasama untuk berusaha bersama antara orang-orang yang bersedia memimpin, mengatur perusahaan serta bertanggung jawab penuh dengan kekayaan pribadinya, dengan orang-orang yang memberikan pinjaman tetapi tidak bersedia memimpin perusahaan. Modal dari perusahaan ini bersumber dari investasi beberapa orang selaku pendiri perusahaan sebagaimana yang diungkapkan oleh Sukarno (2002) bahwa CV merupakan suatu persekutuan yang didirikan oleh beberapa orang yang masing-masing menyerahkan sejumlah uang yang tidak perlu sama.
Pada tahun 1953, CV. Bintang Dunia membeli suatu merek dagang yang digunakan untuk bidang industri minuman yaitu “Cap Bola Dunia dan Bintang Dunia”. Pada awalnya, perusahaan “CV. Bintang Dunia” memproduksi sirup dan sari buah markisa. Namun sekitar tahun 60-an berdiri pula industri-industri minuman yang lebih besar dengan modal dan peralatan yang canggih seperti The Coca Cola Company , akibatnya perusahaan sirup “CV. Bintang Dunia” tersaingi , untuk itu perusahaan lebih berkonsentrasi dalam memproduksi sari buah markisa. Produksi Lemonade dan sirup mulai dikurangi, sedang produksi sari buah markisa yang dipertahankan sampai sekarang. Perusahaan minuman “CV. Bintang Dunia ” ini dapat dikatakan sebagai pelopor berdirinya industri sari buah markisa di Sul-Sel.
Perusahaan melihat bahwa buah markisa sebagai bahan baku utama cukup banyak didapatkan di daerah Sulawesi Selatan, khususnya di daerah Malino, Malakaji dan Tanah Toraja. Daerah ini dikenal sebagai daerah penghasil buah markisa terbesar. Dengan berbekal modal dan pengalaman, maka Bapak Charles S. Karundeng dan Bapak King ini mendirikan pabrik pengolahan buah markisa menjadi minuman sari buah markisa yang pada saat itu masih kurang diproduksi oleh masyarakat di daerah ini. Usaha yang didirikan tersebut semakin lama semakin meningkat dan telah dikenal oleh banyak orang serta mendapat izin dari pemerintah setempat.
Setelah Bapak Charles meninggal pada tahun 1896, maka usaha ini diteruskan oleh anaknya Philip R. Karundeng bersama Edwin Andries yang merupakan anak Bapak king. Bapak Philip mengambil alih pimpinan sampai sekarang. Melihat kondisi perusahaan yang semakin berkembang dan melihat kapasitas perusahaan yang terus berkembang, maka pada tahun 1997 perusahaan ini merenovasi bangunan yang dulu digunakan sebagai gudang yang bertempat di Jalan Rajawali menjadi untuk melakukan aktivitas produksi dan perusahaan yang berada di Jalan Gunung Merapi dijadikan sebagai Kantor Pemasaran. CV. Bintang Dunia.
Adapun SITU dan SIUP perusahaan ini adalah sebagai berikut. Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dengan surat keputusan no. 9076/C/V/C/prek/1994 dan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dengan no.1680/20-23/PB/XI/1991. Surat Tanda Daftar Perusahaan (STDP) dengan nomor 503/1813/TDP.CV-P/KPP. Surat Izin Depkes (SP) perusahaan adalah DEPKES RI NO.SP 74/20.01/89. Nomor Pokok Wajib Pajak perusahaan adalah 1.134.219.3-801.

1.2 Visi dan Misi Perusahaan
Pernyataan visi ini sangat penting bagi perusahaan untuk pengembangan di masa yang akan datang dalam upaya untuk mencapai sasaran dan tujuan perusahaan. Penyadaran visi wirausaha merupakan hasrat untuk melihat atau memandang ke depan untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan (Apriyanty, 2002).
Pernyataan visi wirausaha dalam perusahaan ini dapat diterapkan prinsip keterbukaan dan kebersamaan. Pemikiran ini memberikan dorongan kepada semua anggota organisasi secara bersama-sama untuk mengkaji kondisi perusahaan disaat ini dan mengupayakan tercapainya tujuan perusahaan di masa yang akan datang. Hambatan untuk mencapai tujuan ini apabila pengertian dan pemahaman terhadap visi perusahaan belum sepenuhnya dimiliki oleh seluruh anggota organisasi perusahaan. (Apriyanty, 2002).
Setiap organisasi perusahaan senantiasa mempunyai cita-cita ideal yang hendak dicapai karena itu cita-cita ideal tersebut akan diperjuangkan agar jati diri dari perusahaan yang bersangkutan menjadi jelas. Jelas, yakni citra, nilai dan kepercayaan perusahaan. Citra, nilai dan kepercayaan inilah yang disebut visi organisasi (Sukarno, 2002).
Visi adalah kondisi ideal perusahaan yang hendak dicapai di masa mendatang yang mencerminkan cita-cita yang akan dicapai dengan mempertimbangkan seluruh sumberdaya yang dimiliki perusahaan.
Adapun visi CV.Bintang Dunia adalah Tercapainya Peningkatan Keuntungan dengan Mempertahankan Mutu Produk Secara Terus Menerus.
Misi bagi suatu perusahaan sangat penting, karena misi memberikan arahan dan tujuan perusahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, selain itu misi juga bisa menjadi motivasi perusahaan dan seluruh pihak yang terlibat.
Agar momentum perkembangan perusahaan terus berkelanjutan, maka misi CV. Bintang Dunia, yaitu :
 Memproduksi sari buah markisa yang berkualitas.
 Memperluas daerah pemasaran hingga berskala internasional.
 Mempertahankan cita dan rasa produk.
Untuk mendukung pelaksanaan misi perusahaan secara umum maka dibutuhkan dukungan dari komponen atau bagian-bagian dalam perusahaan. Dukungan tersebut dapat diperoleh dari penyadaran visii yang diimplementasikan dengan mengembangkan misi masing-masing bagian usaha.
a. Misi Pimpinan
Pimpinan adalah penentu dari setiap keputusan atau kebijakan untuk mewujudkan dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Misi pimpinan dapat terwujud jika ada kerjasama yang baik antara bagian-bagian perusahaan lainnya, sehingga segalasesuatunya dapat terkoordinir dengan baik. Misi pimpinan adalah :
• Membuat kebijakan dan keputusan yang menjamin kelancaran jalannya suatu perusahaan.
• Mengembangkan usaha dari perusahaan melalui peningkatan kualitas dari hasil produksi.

b. Misi bagian Produksi
Bagian produksi merupakan bagian yang sangat penting dalam kelangsungan hidup suatu usaha, sebab bagian ini melakukan proses produksi yang mengubah bentuk bahan baku yang tersedia agar memperoleh tambahan manfaat. Misi bagian produksi, yaitu :
 Mempertahankan kualitas hasil produksi dan memenuhi target produksi.
 Memproduksi produk dengan kuantitas yang lebih banyak.
 Menghasilkan produk yang sesuai dengan standar kesehatan untuk konsumen.
c. Misi Bagian Pemasaran
Pemasaran merupakan proses penyampaian produk yang dihasilkan dari perusahaan ke konsumen. Dari proses pemasaran diperoleh penerimaan perusahaan untuk mengembangkan perusahaan. Misi ini memerlukan kejelian untuk melihat peluang-peluang pasar dan menerapkan bauran pemasaran untuk meningkatkan volume penjualan. Misi bagian pemasaran yaitu :
 Memperluas daerah pemasaran.
 Meningkatkan promosi.
 Meningkatkan pelayanan kepada konsumen.
d. Misi Bagian Administrasi
Bagian ini mencakup pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi bisnis (rekapitulasi) serta menginterprestasian informasi yang telah disusun atau presentasi. Misi bagian administrasi, yaitu :
 Melaksanakan tugas administrasi dengan tertib dan teratur sehingga kearsipan perusahaan dapat terjamin.
 Mempermudah pengurusan administrasi kepada relasi bisnis.

e. Misi Bagian Keuangan
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan adalah tersedianya modal dan keuangan yang cukup untuk dapat membiayai seluruh kegiatan perusahaan. Misi bagian keungan, yaitu :
 Mengawasi pengalokasian anggaran agar dapat menjaga kelangsungan usaha jangka panjang.
 Membuat laporan keuangan dengan data-data yang lebih terperinci.
Organisasi pada suatu badan usaha atau perusahaan memegang peranan penting dalam rangka kelancaran tugas guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan kegiatannya, maka struktur organisasi CV.Bintang Dunia di Kel.Lette, Kec.Mariso, Kotamadya Makassar secara umum dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2. Struktur Organisasi CV. Bintang Dunia
Struktur organisasi lini adalah bentuk organisasi dimana pimpinan dipandang sebagai sumber wewenang tunggal. Garis komandonya kuat dan hanya satu, yaitu dari atas ke bawah. Dengan demikian segala keputusan kebijaksanaan dan tanggung jawab ada pada satu tangan. Bentuk ini biasanya dipakai untuk organisasi yang orang-orangnya sedikit sehingga tugas-tugas pekerjaan yang ada di dalamnya juga tidak terlampau kompleks. Adapun ciri dari struktur organisasi lini ini adalah Hubungan antara pimpinan & bawahan masih bersifat langsung melalui satu garis wewenang, jumlah karyawan sedikit, pucuk pimpinan biasanya pemilik perusahaan dan organisasi kecil. Struktur organisasi perusahaan CV.Bintang Dunia secara garis besar didasarkan pada suatu struktur organisasi lini, yang terdiri dari Pimpinan, wakil Pimpinan, serta tiga sub.bagian.
Tugas dan tanggung jawab pimpinan dan staf pada masing-masing bagian adalah sebagai berikut :
1. Pimpinan
Pimpinan merencanakan, mengawasi,mengendalikan dan bertanggung jawab atas segala kegiatan yang berlangsung secara keseluruhan baik mengenai produksi, pembelian dan penjualan serta administrasi dan keuangan, serta sebagi pengatur gaji karyawan.
2. Wakil pimpinan
Wakil pimpinan bertugas membantu Pimpinan perusahaan dalam melakukan pengawasan terhadap kegiatan yang berlangsung khususnya masalah keuangan.

3. Bagian Produksi
Bagian produksi bertanggung jawab dalam menjalankan proses produksi sehari-hari, yaitu mengolah bahan baku markisa menjadi sirup markisa yang siap untuk dipasarkan. Serta melakukan pengendalianmutu pada saat proses produksi.
4. Bagian admininstrasi
Departemen administrasi bertanggung jawab dalam proses pelayanan administrasi perusahaan, mengatur proses pelatihan dan pendidikan pengendalian mutu, mengatur penempatan karyawan pada masing-masing departemen yang disesuaikan dengan keahliannya masing-masing.
5. Bagian Pemasaran
Bagian pemasaran bertanggung jawab dalam proses pemasaran produk serta mengatur strategi pemasaran agar daerah pemasaran meluas.
6. Bagian Keuangan
Bagian keuangan bertugas untuk membukukan dan mencatat pemasukan dan pengeluaran keuangan perusahaan.
1.3 Analisis Posisi Sumberdaya Perusahaan
Agrosistem sebagai struktur atau organisasi sumberdaya terdiri dari beberapa dimensi dan jenis sumberdaya. Dalam suatu agrosistem baik pada agroindustri tertentu, harus dapat mengalokasikan sejumlah sumberdaya yang memberikan input dan menghasilkan output yang menguntungkan secara berkesinambungan.
Posisi usaha adalah kekuatan sumberdaya yang dimiliki oleh suatu usaha. Analisis mengenai sumberdaya dari suatu usaha yang akan datang atau telah dilakukan dengan cara memperkirakan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk dapat mendukung usaha.
Sumberdaya merupakan input yang terlibat dalam proses suatu sistem, dimana dari input tersebut diharapkan dapat menghasilkan output yang dapat memberikan keuntungan. Sumberdaya dapat dinilai terdiri sumberdaya lahan dan bangunan, sumberdaya manusia, sumberdaya peralatan dan sumberdaya finansial (Gunawan, 2007).
Analisis posisi adalah analisis mengenai kondisi atau keadaan dari sumberdaya-sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan atau agrosistem kasus. Perusahaan atau agrosistem sebagai suatu struktur atau organisasi sumberdaya terdiri dari beberapa dimensi dan jenis sumberdaya. Sumberdaya tersebut dapat berupa sumberdaya lahan, bangunan, peralatan, manusia dan sumberdaya finansial.

1.3.1 Sumberdaya Lahan dan Bangunan
Sumberdaya lahan adalah segala sesuatu yang bisa memberikan manfaat dari bentang alam (lanscape) yang fisik yang meliputi pengertian lingkungan fisik seperti tanah, iklim, topografi/relief, hidrologi dan vegetasi alami (natural vegetation) dimana secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (Anonim 1, 2009).
Sumberdaya lahan dan bangunan merupakan sumberdaya yang penting dalam suatu perusahaan mengingat lahan dan bangunan merupakan tempat. dilakukannya kegiatan-kegiatan dalam perusahaan. Selain itu, sumberdaya lahan dan bangunan juga merupakan harta tetap yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan.

Tabel 1. Sumberdaya lahan dan bangunan CV. Bintang Dunia Tahun 2008.
N0. Sumberdaya Ukuran fisik
(m2) Nilai (Rp)
1.

2.

Kantor pemasaran (jl. G. Merapi).
• Lahan
• Bangunan
– Lahan
– Bangunan (Jl. Rajawali):
• Kantor
• Pabrik
• Gudang

20×60
20×60
2000

300
500
200
600.000.000
400.000.000
700.000.000
200.000.000
250.000.000
100.000.000

TOTAL 2.250.000.000

Sumberdaya lahan dan bangunan yang dimiliki Oleh CV. Bintang Dunia ini terdapat di dua tempat yaitu di jalan Gunung Merapi, dengan luas lahan dan bangunannya (20 x 60 ) m2 seharga Rp 1.600.000.000 yang berfungsi sebagai kantor pemasaran dan di Jalan Rajawali, dengan luas lahan dan bangunan seluas 2000 m2 seharga Rp 3.550.000.000 yang terdiri dari halaman seluas 1000 m2, kantor seluas 300 m2, pabrik sekitar 500 m2, , dan gudang sekitar 200 m2 yang digunakan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan produksi dan tempat penyaluran dan penampungan bahan baku mentah dan setengah jadi.
Kondisi lahan yang digunakan masih layak pakai dan nilai ekonomisnya masih tinggi apabila dijual kembali. Proses kepemilikan lahan yang digunakan adalah awalnya dibeli oleh Charlie S. Karundeng dari Kam Shoen Hoo sebagai pemilik tanah setelah Bapak Charlie S. Karundeng meninggal dunia beliau mewariskan tanah tersebut kepada anaknya yang bernama Philp S. Karundeng.

60 m

20 m
Gambar 3 : Lay Out Kantor Pemasaran CV.Bintang Dunia
Keterangan Denah:
1. Ruang Tamu
2. Ruang Penjualan
3. WC
4. Ruang Kepala Pemasaran
40 m

25 m

Gambar 4 : Lay Out Kantor Produksi CV.Bintang Dunia
Keterangan Denah:
1. Parkiran
2. Kantor
3. Gudang
4. Pabrik
1.3.2 Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM merupakan potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari, SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi. Oleh karena itu, dalam bidang kajian psikologi, para praktisi SDM harus mengambil penjurusan industri dan organisasi (Anonim 2, 2009).
Sumberdaya manusia yang dimaksud adalah tenaga kerja yang merupakan salah satu faktor produksi utama dan selalu ada dalam perusahaan. Tenaga kerja tersebut, baik terlibat langsung maupun tidak langsung merupakan suatu kesatuan komoditas yang saling membutuhkan dalam segala aktivitas kegiatan agrosistem suatu usaha.
Sikap karyawan atau tenaga kerja sangat terkait dengan tata nilaii yang ada didalam masyarakat. Faktor pendidikan, jenis kelamin, umur, keahlian dan latar belakang karyawan suatu perusahaan perlu dipahami dalam pembagian kerja. Prinsipnya dalam manajemen produksi kaitannya dengan pekerja seyogyanya mampu menimbulkan motivasi dan mendorong perkembangan para pekerja untuk lebih maju. Inisiatif pekerja adalah indikator bagi manajemen yang mendorong para pekerjanya.

Sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan CV. Bintang Dunia dengan pimpinan Bapak Philip yang bergerak dalam bidang pengelolaan minuman sari buah markisa adalah 39 orang karyawan tetap dan 25 orang tenaga kerja harian tetap dibagian produksi . Apabila buah markisa yang akan diproduksi cukup banyak, maka perusahaan merekrut tenaga kerja harian lepas sekitar 30-50 orang.
Perusahaan CV. Bintang Dunia dalam merekrut tenaga kerja tidak menggunakan tes secara formal maupun dengan hanya melihat orangnya dalam hal ini mampu bekerja dalam bidangnya atau tidak. Tetap dalam perusahaan ini para tenaga kerja tidak hanya bekerja dalam bidangnya saja tetapi mereka juga menguasai bidang yang lain khususnya dalam proses produksi buah markisa sehingga tidak terjadi ketidaktepatan para pekerja dalam bidang lain yang dapat menjadi keuntungan bagi perusahaan. Baik karyawan maupun tenaga kerja bekerja selama 9 jam yaitu mulai mulai pada pukul 08.00 pagi sampai 17.00 Wita. Upah tenaga kerja harian sebesar Rp 20.000/hari, sedangkan bagi para karyawan menerima gaji sesuai dengan jabatannya yang rata-rata sebesar Rp 1.500.000,-/bulan. Untuk lebih jelasnya, karyawan yang terdapat pada CV. Bintang Dunia dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jabatan, Tingkat Pendidikan, Status Tenaga Kerja dan Gaji Pada CV. Bintang Dunia Kita Di Kelurahan Lette, Kecamatan Mariso, Kota Makassar.
No Jabatan Jumlah(org) Pendidikan Status Gaji/org
(Rp)
1 Pimpinan 1 SMA Tetap 5.000.000
2 Wakil Pimpinan 1 SMA Tetap 3.000.000
3 Kabag.Produksi 1 SMA Tetap 2.500.000
4 Kabag.Keuangan 1 SMA Tetap 2.500.000
5 Kabag.Pemasaran 1 PT Tetap 2.500.000
4 Staf Administrasi 5 SMA Tetap 2.000.000
5 Karyawan Produksi 22 SMA Tetap 1.500.000
6 Tenaga Kerja Produksi 25 SD Tidak Tetap 20.000/hari
7 Karyawan Pemasaran 4 SMA Tetap 1.500.000
8 Transportasi (supir) 3 SMP Tetap 1.000.000
Berdasarkan Tabel 2, dapat kita lihat pada perusahaan CV. Bintang Dunia memiliki jumlah karyawan tetap sebanyak 39 orang yang terdiri dari 1 orang pimpinan yang pendidikan terakhirnya adalah SMA yang berstatus sebagai pegawai tetap, 1 orang wakil pimpinan yang pendidikan terakhirnya adalah SMA yang berstatus sebagai pegawai tetap, 1 orang kepala bagian produksi yang pendidikan terakhirnya adalah SMA yang berstatus sebagai pegawai tetap, 1 orang kepala bagian keuangan yang pendidikan terakhirnya adalah SMA yang berstatus sebagai pegawai tetap, 1 orang kepala bagian pemasaran yang pendidikan terakhirnya adalah PT yang berstatus sebagai pegawai tetap.
Staf administrasi berjumlah 5 orang yang pendidikan terakhirnya adalah SMA yang berstatus sebagai pegawai tetap dengan gaji, 22 karyawan produksi yang pendidikan terakhirnya adalah SMA yang berstatus sebagai pegawai tetap, 4 pada karyawan pemasaran yang pendidikan terakhirnya adalah SMA yang berstatus sebagai pegawai tetap, dan 3 orang pada bagian transportasi yang pendidikan terakhirnya adalah SMA yang berstatus sebagai pegawai tetap. Sedangkan jumlah karyawan tidak tetap berkisar 25 orang yang pendidikan terakhirnya adalah SD.
Proses perekrutan tenaga kerja melalui seleksi yaitu dengan cara wawancara secara langsung dengan pimpinan perusahaan serta mengikuti tes tertulis yang diadakan di perusahaan, orang yang lulus di tes tulisan maupun tes wawancara yang akan diterima menjadi pegawai tetap sedangkan untuk tenaga kerja harian direkrut langsung oleh kepala bagian produksi. Proses penempatan karyawan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Hubungan antara karyawan dengan pimpinan maupun hubungan antara sesama karyawan tidak mempunyai hubungan keluarga.
Dalam proses pengupahan pimpinan mempunyai hak penuh atas setiap karyawannya dan manajer keuangan sebagai penanggung jawab. Untuk meningkatkan motivasi kerja para karyawan pimpinan memberikan bonus kepada setiap karyawan apabila kinerjanya memuaskan. Kinerja karyawan pada CV. Bintang Dunia sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat kedisiplinan karyawan serta mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang diberikan. Pendidikan karyawan pada CV. Bintang Dunia rata-rata hanya tamatan SMA sehingga kualitas sumberdaya manusia masih rendah.
1.3.3 Sumberdaya Peralatan
Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya sendiri dan orang lain dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut (Anonim 3, 2009).
Sumberdaya peralatan merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk memperlancar kegiatan dalam menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh keseluruhan komponen yang berkaitan dengan keberadaan perusahaan baik yang mempunyai kedudukan di dalam
perusahaan maupun diluar perusahaan. Faktor yang berkaitan langsung dengan keberhasilan perusahaan adalah tenaga kerja, sarana dan peralatan serta faktor manajemen yang dapat mendorong terciptanya produktivitas usaha (Anonim 4, 2009).
Setiap peralatan yang digunakan pasti akan mengalami penyusutan sepanjang tahun dan nilainya akan berkurang sesuai dengan umur alat tersebut. Menghitung nilai penyusutan dapat dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus, yaitu besarnya nilai penyusutan sama dengan nilai atau harga barang dikali dengan persentase penyusutan
(amortisasi), sedangkan persentase penyusutan (amortisasi) dapat dihitung dengan membagi 100% dengan perkiraan masa produktif suatu barang.

Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai penyusutan alat pada CV. Bintang Dunia, yaitu :

NPA = Nilai Baru – Nilai Sisa x umur
Jumlah Alat

Berdasarkan Tabel 3 sumberdaya peralatan yang dimilki oleh CV. Bintang Dunia pada proses produksi yaitu :
• Timbangan yang berfungsi untuk mengukur berat, yang mana bertujuan untuk mengetahui berat bahan baku utama yang akan digunakan. Keadaan timbangan tersebut cukup baik sehingga masih layak untuk digunakan. Pihak perusahaan tidak berencana untuk menambah timbangan karena jumlah ini sudah cukup untuk digunakan pada perusahaan.
• Tabung pemadam kebakaran yang berfungsi untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran yang bertujuan untuk memadamkan api jika terjadi kebakaran pada saat proses produksi berlangsung. Keadaan tabung pemadam tersebut cukup baik sehingga masih layak untuk digunakan. Pihak perusahaan tidak berencana untuk menambah tabung pemadam karena jumlah ini sudah cukup untuk digunakan pada perusahaan.
• Timbangan Senti dalam proses produksi digunakan untuk menghitung berat bahan baku yang akan digunakan. Keadaan timbangan sentí tersebut cukup baik sehingga masih layak untuk digunakan. Pihak perusahaan tidak berencana untuk menambah timbangan sentil karena jumlah ini sudah cukup untuk digunakan pada perusahaan.
• Timbangan obat berfungsi untuk menghitung berat bahan baku penolong, dengan tujuan untuk mengetahui takaran yang akan digunakan dalam setiap proses poduksinya. Keadaan timbangan obat tersebut baik sehingga masih layak untuk digunakan. Pihak perusahaan tidak berencana untuk menambah timbangan obat karena jumlah ini sudah cukup untuk digunakan pada perusahaan.
• Pompa air berfungsi dalam hal membantu persediaan air yang cukup. Keadaan pompa air tersebut cukup baik sehingga masih layak untuk digunakan. Pihak perusahaan tidak berencana untuk menambah pompa air karena jumlah ini sudah cukup untuk digunakan pada perusahaan.
• Mesin water treatment bertujuan untuk mengetahui suhu air yang bertujuan agar dapat mengetahui suhu air ruang akan digunakan. Keadaan water treatment tersebut cukup baik sehingga masih layak untuk digunakan. Pihak perusahaan tidak berencana untuk menambah water treatment karena jumlah ini sudah cukup untuk digunakan pada perusahaan.
• Stemp up berfungsi menyegel botol, yang bertujuan agar botol yang telah diisi markisa dapat disegel yang membuktikan bahwa produk tersebut belum pernah digunakan/dikonsumsi. Keadaan stemp up tersebut cukup baik sehingga masih layak untuk digunakan. Pihak perusahaan tidak berencana untuk menambah Stemp up karena jumlah ini sudah cukup untuk digunakan pada perusahaan.
• Filter merupakan alat penyaring air yang akan digunakan dalam proses produksi. Keadaan filter tersebut cukup baik sehingga masih layak untuk digunakan. Pihak perusahaan tidak berencana untuk menambah filter karena jumlah ini sudah cukup untuk digunakan pada perusahaan.

• Kompor gas dipergunakan untuk memasak bahan baku yang digunakan. Keadaan kompor gas tersebut cukup baik sehingga masih layak untuk digunakan. Pihak perusahaan tidak berencana untuk menambah kompor gas karena jumlah ini sudah cukup untuk digunakan pada perusahaan.
• Mesin air berfungsi untuk mempercepat arus air yang bertujuan membantu dalam persediaan air yang akan digunakan. Keadaan mesin air tersebut cukup baik sehingga masih layak untuk digunakan. Pihak perusahaan tidak berencana untuk menambah mesin air karena jumlah ini sudah cukup untuk digunakan pada perusahaan.

• Mesin pencampur sari berfungsi untuk menyatukan semua bahan baku yang akan dibuat minuman markisa. Keadaan mesin pencampur tersebut cukup baik sehingga masih layak untuk digunakan. Pihak perusahaan tidak berencana untuk menambah mesin pencampur sari karena jumlah ini sudah cukup untuk digunakan pada perusahaan.

• Turbine homoginizer berfungsi sebagai tempat pencampuran sari buah markisa serta bahan-bahan penolong lainnya. Keadaan turbine homoginizer tersebut cukup baik sehingga masih layak untuk digunakan. Pihak perusahaan tidak berencana untuk menambah Turbine homoginizer karena jumlah ini sudah cukup untuk digunakan pada perusahaan.

• Kulkas 4 pintu berfungsi sebagai tempat penyimpanan buah agar buah selalu dalam kondisi segar. Keadaan kulkas 4 pintu tersebut baik sehingga masih layak untuk digunakan. Pihak perusahaan tidak berencana untuk menambah kulkas 4 pintu karena jumlah ini sudah cukup untuk digunakan pada perusahaan.
• Kulkas 2 pintu berfungsi sebagai tempat penyimpanan sari buah markisa sebelum dimasukkan ke dalam botol. Keadaan kulkas 2 pintu tersebut baik sehingga masih layak untuk digunakan. Pihak perusahaan tidak berencana untuk menambah kulkas 2 pintu karena jumlah ini sudah cukup untuk digunakan pada perusahaan.
• Meja berfungsi untuk tempat penyimpanan botol-botol yang akan digunakan dalam pegisian markisa. Keadaan meja tersebut cukup baik sehingga masih layak untuk digunakan. Pihak perusahaan tidak berencana untuk menambah meja karena jumlah ini sudah cukup untuk digunakan pada perusahaan.
Peralatan yang dimiliki oleh kantor CV. Bintang Dunia, yaitu :
• Telepon, handphone, dan hand tolky berfungsi sebagai alat komunikasi. Keadaan telepon tersebut sudah tidak layak digunakan karena kondisinya yang kurang baik. Pihak perusahaan tidak berencana untuk mengganti telepon, handphone dan hand tolky karena kondisinya masih layak untuk digunakan.
• Komputer dan Notebook Computer berfungsi sebagai media penyimpanan data perusahaan. Keadaan komputer dan notebook computer tersebut masih layak digunakan karena kondisinya yang masih baik komputer dan notebook computer tersebut masih baru. Pihak perusahaan tidak berencana untuk mengganti komputer dan notebook computer tersebut karena fasilitas yang dimiliki oleh komputer dan notebook tersebut sudah cukup canggih.
• Printer berfungsi untuk mencetak data-data perusahaan. Keadaan printer tersebut masih layak digunakan karena kondisinya yang masih baik. Pihak perusahaan tidak berencana untuk mengganti printer tersebut dengan printer yang baru karena jumlahnya sudah cukup dan untuk pengurusan administrasi perusahaan juga tidak mengalami masalah.
• Kursi putar dan sofa , dimana kursi berfungsi sebagai tempat duduk bagi pimpinan dan karyawan, sedangkan sofa digunakan sebagai tempat untuk menjamu (tempat duduk) para tamu yang datang, keadaan kursi putar sudah cukup baik dan jumlahnya sudah cukup serta keadaannya masih baik. Pihak perusahaan tidak berencana untuk mengganti sofa yang telah ada.
• Monitor TVM berfungsi untuk mengawasi dan merekam setiap kegiatan para karyawannya. Keadaan monitor ini masih layak untuk dgunakan.
• Kipas angin dan AC berfungsi untuk mendinginkan suhu ruangan. Keadaan AC masih layak untuk digunakan. Perusahaan tidak berencana untuk menambah satu unit AC lagi untuk ruang tamu.
• Dispenser sebagai tempat penyimpanan air. Semua peralatan yang ada baik dan masih layak untuk digunakan dan masih mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi.
• Tabung pemadam kebakaran yang berfungsi untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran yang bertujuan untuk memadamkan api jika terjadi kebakaran. Keadaan tabung pemadam tersebut cukup baik sehingga masih layak untuk digunakan. Jumlah ini sudah cukup digunakan untuk perusahaan karena melihat luas kantor CV. Bintang Dunia yang sudah cukup memungkinkan apabila hanya digunakan satu tabung pemadam untuk mencegah terjadinya kebakaran.
• Kulkas berfungsi sebagai tempat penyimpanan minuman dingin yang disuguhkan kepada tamu atau relasi bisnis yang datang ke kantor CV. Bintang Dunia. Kulkas tersebut dalam keadaan baik sehingga masih layak untuk digunakan. Pihak perusahaan tidak berencana untuk menambah kulkas tersebut karena satu kulkas saja sudah cukup.
Gambar 4 peralatan produksi CV. Bintang Dunia

Pengatur Suhu Mesin water treatmen

Pemisah Sari Pengerukan Buah

Turbine Homoginizer Pencampur Sari

Saringan (Filter) air Mesin air

Stem Up Pompa Air
1.3.4 Sumberdaya Finansial
Sumberdaya finansial merupakan salah satu sumberdaya yang penting sebagai modal kerja yang akan digunakan untuk mendanai proyek. Dengan kata lain sumberdaya finansial adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh sebuah perusahaan yang berupa uang tunai maupun dengan barang-barang bernilai dan dapat diuangkan untuk kebutuhan perusahaan sehingga perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Sumberdaya ini dapat dimanfaatkan seefisien mungkin melalui perencanaan dan pengelolaan yang tepat, sehingga setiap pengalokasian dana yang digunakan dapat memberikan hasil yang maksimal (Anonim 5, 2009). Sumberdaya finansial yang dimiliki oleh CV. Bintang Dunia dalam pengelolaan minuman sari buah markisa dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 . Sumberdaya Finansial pada CV. Bintang Dunia di Kelurahan Lette, Kecamatan Mariso, Kota Makassar, 2009.
AKTIVA PASSIVA
Aktiva Lancar
Kas 1.580.250.000
Piutang Dagang 1.086.400.000
Persediaan Akhir 118.800.000
Jumlah Aktiva Lancar 2.785.450.000
Aktiva Tetap
Bangunan 950.000.000
Lahan 1.300.000.000
Peralatan 72.520.000
Jumlah Aktiva Tetap 2.322.520.000
Hutang lancar 1.121.564.367
Hutang jangka panjang 1.181.405.633
Modal 2.805.000.000
Jumlah Aktiva 5.107.970.000 Jumlah Passiva 5.107.970.000

Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada aktiva terdiri dari aktiva lancar yaitu kas sebesar Rp 1.580.250.000, piutang sebesar Rp 1.086.400.000, persediaan akhir sebesar Rp 118.800.000 sedangkan aktiva tetap terdiri dari bangunan sebesar Rp 950.000.000, lahan sebesar Rp 1.300.000.000, peralatan sebesar Rp 72.520.000 sehingga total aktiva sebesar Rp 5.107.970.000 sedangkan passiva terdiri dari hutang lancar sebesar Rp 1.121.564.367 yang berupa pinjaman dari relasi bisnis tanpa membayar bunga. Pembayarannya dilakukan setiap tiga bulan yang jumlah pembayarannya tidak menetap tetapi hutang tersebut dapat dilunasi dalam jangka waktu setahun hutang jangka panjang sebesar Rp 1.181.405.633 yang berupa pinjaman dari bank yang pembayarannya dilakukan setiap bulan. Modal sebesar Rp 2.805.000.000,sehingga total passiva sebesar Rp 5.107.970.000. Dapat dilihat bahwa aktiva sama dengan passiva.
Proses pengadaan awal berasal dari modal pribadi sebesar Rp 2.805.000.000, kondisi keuangan CV. Bintang Dunia dapat dikategorikan baik karena jumlah kas yang dimiliki oleh CV. Bintang Dunia lebih besar dari pada jumlah piutangnya. Posisi keuangan CV. Bintang Dunia pada tahun 2008 meningkat dari tahun sebelumnya. Kepala bidang keuangan sudah cukup teliti dalam pencatatan setiap transaksi keuangan pada perusahaan.
1.4 Analisis Kinerja Perusahaan Agrosistem
Analisis kinerja merupakan suatu proses yang ada pada suatu lingkungan agrosistem mengenai apa yang sedang dilakukan oleh suatu perusahaan. Dalam analisis kinerja terdiri dari kinerja proses dan kinerja hasil. Kinerja proses adalah rangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam suatu agrosistem, sedangkan kinerja hasil adalah apa yang telah dicapai oleh perusahaan. Kinerja proses membahas proses pengadaan bahan baku, proses produksi dan proses pemasaran (Gunawan, 2007).
1.4.1 Proses Pengadaan Bahan Baku
Bahan baku merupakan faktor produksi yang sangat penting untuk melakukan suatu proses produksi dalam suatu industri atau pabrik, karena merupakan sumber bahan pokok untuk diproses menjadi suatu produk yang bermutu. Mutu produk akhir sasngat ditentukan oleh mutu bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. Pengadaan bahan baku harus dilakukan terus menurus agar bahan baku selalu tersedia pada saat dibutuhkan. Kriteria bahan baku yaitu dilihat dari fungsinya adalah jika tanpa bahan ini, barang tidak akan jadi atau tidak akan berfungsi samasekali. Dilihat dari porsi penggunaannya : Porsi penggunaan bahan ini dominant dibandingkan bahan yang lain (Anonim 6, 2009).
Bahan tambahan dan bahan penolong biasanya diberikan sebagai campuran pada suatu produk tertentu atau dengan kata lain bahan penolong adalah suatu zat yang secara alami sudah terkandung dalam makanan maupun minuman tetapi jumlahnya perlu ditingkatkan melalui pemberian zat. Wadah dan kemasan adalah bahan yang digunakan sebagai pelengkap dari bahan baku dan bahan penolong agar produk yang dihasilkan terlihat lebih menarik.
Pemenuhan kebutuhan bahan baku buah markisa pada CV. Bintang Dunia didapat dari petani yang berasal dari Kabupaten Gowa tepatnya Malino dan Malakaji dan Kabupaten Toraja. Pengadaan bahan baku dilaksanakan pada bulan-bulan tertentu yaitu November sampai Desember karena merupakan waktu panen terbesar namun jika perusahaan membutuhkan buah untuk diproduksi maka tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan untuk membeli buah para petani yang memiliki buah dan bersedia menjual pada pihak perusahaan. Kebutuhan bahan baku buah markisa CV. Bintang Dunia dari bulan November 2008 sampai dengan Oktober 2009, dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Pembelian Bahan Baku pada CV. Bintang Dunia di Keluruhan Lette, Kecamatan Mariso, Kota Makassar, 2009.
No Jenis Bahan Bulan Jumlah
(kg) Harga/Kg
(Rp) Total
(Rp)
1 Buah Markisa November
Desember
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober 8.300
9.300
3.000
2.000
3.200
2.500
2.430
3.630
4.930
6.500
11.660
7.800 2.500
2.500
4.000
4.000
4.000
4.000
5.000
5.000
3.000
3.000
3.000
2.500 20.750.000
23.250.000
12.000.000
8.000.000
12.800.000
10.000.000
12.150.000
18.150.000
14.790.000
19.500.000
34.980.000
19.500.000

Berdasarkan pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa harga bahan baku terendah sebesar Rp 2.500 yang terdapat pada bulan Oktober sampai dengan Desember karena pada bulan tersebut merupakan musim buah markisa sehingga banyak terdapat buah markisa sedangkan pada bulan lainnya yaitu pada bulan Januari sampai dengan September harga bahan baku berkisar Rp 3.000 sampai dengan Rp 5.000, hal ini disebabkan karena persediaan bahan baku kurang karena bukan musim buah markisa.
Proses pengadaan bahan baku dilakukan setiap bulannya dengan cara membeli secara tunai pada pedagang pengumpul yang berada di Kabupaten Gowa dan Tanah Toraja. Jumlah pengumpul yaitu sebanyak 4 orang yang terdiri dari 2 orang dari Kabupaten Tanah Toraja dan 2 orang dari Kabupaten Gowa (1 orang dari Malakaji dan 1 orang dari Malino). Kondisi bahan baku yang sampai di perusahaan ada yang buahnya rusak dan ada juga buah dalam keadaan baik tetapi kerusakannya hanya sedikit sehingga tidak menjadi kendala bagi perusahaan. Jumlah bahan baku yang tersedia tergantung kepada musim buah markisa yaitu musim buah terjadi pada bulan November sampai dengan Desember. Tenaga kerja yang berurusan langsung dengan pedagang pengecer adalah kepala bagian produksi beserta para karyawan di bidang produksi. Jumlah pasokan bahan baku untuk November 2008 sampai dengan Oktober 2009 adalah sebanyak 65.250 kg hal ini tidak mencapai target yaitu sebanyak 73.550 kg.

Tabel 6. Jumlah Pembelian Bahan Penolong pada CV. Bintang Dunia di Keluruhan Lette, Kecamatan Mariso, Kota Makassar, 2009.
Jenis Bahan Penolong Bulan
Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus september
Aspartame Harga (Rp) 420.000 420.000 420.000 430.000 430.000 430.000 435.000 435.000 435.000 450.000 450.000 450.000
Jumlah (Kg) 4.68 4.98 5.58 1.8 1.2 1.92 1.5 1.5 3 4.68 3.9 7
Nilai (Rp) 1.965.600 2.091.600 2.343.600 774.000 516.000 825.600 652.500 652.500 1.305.000 2.106.000 1.755.000 3.150.000
Xantham Gurm Harga (Rp) 120.000 120.000 120.000 125.000 125.000 125.000 135.000 135.000 135.000 150.000 150.000 150.000
Jumlah (Kg) 14 17 25 6 8 11 7 12 8 10 10 10
Nilai (Rp) 1.680.000 2.040.000 3.000.000 750.000 1.000.000 1.375.000 945.000 1.620.000 1.080.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000
Citric Acid Harga (Rp) 7.000 7.500 7.700 7.900 7.900 8.200 8.200 8.500 8.700 10.000 10.000 10.000
Jumlah (Kg) 18 20 30 16 17 15 14 15 12 15 10 10
Nilai (Rp) 126.000 150.000 231.000 126.400 134.300 123.000 114.800 127.500 104.400 150.000 100.000 100.000
Natrium Benzoat Harga (Rp) 23.000 23.000 23.000 23.500 23.500 24.000 24.000 24.200 24.300 25.000 25.000 25.000
Jumlah (Kg) 27 30 37 21 18 14 11 12 10 25 25 25
Nilai (Rp) 621.000 690.000 851.000 493.500 423.000 336.000 264.000 290.400 243.000 625.000 625.000 625.000
Gula Pasir Harga (Rp) 6.000 6.000 6.300 6.500 6.700 6.800 7.000 7.500 7.700 8.500 8.500 8.700
Jumlah (Kg) 1.350 1.600 1.900 1.000 1.140 1.230 960 750 1.030 1.100 1.100 1.100
Nilai (Rp) 8.100.000 9.600.000 11.970.000 6.500.000 7.638.000 8.364.000 6.720.000 5.625.000 7.931.000 9.350.000 9.350.000 9.570.000
TOTAL 12.492.600 14.571.600 18.395.600 8.643.900 9.711.300 11.023.600 8.696.300 8.315.400 10.663.400 13.731.000 13.330.000 14.945.000

Berdasarkan pada Tabel 6 dijelaskan tentang jumlah pembelian bahan penolong pada CV. Bintang Dunia. Proses pengadaan bahan penolong dilakukan setiap bulannya. Bahan-bahan penolong tersebut meliputi gula yang berfungsi sebagai pemanis pada sari buah markisa, Aspartame berfungsi sebagai bahan pengawet dan pemanis pada sari buah markisa, Xantham Gum yang berfungsi sebagai zat pengental, Cytric Acid yang berfungsi sebagai penambah rasa asam pada sari buah markisa, natrium benzoate sebagai bahan pengawet.
Khusus untuk pengadaan bahan kimia diperoleh langsung di toko bahan kimia, sedangkan untuk bahan seperti gula pasir diperoleh dari pedagang yang berasal dari luar daerah yaitu Bandung, dimana pembelian bahan penolong dilakukan dengan cara membeli secara kredit yaitu apabila bahan baku telah ada barulah perusahaan memberikan dengan cara transfer ke pihak pedagang. Kondisi bahan penolong apabila telah tiba pada perusahaan sudah cukup baik, namun pada kemasannya biasa terjadi kerusakan seperti karungnya robek sehingga gula dalam karung berceceran, hal ini tidak menimbulkan masalah bagi perusahaan karena jumlah kerusakan tidak terlalu besar. Tenaga kerja yang berurusan langsung dengan pengadaan bahan penolong adalah kepala bagian produksi beserta para karyawan di bidang produksi.

Tabel 7. Jumlah Pembelian Wadah dan Kemasan pada CV. Bintang Dunia di Keluruhan Lette, Kecamatan Mariso, Kota Makassar, 2009.

Jenis Wadah dan Kemasan Bulan
November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus september Oktober
Botol 500 mL Harga (Rp) 300 300 350 350 350 450 450 450 500 500 500 300
Jumlah Kg) 3.000 4.000 2.200 2.200 2.200 2.400 2.400 2.400 2.600 2.600 5.200 2.000
Nilai (Rp) 900.000 1.200.000 770.000 770.000 770.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.300.000 1.300.000 2.600.000 600.000
Botol 1000 mL Harga (Rp) 500 500 750 750 750 1.000 1.000 1.000 1.250 1.250 1.250 500
Jumlah(Kg) 2.000 2.800 1.200 1.200 1.300 1.400 1.400 1.400 1.600 1.600 3.200 1.200
Nilai (Rp) 1.000.000 1.400.000 900.000 900.000 975.000 1.400.000 1.400.000 1.400.000 2.000.000 2.000.000 4.000.000 600.000
Botol 630 mL Harga (Rp) 500 500 600 600 600 700 700 700 750 750 750 500
Jumlah(Kg) 120 450 375 225 225 240 240 240 300 300 600 120
Nilai (Rp) 60.000 225.000 225.000 135.000 135.000 168.000 168.000 168.000 225.000 225.000 450.000 60.000
Botol 2500 mL Harga (Rp) 1.000 1.200 1.100 1.200 1.300 1.400 1.400 1.400 1.500 1.500 1.500 1.000
Jumlah(Kg) 140 350 250 160 150 180 180 180 220 220 440 130
Nilai (Rp) 140.000 420.000 275.000 192.000 195.000 252.000 252.000 252.000 330.000 330.000 660.000 130.000
Tutup Botol Harga (Rp) 75 100 50 50 75 75 75 75 100 100 100 50
Jumlah(Kg) 5.000 6.800 3.400 3.400 3.500 3.800 3.800 3.800 4.200 4.200 8.400 3.200
Nilai (Rp) 375.000 680.000 170.000 170.000 262.500 285.000 285.000 285.000 420.000 420.000 840.000 160.000
Keranjang Harga (Rp) 2.400 2.450 2.200 2.350 2.400 2.500 2.500 2.500 3.000 3.000 3.000 2.300
Jumlah(Kg) 140 350 250 160 150 180 180 180 220 220 440 130
Nilai (Rp) 336.000 857.500 550.000 376.000 360.000 450.000 450.000 450.000 660.000 660.000 1.320.000 299.000
Karton Kemasan 500 mL Harga (Rp) 1.000 1.100 1.100 1.200 1.200 1.300 1.300 1.300 1.500 1.500 1.500 1.000
Jumlah(Kg) 1.500 2.000 1.100 1.100 1.100 1.200 1.200 1.200 1.300 1.300 2.600 1.000
Nilai (Rp) 1.500.000 2.200.000 1.210.000 1.320.000 1.320.000 1.560.000 1.560.000 1.560.000 1.950.000 1.950.000 3.900.000 1.000.000
Karton Kemasan 1000 mL Harga (Rp) 1.800 2.100 1.900 1.950 2.000 2.200 2.200 2.200 2.500 2.500 2.500 1.750
Jumlah(Kg) 1.000 1.400 600 600 650 700 700 700 800 800 1.600 600
Nilai (Rp) 1.800.000 2.940.000 1.140.000 1.170.000 1.300.000 1.540.000 1.540.000 1.540.000 2.000.000 2.000.000 4.000.000 1.050.000
Karton kemasan 630 mL Harga (Rp) 1.800 2.100 1.900 1.950 2.000 2.200 2.200 2.200 2.500 2.500 2.500 1.750
Jumlah(Kg) 40 150 125 75 75 80 80 80 100 100 200 40
Nilai (Rp) 72.000 315.000 237.500 146.250 150.000 176.000 176.000 176.000 250.000 250.000 500.000 70.000
Piceng Harga (Rp) 100 100 150 150 150 200 200 200 250 250 250 100
Jumlah(Kg) 120 450 375 225 225 240 240 240 300 300 600 120
Nilai (Rp) 12.000 45.000 56.250 33.750 33.750 48.000 48.000 48.000 75.000 75.000 150.000 12.000
Sloky Harga (Rp) 50 50 50 50 75 75 75 75 100 100 100 50
Jumlah(Kg) 120 450 375 225 225 240 240 240 300 300 600 120
Nilai (Rp) 6.000 22.500 18.750 11.250 16.875 18.000 18.000 18.000 30.000 30.000 60.000 6.000
Segel Harga (Rp) 25 35 35 35 40 50 50 50 50 50 50 25
Jumlah(Kg) 5.260 7.600 4.025 3.585 3.875 4.220 4.220 4.220 4.720 4.720 9.540 3.450
Nilai (Rp) 131.500 266.000 140.875 125.475 155.000 211.000 211.000 211.000 236.000 236.000 477.000 86.250
Lebel produk Harga (Rp) 25 35 35 35 40 50 50 50 50 50 50 25
Jumlah(Kg) 5.260 7.600 4.025 3.585 3.875 4.220 4.220 4.220 4.720 4.720 9.540 3.450
Nilai (Rp) 131.500 266.000 140.875 125.475 155.000 211.000 211.000 211.000 236.000 236.000 477.000 86.250
TOTAL 6.464.000 10.837.000 5.834.250 5.328.950 5.678.125 7.223.000 7.223.000 7.223.000 9.712.000 9.712.000 19.434.000 3.560.100

Berdasarkan pada Tabel 7, jumlah pembelian wadah dan kemasan pada CV. Bintang Dunia pada setiap bulannya berbeda-beda. Pengadaan bahan pelengkap dipasok pada setiap bulannya. Bahan-bahan pelengkap yang diperlukan pada CV. Bintang Dunia seperti karton kemasan, piceng, sloky, segel berasal dari Jakarta dan label produk berasal Surabaya, pembayaran yang dilakukan secara kredit, dimana setiap barang sudah tiba barulah pihak perusahaan mentransfer uangnya.
Bahan-bahan tersebut seperti karton kemasan sebagai kemasan luar pada botol yang berukuran 500 mL, 630 mL, dan 1.000 mL. Piceng dan sloky digunakan untuk penutup botol pada botol yang berukuran 1000 mL, sedangkan label produk befungsi sebagai promosi dan pemberian merek pada produk agar lebih mudah unuk dikenali. Tenaga kerja yang berurusan langsung dengan pengadaan bahan penolong adalah kepala bagian produksi beserta para karyawan di bidang produk.
Petani produsen yang terdapat di Malino dan Toraja mengantarkan langsung buahnya ke perusahaan, namun pemasok terbesar berasal dari Malino karena mudah dalam hal transportasi. Untuk lebih jelasnya pengadaan bahan baku Markisa dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 5. Rantai Pengadaan Bahan Baku pada CV. Bintang Dunia di Kelurahan Lette, Kecamatan Mariso, Kota Makassar, 2009.

Perusahaan membeli bahan baku utama yaitu buah markisa dengan harga yang telah disepakati antara perusahaan dengan kolektor pada musim buah sebesar Rp 2.500/kg – Rp 3.000/kg sedangkan pada bukan musim buah sebesar Rp 4.000/kg – Rp 5.000/kg. Pembelian bahan baku utama ini dilakukan dengan cara kolektor membawa buah ke perusahaan dan menjualnya secara langsung yang sebelumnya telah ada perjanjian lewat komunikasi (telepon). Selain bahan baku utama berupa buah markisa, juga diperlukan adanya bahan baku tambahan atau pelengkap dalam pembuatan minuman sari buah markisa. Bahan-bahan penolong tersebut meliputi gula yang berfungsi sebagai pemanis pada sari buah markisa, Aspartame berfungsi sebagai bahan pengawet pada sari buah markisa, Xantham Gum yang berfungsi sebagai zat pengental, Cytric Acid yang berfungsi sebagai penambah rasa asam pada sari buah markisa, natrium benzoate sebagai bahan pengawet.
Selain bahan-bahan penolong tersebut, masih terdapat pula wadah dan kemasan dalam proses produksi sari buah Markisa meliputi : botol berfungsi sebagai tempat pengisisan markisa, tutup botol berfungsi untuk menutup botol, segel berfungsi untuk memastikan botol yang ada belum digunakan, lebel produk berfungsi untuk memberi merek pada suatu produk, sloky berfungsi sebagai penutup botol luar pada botol berukuran 630 mL, piceng berfungsi sebagai penutup botol bagian dalam pada botol berukuran 630 mL, keranjang dan karton kemasan.
Botol yang digunakan oleh perusahaan terdiri dari lima jenis yaitu botol TT yang berkapasitas 625 ml, PET berkapasitas 1 liter dan 500 ml, botol Jenever yang berkapasitas 1 liter, dan botol Jumbo yang berkapasitas 2,5 liter.
Label produk yang digunakan oleh perusahaan ini ada dua jenis yaitu Bintang Dunia dan Bola Dunia. Pengadaan label ini dilakukan dengan mencetak di percetakan yang berada di Surabaya demikian pula dengan kemasan karton yang mereka gunakan. Karton-karton tersebut dikirim dalam bentuk lembaran-lembaran yang siap untuk dibentuk menjadi kotak. Pengadaannya biasa dilakukan dua kali setahun yang disesuaikan dengan jumlahnya.

1.4.2 Proses Produksi
Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa. proses produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia (Anonim 9, 2009).
Proses produksi dapat diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumberdaya yang ada.
Adapun tahapan-tahapan dari proses produksi yang dilakukan oleh CV. Bintang Dunia, yaitu sebagai berikut :
a. Proses Pembuatan sari buah markisa
 Pemisahan
Buah markisa yang berada dalam penampungan dipisahkan secara manual berdasarkan keadaan buah yaitu baik dan matang serta rusak. Tujuan dari tahap ini yaitu agar diperoleh buah yang baik untuk diproses lebih lanjut. Adapun tenaga kerja yang dibutuhkan pada proses ini yaitu sebanyak 5 orang sebagai tenaga kerja harian.
 Penimbangan Buah
Buah yang baik dan matang selanjutnya ditimbang secara bersama-sama untuk mengetahui berat buah tersebut, sedangkan buah rusak dan belum matang maka buah tersebut dibuang dan akan menghasilkan limbah yang berbentuk padat. Pada saat masuk proses ini bahan baku yang hilang berkisar 30% karena kondisi buah yang rusak sehingga tidak dapat digunakan. Tujuan dari tahap ini yaitu untuk mengetahui berat buah markisa yang akan digunakan. Adapun tenaga kerja yang dibutuhkan pada proses ini yaitu sebanyak 2 orang sebagai tenaga kerja harian.
 Pencucian
Buah yang terpilih pada proses pemisahan dan penimbangan kemudian dicuci agar terbebas dari kotoran-kotoran yang melekat. Proses pencucian ini dilakukan berulang-ulang secara manual untuk menjamin kesegaran dan kebersihan buah. Tujuan dari tahap ini yaitu untuk membersihkan buah dari kotoran-kotoran yang melekat pada buah sehingga tidak mengurangi mutu sari buah yang dihasilkan. Adapun tenaga kerja yang dibutuhkan pada proses ini yaitu sebanyak 6 orang sebagai tenaga kerja harian.
 Pembelahan
Buah markisa yang benar-benar bersih kemudian dibelah menjadi dua bagian. Pembelahan buah dilakukan dengan menggunakan pisau. Buah yang telah dibelah dikumpulkan dalam baskom untuk disortasi kembali. Pada sortasi ini buah isinya kurang mengandung cairan/kering akan dibuang dan kulit buah ini merupakan limbah yang berbentuk padat sedangkan buah yang mengandung cairan dan selaput biji berwarna kuning ditampung dalam ember atau baskom. Tahap ini bertujuan untuk
memudahkan pekerja dalam proses pengerukan nantinya. Adapun tenaga kerja yang dibutuhkan pada proses ini yaitu sebanyak 7 orang sebagai tenaga kerja harian.
 Pengerukan
Pengerukan dilakukan dengan menggunakan alat skin separator yang berfungsi untuk memisahkan kulit dengan isi buah yang berupa biji, setelah biji tersebut ditampung dalam baskom untuk diproses menjadi sari. Sedangkan kulit buah markisa yang merupakan limbah padat, ditampung dalam keranjang untuk dibuang ke tempat sampah yang telah disediakan. Adapun tenaga kerja yang dibutuhkan pada proses ini yaitu sebanyak 3 orang sebagai tenaga kerja tetap.

 Pengambilan Sari
Biji buah markisa yang telah dikeruk dimasukkan ke dalam mesin pemisah sari (Seed Sparator), lalu ditambahkan air. Setiap 1 liter sari buah ditambahkan dengan 3 liter air. Sari yang diperoleh pada proses ini disaring kembali dengan menggunakan saringan yang halus. Setelah itu hasil saringan dimasukkan ke dalam baskom, sedangkan biji serta sisa yang tersarung dibuang. Tahapan ini bertujuan untuk memisahkan biji ndari kulitnya dan memisahkan biji dengan sarinya. Adapun tenaga kerja yang dibutuhkan pada proses ini yaitu sebanyak 5 orang sebagai tenaga kerja tetap.
 Pencampuran
Proses pencampuran sari buah dengan natrium benzoate sebagai bahan pengawet dilakukan dengan menggunakan mixer agar diperoleh campuran yang merata. Perbandingan antara sari buah markisa dengan natrium benzoat yaitu 1 liter sari buah dicampur dengan 0,5 gram natrium benzoat. Dari hasil pencampuran ini dimasukkan ke dalam botol-botol yang telah disediakan kemudian botol-botol itu disimpan dalam gudang yang mempunyai suhu ruang tertentu agar sari murni tersebut dapat tahan lama. Adapun tenaga kerja yang dibutuhkan pada proses ini yaitu sebanyak 2 orang sebagai tenaga kerja tetap.
 Pembotolan I
Dari hasil pencampuran ini dimasukkan ke dalam botol-botol yang telah disediakan kemudian botol-botol itu disimpan dalam gudang yang mempunyai suhu ruang tertentu agar sari murni tersebut dapat tahan lama. Adapun tenaga kerja yang dibutuhkan pada proses ini yaitu sebanyak 2 orang sebagai tenaga kerja tetap.

Pembelahan buah

Gambar 6. Proses Pembuatan Sari Buah Markisa pada CV. Bintang Dunia di Kelurahan Lette, Kecamatan Mariso, Kota Makassar, 2009.

Sebelum dipasarkan maka masih akan dilakukan proses pencampuran kembali sari buah markisa dengan beberapa bahan-bahan trambahan yang diperlukan. Proses-proses tersebut yaitu sebagai berikut :
b. Proses Pembuatan Sirup Markisa
 Penyaringan II
Sari murni yang telah tersedia dikeluarkan dari botol untuk disaring kembali dengan menggunakan Seed separator dengan penyaringan yang lebih halus. Hasil saringan tersebut ditampung dalam ember. Tujuan dari
tahap ini untuk memperoleh sari markisa yang benar-benar halus. Adapun tenaga kerja yang dibutuhkan pada proses ini yaitu sebanyak 2 orang sebagai tenaga kerja tetap.

 Pencampuran II
Pencampuran II ini dimaksudkan untuk mencampurkan sari markisa yang telah dicampurkan dengan pengawet tadi dengan bahan-bahan tambahan yang lain yaitu gula, aspartame, Xanthan Gurm, Cytric Acid, Natrium Benzoat bagi konsumen pada saat konsumsi maka bahan-bahan tersebut telah ditimbang dengan perbandingan tertentu.
Proses pencampuran ini dilakukan di dalam mixer selama beberapa waktu untuk mendapatkan campuran benar-benar kental. Sebelum sari buah diproses lebih lanjut maka terlebih dahulu dilakukan uji rasa yang dilakukan oleh Tim Tester yang telah ditunjuk. Sari buah yang telah tercampur dalam mixer selanjutnya dituangkan ke dalam sebuah wadah. Sari buah kemudaian dipanaskan atau dipateurisasi hingga mencapai suhu 800C- 850C selama 10 menit. Adapun tenaga kerja yang dibutuhkan pada proses ini yaitu sebanyak 3 orang sebagai tenaga kerja tetap.
 Pembotolan II
Sari buah yang mengalami proses pencampuran tadi kemudian dimasukkan ke dalam botol ukuran tertentu. Botol-botol yang akan digunakan sebelumnya telah mengalami proses pencucian. Kemudian dilakukan pembersihan mulut botol dengan menggunakan Stim yang dapat mensterilkan botol, Stim merupakan alat yang menjadi penyalur uap air panas yang berbentuk seperti pipa kecil yang diujungnya terdapat semacam saringan yang mengeluarkan uap. Dimana botol yang digunakan adalah botol yang benar-benar bersih dan steril. Kebersihan botol merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah dipanaskan atau dipasteurisasi, dalam keadaan panas, sari buah dimasukkan ke dalam botol yang telah disterilkan, kemudian ditutup rapat. Adapun tenaga kerja yang dibutuhkan pada proses ini yaitu sebanyak 3 orang sebagai tenaga kerja tetap.

 Penglabelan dan Penyegelan
Botol dikeringkan kemudian diberi label dan disegel. Pemasangan lebel dilakukan dengan menggunakan lem secukupnya, lalu ditempelkan pada botol. Selanjutnya tutup botol disegel dengan menggunakan segel botol yang terbuat dari plastik. Tujuan dari tahap ini yaitu untuk memberikan identitas pada produk yang akan dipasarkan. Adapun tenaga kerja yang dibutuhkan pada proses ini yaitu sebanyak 5 orang sebagai tenaga kerja harian.
 Pengepakan
Pengepakan produk bertujuan untuk mempermudah dalam transportasi serta untuk menambah daya tarik konsumen. Botol-botol yang telah diberi label dan segel kemudian dimasukkan ke dalam kemasan yaitu berupa karton dan keranjang.
Jenis produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini terdiri dari dua merek dagang yaitu Bintang Dunia dan Bola Dunia. Perbedaan dari kedua jenis produk ini yaitu dari formulasi campuran atau perbandingan bahan baku serta bahan-bahan tambahan yang dicampurkan pada proses produksi.
Produk Bintang Dunia adalah produk utama dan sebagai produk unggulan CV. Bintang Dunia , tidak mengandung pemanis buatan dan lebih menonjolkan rasa buah markisa murni dengan rasa manis dan asam yang merupakan produk kualitas I. Sedangkan produk bola dunia adalah produk variasi dari produk pertama, produk ini ditujukan sebagai suatu alternatif bagi konsumen dengan harga yang relatif lebih rendah dari produk pertama, yang merupakan kualitas II sehingga konsumen mempunyai pilihan akan produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Produk ini mengandung pemanis buatan Na Siklamat dan lebih menonjolkan rasa manis tanpa mengurangi aroma markisa yang dikandungnya. Adapun tenaga kerja yang dibutuhkan pada proses ini yaitu sebanyak 2 orang sebagai tenaga kerja tetap.

Gambar 7. Proses Pembuatan Sirup Markisa pada CV. Bintang Dunia di Kelurahan Lette, Kecamatan Mariso, Kota Makassar, 2009.

1.4.3 Proses Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses social dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan prosuk yang bernilai kepada pihak lain (Kotler, 1997).
Proses pemasaran merupakan kegiatan kelanjutan dari proses produksi. Kegiatan pemasaran bertujuan agar dana yang telah diinvestaskan dalam kegiatan produksi dapat diperoleh kembai dengan mendapatkan sejumlah dana dari hasil penjualan sebagai imbalan investasi yang dilakukan selama ini.
Kegiatan yang dilakukan CV. Bintang Dunia adalah penjualan barang langsung dan tidak langsung. Penjualan langsung dilakukan kepada masyarakat umum yang sewaktu-waktu langsung ke perusahaan untuk membeli produk sirup markisa tanpa melalui perantara.
Sasaran pemasaran produk sirup markisa CV. Bintang Dunia ditujukan kepada masyarakat dengan kelas sosial menengah-ke atas. Konsumen menengah-ke atas pada umumnya menilai sebuah produk dari segi rasa, keamanan dan kenyamanan dalam menggunakan produk, daripada harga produk tersebut. Adapula yang menilai sebuah produk dari segi prestise, dimana mereka memilih produk berkualitas tinggi dengan tujuan agar dapat menyesuaikan dengan kelas sosialnya. Mereka rata-rata memiliki tingkat penghasilan yang relatif tinggi atau pun tingkat pendidikan yang tinggi.

Gambar 8 Proses Pemasaran pada CV. Bintang Dunia di Kelurahan Lette, Kecamatan Mariso, Kota Makassar, 2009.

Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat bahwa proses pemasaran yang berlangsung di CV. Bintang Dunia yaitu yaitu produk yang dihasilkan oleh CV. Bintang Dunia disalurkan kepada pedagang pengecer yang berada di Wilayah Makassar dan sekitarnya serta yang berada di Surabaya, Manado dan Jakarta. Pedagang pengecer yang nantinya akan memasarkan secara langsung kepada konsumen. Selain itu, CV. Bintang Dunia memasarkan secara langsung produk yang dihasilkan kepada konsumen dengan cara konsumen secara langsung datang ke kantor pemasaran CV. Bintang Dunia.
Marketing mix (bauran pemasaran) adalah empat komponen dalam pemasaran yang terdiri dari 4P :
 Product (produk)
 Price (harga)
 Place (tempat, termasuk juga distribusi)
 Promotion (promosi)
Salah satu dari variabel yang dapat dikontrol oleh perusahaan adalah bauran pemasaran (marketing mix), yaitu kombinasi dari berbagai variabel pemasaran yang dapat dikendalikan oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan dalam penjualan, sehingga akan dicapai volume penjualan dengan biaya yang memungkinkannya mencapai tingkat laba yang diinginkan.
Secara garis besar keempat variabel tersebut dapat dijelaskan melalui penjelasan masing-masing sebagai berikut :
a. Produk (Product)
Produk dimaksudkan sebagai segala sesuatu yang berwujud yang ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen untuk diperhatikan, dibeli, dipakai dan untuk dikonsumsi.
Produk merupakan salah satu unsur terpenting yang dapat dikendalikan oleh manajer pemasaran dan dalam banyak hal, merupakan alat yang efektif untuk mencapai suatu sasaran dan tujuan perusahaan. Jadi, perusahaan dapat memenuhi berbagai kebutuhan konsumen dan dapat menentukan berapa banyak produk yang harus diproduksi. Produk itu dapat diubah dengan berbagai cara untuk mencapai sasaran perusahaan yaitu perubahan warna, bentuk dan lain sebagainya.
Produk adalah suatu sifat yang kompleks, baik itu dapat diraba maupun tidak dapat diraba termasuk pembungkus, warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan dan pengecer yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan dan kebutuhannya (Swasta, 1990).
Produk yang disalurkan langsung ke konsumen akhir hanya sebesar 5%. Sedangkan penjualan secara tidak langsung melalui pedagang perantara yang kemudian menyalurkan produk ke konsumen akhir. Adapun produk yang disalurkan melalui pengecer sekitar 95%. Jumlah yang diproduksi pertahunnya adalah 82.217 unit, hal ini bukan kapasitas penuh karena diharapkan jumlah produksi mencapai 90.000 unit.

Tabel 8. Jumlah Produksi dan Harga Bola Dunia dan Bintang Dunia pada CV. Bintang Dunia Pada tahun 2009
No Uraian Bulan
November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
1 500 mL Harga (Rp) 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
Jumlah (Ltr) 2396 2400 1862 1862 1862 1862 1862 1862 1862 1862 2000 1862
Nilai (Rp) 119.800.000 120.000.000 93.100.000 93.100.000 93.100.000 93.100.000 93.100.000 93.100.000 93.100.000 93.100.000 100.000.000 93.100.000
2 630 mL Harga (Rp) 85.000 85.000 85.000 85.000 85.000 85.000 85.000 85.000 85.000 85.000 85.000 85.000
Jumlah (Ltr) 1850 2054 1750 1750 1750 1750 1750 1750 1750 1750 1900 1750
Nilai (Rp) 157.250.000 174.590.000 148.750.000 148.750.000 148.750.000 148.750.000 148.750.000 148.750.000 148.750.000 148.750.000 161.500.000 1148.750.000
3 1000 mL Harga (Rp) 95.000 95.000 95.000 95.000 95.000 95.000 95.000 95.000 95.000 95.000 95.000 95.000
Jumlah (Ltr) 1650 1729 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1725 1600
Nilai (Rp) 156.750.000 164.255.000 152.000.000 152.000.000 152.000.000 152.000.000 152.000.000 152.000.000 152.000.000 152.000.000 163.875.000 152.000.000
4 2500 mL Harga (Rp) 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000
Jumlah (Ltr) 1500 1754 1400 1400 1400 1400 1400 1400 1400 1400 1700 1400
Nilai (Rp) 150.000.000 175.400.000 140.000.000 140.000.000 140.000.000 140.000.000 140.000.000 140.000.000 140.000.000 140.000.000 170.000.000 140.000.000
TOTAL 583.800.000 634.245.000 533.850.000 533.850.000 533.850.000 533.850.000 533.850.000 533.850.000 533.850.000 533.850.000 595.375.000 533.850.000

Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa produksi sirup markisa untuk 500 mL, 630 mL, 1000 mL dan 2500 mL jumlah yang diproduksi pada bulan Januari sampai dengan bulan Agustus sama karena pada bulan tersebut permintaan akan sirup markisa tidak terlalu banyak, selain itu persediaan buah markisa sangat terbatas jumlahnya karena bukan musim buah markisa berbuah. Berbeda pada bulan September sampai dengan Desember jumlah yang diproduksi lebih banyak diakibatkan oleh permintaan pasar yang tinggi karena adanya perayaan hari-hari besar seperti Idul Fitri, Idul Adha, dan Natal selain itu pada bulan November sampai dengan Desember adalah merupakan musim buah markisa.
Jumlah produksi belum termasuk dalam kapasitas penuh karena jumlah yang diproduksi belum memenuhi target produksi sebesar 90.239 unit walaupun dalam tiap tahunnya pada bulan-bulan tertentu jumlah produksinya akan meningkat tajam, dimana pada bulan November dan Desember. Jumlah produk dari CV. Bintang Dunia terjual habis karena banyaknya permintaan masyarakat disamping itu mutunya juga cukup baik. Untuk mempertahankan mutu produk yang dihasilkan, CV.Bintang Dunia mengurangi penggunaan bahan pengawet untuk menjaga kesehatan konsumen. Selain itu mempertahankan ciri khas dari rasa produknya yaitu rasa buah markisa asli .
Konsumen merasa cukup puas dengan mengkonsumsi sirup markisa yang diproduksi oleh CV. Bintang Dunia, karena rasa sirup yang dihasilkan aroma markisanya lebih terasa. Dalam seminggu proses produksi berlangsung sebanyak 3 kali, sehingga dalam sebulannya berlangsung ±12 kali dan dalam setahunnya berlangsung proses produksi sebanyak ± 144 kali.
b. Harga (Price)
Harga merupakan sejumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan produk tersebut. Harga memegang peranan penting dalam kegiatan pemasaran, karena merupakan faktor penentu dari permintaan pasar untuk produk tersebut. Dengan demikian, harga suatu produk dapat mempengaruhi posisi persaingan dan cakupan pasar, serta program pemasaran pada suatu perusahaan.
Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditentukan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan barang atau jasa (Tjiptono, 1999).
Harga adalah sejumlah uang dan atau barang yang dibutuhkan untuk mendapatkan kombinasi dari barang yang lain yang disertai dengan pemberian jasa. Harga merupakan elemen dari bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, dimana suatu saat harga akan stabil dalam waktu tertentu tetapi dalam seketika harga dapat juga meningkat atau menurun dan juga merupakan satu-satunya elemen yang menghasilkan pendapatan dari penjualan.
Ada beberapa kategori harga dari Markisa ini antara lain :
Harga Eceran
Markisa juice isi 2 BTL 500 PET + DOS Rp 50.000,- / DOS
Markisa Juice isi 3 BTL TT + DOS Rp 85.000,- /DOS
Markisa juice isi 2 BTL PET + DOS Rp 95.000,- /DOS
Markisa juice 2,5 LTR + Keranjang Rp 100.000,- /KRJ
Saat ini penjualan produk sirup markisa sudah mencapai 82.217 unit dari 90.239 unit. Penjualan perusahaan hanya mencapai 82% sedangkan perusahaan mengharapkan jumlahnya mencapai 90%.
c. Tempat atau Distribusi (Place)
Tempat berarti kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi konsumen sasaran. Tempat sangat berkaitan erat dengan distribusi. Distribusi menunjukkan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan agar produk dapat diperoleh dan tersedia bagi konsumen sasaran.

Pada umumnya setiap perantara yang melakukan usaha menyalurkan barang atau jasa kepada konsumen atau pemakai akhir membentuk suatu tingkatan saluran, sehingga baik produsen maupun konsumen atau pemakai akhir merupakan bagian dari setiap saluran.
Keputusan penentuan lokasi dan saluran yang digunakan untuk memberikan jasa kepada pelanggan melibatkan pemikiran tentang bagaimana cara mengirimkan atau menyampaikan jasa kepada pelanggan dan dimana hal tersebut akan dilakukan. Ini harus dipertimbangkan karena dalam bidang jasa sering kali tidak dapat ditentukan tempat dimana akan diproduksi dan dikonsumsi pada saat bersamaan.
Saluran distribusi dapat dilihat sebagai kumpulan organisasi yang saling bergantungan satu sama lainnya yang terlibat dalam proses penyediaan sebuah produk/pelayanan untuk digunakan atau dikonsumsi. Penyampaian dalam perusahaan jasa harus dapat mencari agen dan lokasi untuk menjangkau populasi yang tersebar luas. Sebagai salah satu variabel marketing mix, place / distribusi mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu perusahaan memastikan produknya, karena tujuan dari distribusi adalah menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen pada waktu dan tempat yang tepat.
Kegiatan distribusi yang dilakukan CV.Bintang Dunia adalah penjualan langsung dan tidak langsung. Penjualan langsung dilakukan kepada masyarakat umum yang sewaktu-waktu langsung ke perusahaan untuk membeli produk sirup markisa tanpa melalui prantara. Produk yang disalurkan langsung ke konsumen akhir hanya sebesar 5%. Sedangkan penjualan secara tidak langsung melalui pedagang perantara yang kemudian menyalurkan produk ke konsumen akhir. Adapun produk yang disalurkan melalui pengecer sekitar 95% dengan jumlah pelanggan tetap yaitu sebanyak ± 38 toko.

Pemasaran minuman sari buah markisa yang telah dilakukan CV. Bintang Dunia yaitu pada toko-toko langganan yang berada di daerah Sulawesi Selatan khususnya Makassar, dan pada daerah yang berada di luar Sulawesi Selatan yaitu Manado, Surabaya dan Jakarta.
Pemasaran minuman Sari Buah Markisa yang telah dilakukan oleh CV. Bintang Dunia yaitu pada toko-toko langganan yang berada di daerah Sulawesi Selatan khususnya Makassar, dan pada daerah yang diluar Sulawesi Selatan yaitu Manado, Surabaya, dan Jakarta. Dengan perincian yaitu yang berada di wilayah Makassar sebanyak 35 toko dam untuk Manado, Surabaya dan Jakarta masing-masing 1 toko. Pelanggan merasa cukup puas dengan pelayanan CV. Bintang Dunia karena memberi kemudahan dalam transaksi jual-beli, dimana pihak pengecer tidak harus membayar secara tunai melainkan dapat mentransfer kepada CV.Bintang Dunia. Di samping itu pihak CV. Bintang Dunia memberikan pembayaran secara kredit kepada pihak pengecer.
d. Promosi (Promotion)
Promosi merupakan salah satu variabel dalam marketing mix yang sangat perlu dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan barang dan jasanya. Dengan promosi, perusahaan dapat menyampaikan informasi kepada konsumen berupa pengetahuan tentang produk yang meliputi keunggulan dan kekurangan dari produk tersebut dibandingkan dengan produk pesaing sehingga mereka tertarik untuk melakukan pembelian.
Menurut Philip Kotler promotion tools didefinisikan sebagai berikut :
1) Advertising (Periklanan) Suatu promosi barang atau jasa yang sifatnya non personal dilakukan oleh sponsor yang diketahui.
2) Personal selling (Penjualan perorangan)
Penjualan perorangan yang dilakukan oleh para wiraniaga yang mencoba dan membujuk untuk melakukan penjualan sekaligus.

3) Sales promotion (Promosi penjualan)
Suatu kegiatan yang dimaksud untuk membantu mendapatkan konsumen yang bersedia membeli produk atau jasa suatu perusahaan.
4) Public relation (Publisitas)
Suatu kegiatan pengiklanan secara tidak langsung dimana produk atau jasa suatu perusahaan disebarluaskan oleh media komunikasi.
Promosi adalah kegiatan pemasaran yang sangat penting bagi perusahaan untuk memperkenalkan produknya kepada konsumen, sedangkan distribusi merupakan proses pendistribusian produk dan jasa yang sesuai dan terorganisir sehingga terjadi keefektifan penjualan (Rizal, 2008).
Promosi yang dilakukan oleh CV. Bintang Dunia tidak banyak. Dalam hal ini perusahaan lebih banyak melakukan personal selling atau menjual sendiri dan tidak mengiklankan produknya. Di mana perusahaan melakukan kontak langsung dengan para calon pembeli. Dengan adanya kontak langsung ini diharapkan terciptanya hubungan atau interaksi yang baik antara perusahaan dengan pembelinya.
Perusahaan hanya mempromosikan produknya dari mulut ke mulut, hal ini disebabkan perusahaan belum memiliki anggaran khusus dalam hal promosi ke media cetak atau media elektronik tapi perusahaan sering mengikuti pameran atau pelatihan yang diadakan oleh Dinas Perindustrian. Pihak perusahaan merasa hal ini masih kurang efektif, sehingga pihak perusahaan berusaha agar promosi produk yang dihasilkan bias diperluas hingga ke berbagai media baik media cetak maupun media elektronik agar produk sari buah markisa ini dapat dikenal oleh masyarakat luas baik yang berada di sekitar wilayah Makassar maupun yang berada di luar wilayah Makassar.
Perusahaan merasa cukup puas dengan kinerja karyawan bidang produksi dan pemasaran, hal ini dapat dilihat pada bidang penjualan jumlah produk yang dijual sudah hampir mencapai target penjualan sebesar 90.239 unit, walaupun hasil penjualannya hanya mencapai 82.217 unit. Pada bidang produksi perusahaan merasa cukup puas dengan kinerja karyawannya karena dapat menghasilkan produk secara tepat waktu. CV. Bintang Dunia memiliki kendala sumber daya dalam hal ini pengadaan bahan baku dimana ketersediaan jumlah bahan baku yang terbatas berakibat kapasitas produksi rendah sehingga jumlah penjualan pun rendah.
CV. Bintang Dunia merasa puas dengan volume penjualannya walaupun terdapat banyak pesaing yang menghasilkan produk yang sama, hal ini dapat dilihat dari banyaknya konsumen yang mengkonsumsi produk yang dihasilkan oleh CV. Binang Dunia karena memiliki keunggulan dalam hal rasa sehingga permintaan(demand) konsumen yang semakin meningkat tiap tahunnya. Walaupun penawaran oleh perusaaan tidak menetap akibat keterbatasan bahan baku. Keterbatasan bahan baku ini karena sulit memperoleh bahan baku yang disebabkan karena banyak pesaing yang membutuhkan bahan baku yang sejenis.
1.4.4 Proses Pengendalian Dampak Lingkungan
Setiap perusahaan tentunya mempunyai dampak terhadap lingkungan sekitar tempat usaha tersebut didirikan baik itu dampak lingkungan yang positif maupun negatif. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan usaha yang mampu memahami keadaan lingkungan tersebut dan dapat mempengaruhi jalannya perusahaan.
Dampak adalah setiap perubahan yang terjadi dalam lingkungan akibat adanya aktivitas manusia. Dalam peraturan pemerintah diartikan sebagai perubahan lingkungan. Menurut Sumarwoto (2001), dampak adalah perbedasan antara kondisi lingkungan yang diperkirakan akan ada tanpa adanya pembangunan. Dampak lingkungan dikategorikan atas dua bagian yaitu dampak fisik-kimia serta dampak sosial ekonomi.

Adapun hasil limbah dari proses produksi CV. Bintang Dunia hanya berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah padat ini berasal dari sisa-sisa hasil kulit buah dan biji markisa. Dan limbah cairnya berasal dari limbah endapan/busa sari buah markisa serta limbah pencucian buah markisa dan peralatan yang digunakan selama proses produksi. Kesemua limbah itu dibuang pada tempat-tempat yang disediakan.
Limbah padat yang dihasilkan yang berupa kulit buah markisa ini dibuang di tempat penampungan yang berada di halaman perusahaan. Akan tetapi, penampungan tersebut ukurannya sangat kecil sehingga tidak mampu menampung semua kulit buah markisa. Akibatnya, kulit buah tersebut berserakan di sekitar halaman perusahaan dan akan menimbulkan bau yang menyengat dan merusak pemandangan. Limbah cair yang dihasilkan yaitu berupa endapan/busa dari sari buah markisa. Pengelolaan limbah ini dilakukan dengan cara, endapan/busa tersebut diletakkan disuatu wadah (baskom) kemudian endapan dalam wadah tersebut dibuang di saluran pembuangan yang nantinya akan mengalir ke parit. Selain itu endapan cair yang berupa hasil pencucian buah markisa ini langsung dialirkan ke saluran pembuangan air. Hasil pencucian peralatan juga mengasilkan limbah cair yang akan dialirkan ke saluran pembuangan air yang nantinya akan menuju parit.
Dampak lingkungan sosial ekonomi yang ditimbulkan oleh CV. Bintang Dunia adalah membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar lokasi usaha yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan bagi mereka. Dengan demikian mereka dapat mengurangi jumlah pengangguran berarti juga telah membantu program pemerintah. Sedangkan dampak lingkungan ekologi yang ditimbulkan oleh CV. Bintang Dunia berupa buah kulit markisa yang merupakan sisa-sisa dari proses produksi dan tidak terlalu membahayakan lingkungan sekitar.

Adapun biaya yang digunakan untuk pengendalian dampak lingkungan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Biaya AMDAL CV. Bintang Dunia Tahun 2009.
Uraian Bulan Harga (Rp)
Biaya pengangkutan sampah November
Desember
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober 50.000
50.000
70.000
70.000
70.000
70.000
70.000
70.000
70.000
70.000
Total 760.000

Berdasarkan Tabel 9 dijelaskan pengeluaran biaya kebersihan pada tiap bulannya adalah tidak menentu hal ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah dalam menetapkan biaya kebersihan yang harus dibayar oleh perusahaan kepada Dinas Kebersihan Kota Makassar. Pada perusahaan CV. Bintang Dunia mempunyai keuangan yang khusus untuk biaya kebersihan yang mana dimasukkan ke dalam biaya variabel pada perusahaan. Biaya kebersihan yang dimaksud adalah biaya pengangkutan sampah. Pada bulan November dan Desember pada tahun 2008 hanya berkisar Rp 50.000, sedangkan pada tahun 2009 mengalami peningkatan.

1.4.5 Proses Pengendalian Keuangan
Menurut Harnanto (1992), biaya adalah sebagai berikut: Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkui pembagian kepada penanam modal. Dalam arti luas, biaya (cost) adalah jumlah uang yang dinyatakan dan sumber-sumber (ekonomi) yang dikorbankan terjadi dan akan terjadi untuk rnendapatkan sesuatu atau mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut lAl/SAK (1994), pengertian biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu, sehingga biaya dalam arti luas diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.
Biaya memegang peranan penting dalam mengembangkan suatu usaha. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang dan jasa akan menentukan besar kecilnya harga dari produk yang dihasilkan. Analisis biaya bertujuan untuk melihat berapa besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam periode tertentu.
Keberhasilan suatu perusahaan dinilai dari jumlah pendapatan yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Pendapatan dalam pengertian umum adalah hasil produksi dalam bentuk materi dan dapat kembali digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan sarana dan prasaana produksi. Pada umumnya biaya yang dikeluarkan dalam setiap usaha terbagi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tetap (variabel cost).
Biaya Tetap (fixed cost)
Biaya tetap atau fixed cost adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan yang sifatnya tidak terpengaruh terhadap besar kecilnya jumlah produksi. Biaya tetap merupakan biaya yang sifatnya tidak terpengaruh oleh besarnya produksi, terdiri dari pajak, penyusutan alat, bunga pinjaman, sewa tanah, dan lain-lain.
Biaya tetap memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu.
2) Pada biaya tetap, biaya satuan (unit cost) akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan.

Tabel 10 Analisis Biaya Tetap CV. Bintang Dunia
No Uraian November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
1 NPA 8.386.129 8.386.129 8.386.129 8.386.129 8.386.129 8.386.129 8.386.129 8.386.129 8.386.129 8.386.129 8.386.129 8.386.129
2 Pajak 208.333 208.333 208.333 208.333 208.333 208.333 208.333 208.333 208.333 208.333 208.333 208.333
3 Gaji TK tetap 80.500.000 80.500.000 80.500.000 80.500.000 80.500.000 80.500.000 80.500.000 80.500.000 80.500.000 80.500.000 80.500.000 80.500.000
4 Rek.Telepon 1.500.000 1.700.000 1.200.000 1.312.000 1.251.220 1.437.000 1.325.000 1.151.000 1.321.000 1.471.000 1.521.000 1.200.000
5 Rek.Listrik 3.312.000 3.450.000 3.512.000 3.630.000 2.712.000 2.832.000 2.270.000 2.112.000 2.870.000 3.115.000 2.975.000 2.720.000
6 Biaya ATK 187.000 115.000 100.500 132.715 173.000 187.000 192.000 121.000 187.000 132.500 197.500 190.000
Total 94.093.462 94.359.462 93.906.962 94.169.177 93.230.682 93.550.462 92.881.462 92.478.462 93.472.462 93.812.962 93.787.962 93.204.462

Berdasarkan Tabel 10, dijelaskan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan CV. Bintang Dunia yaitu biaya tetap yang mana biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu. Yang termasuk ke dalam biaya ini yaitu NPA (Nilai Penyusutan Alat) dapat dilihat nilai penyusutan biaya pada setiap bulannya sama yaitu sekitar Rp 8.386.129 tidak mengalami perubahan, total pajak sekitar Rp 208.333 yang dikeluarkan oleh perusahaan pada setiap bulannya tetap sama dan tidak mengalami peningkatan. Begitupun dengan gaji Rp 80.500.000, dan biaya-biaya lainnya seperti rekening listrik, telepon, dan ATK, masing-masing yaitu Rp 3.312.000, Rp 1.500.000, dan Rp 187.000.
Biaya Variabel (variabel cost)
Biaya variabel atau variabel cost adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan yang berubah-ubah dan berpengaruh terhadap besar kecilnya jumlah produksi.
Biaya variabel memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding
(proportional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar
volume kegiatan semakin tinggi jumlah total biaya variabel, semakin
rendah volume kegiatan semakin rendah jumlah total biaya variabel.
2) Pada biaya variabel, biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan
volume kegiatan, jadi biaya satuan konstan.

Tabel 11 Analisis Biaya Variabel CV. Bintang Dunia
No Uraian November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
1 B.Baku Utama 20.750.000 23.250.000 12.000.000 8.000.000 12.800.000 10.000.000 12.150.000 18.150.000 14.790.000 19.500.000 34.980.000 19.500.000
2 B.Baku Penolong 12.492.600 14.571.600 18.395.600 8.643.900 9.711.300 11.023.600 8.696.300 8.315.400 10.663.400 13.731.000 13.330.000 14.945.000
3 B.Wadah dan Kemasan 6.464.000 10.837.000 5.834.250 5.328.950 5.678.125 7.223.000 7.223.000 7.223.000 9.712.000 9.712.000 19.434.000 3.560.100
4 Gaji Tenaga Kerja Harian 13.000.000 20.800.000 14.400.000 13.000.000 13.000.000 13.000.000 13.000.000 13.000.000 13.000.000 13.000.000 26.000.000 14.040.000
5 B.Transportasi 300.000 350.000 200.000 175.000 237.000 325.000 250.000 312.000 270.000 275.000 315.000 250.000
6 Biaya Kebersihan 50.000 50.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000
7 Biaya Operasional 785.000 812.000 537.000 612.000 813.000 671.000 813.000 513.000 636.000 785.000 621.000 636.500
TOTAL 53.841.600 70.670.600 51.436.850 35.829.850 42.309.425 42.312.600 42.202.300 47.583.400 49.141.400 57.073.000 94.750.000 53.001.600

Berdasarkan Tabel 11, dijelaskan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan CV. Bintang Dunia yaitu biaya variabel yang mana biaya yang jumlah totalnya tidak tetap sehingga dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu. Yang termasuk ke dalam biaya variabel adalah biaya bahan baku utama, biaya bahan baku penolong, biaya wadah dan kemasan, biaya gaji tenaga kerja harian, biaya transportasi, biaya kebersihan, biaya operasional yang mengalami perubahan setiap bulannya.
Analisis Pendapatan
Pendapatan dalam pengertian umum adalah hasil produksi yang diperoleh dalam bentuk materi dan dapat dibelanjakan kembali guna memenuhi akan sarana produksi dan kebutuhan lainnya. Pada umumnya
pendapatan ini diperoleh dari hasil penjualan produk. Pendapatan adalah keuntungan atau hasil bersih yang diperoleh petani dari hasil produksinya (Daniel, 2004).
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1999) menyebutkan bahwa pendapatan adalah: “Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode, bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal”.
Menurut Suwardjono (1984) dalam buku teori Akuntansi Perekayasaan Akuntansi Keuangan bahwa dari aspek fisik pendapatan dapat dikatakan sebagai hasil akhir suatu aliran fisik dalam proses menghasilkan laba. Aspek moneter memberikan pengertian bahwa pendapatan dihubungkan dengan aliran masuk aktiva yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas. Pendapatan diukur dengan nilai wajar yang dapat diterima, jumlah pendapatan biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli yang diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah discount dagang dan rabat volume yang diperbolehkan perusahaan, umumnya berbentuk kas atau setara kas.
Bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau yang dapat diterima.
Bila barang atau jasa dipertukarkan untuk barang atau jasa dengan sifat nilai yang sama maka pertukaran tidak dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Dan bila barang dijual atau jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang dan jasa yang tidak serupa pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer (Anonim 8, 2009).
Potensi yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat terus beroperasi. Potensi yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat terus produktif adalah konsistensi terhadap mutu produk sirup markisa yang dihasilkan. Sehingga menumbuhkan brand image yang baik di mata konsumen, dimana adanya kepercayaan konsumen terhadap mutu produk yang dihasilkan oleh perusahaan mengakibatkan timbulnya pangsa pasar tersendiri bagi produk sirup markisa yang ditawarkan. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas dibutuhkan tenaga kerja yang berpengalaman, sehingga dibutuhkan proses pendidikan dan pelatihan untuk menunjang upaya peningkatan mutu perusahaan.
Bentuk pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh perusahaan CV. Bintang Dunia yaitu dengan mengikuti pelatihan dan seminar yang diadakan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan dan Pusat Pelatihan dan Promosi Ekspor Daerah Makassar, diikuti oleh Pimpinan dan karyawan perusahaan yang umumnya dilakukan 2 kali dalam setahun. Sedangkan pelatihan bagi tenaga kerja harian dilakukan pada saat awal penerimaan tenaga kerja, dan pada saat melakukan sortasi bahan baku. Selain itu, manfaat pendidikan dan pelatihan bagi perusahaan adalah staf lebih termotivasi, dan produk cacat berkurang.

Tabel 12. Analisis Pendapatan CV. Bintang Dunia Keluruhan Lette, Kecamatan Mariso, Kota Makassar, 2009.

No Uraian Bulan
November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
1 Penerimaan Pendapatan 196.800.400 270.621.000 302.785.000 187.930.800 148.920.000 152.876.000 169.754.700 156.342.000 170.704.000 194.131.100 217.018.000 498.767.000
2 Biaya
Tetap 94.093.462 94.359.462 93.906.962 94.169.177 93.230.682 93.550.462 92.881.462 92.478.462 93.472.462 93.812.962 93.787.962 93.204.462
3 Biaya
Variabel 53.991.600 70.820.600 51.566.850 25.052.465 31.706.725 42.442.600 42.332.300 38.033.400 40.248.000 45.029.500 71.709.500 38.066.412
4 Total
Biaya 148.085.062 165.180.062 145.473.812 119.221.642 124.937.407 135.993.062 135.213.762 130.511.862 133.720.462 138.842.462 165.497.462 131.270.874
5 Pendapatan
Kotor 48.715.338 105.440.938 157.311.188 68.709.158 23.982.593 16.882.938 34.540.938 25.830.138 36.983.538 55.288.638 51.520.538 367.496.126
6 Pajak
Pendapatan 4.871.534 10.544.094 15.731.119 6.870.916 2.398.259 1.688.294 3.454.094 2.583.014 3.698.354 5.528.864 5.152.054 36.749.613
7 Pendapatan
Bersih 43.843.804 94.896.844 141.580.069 61.838.242 21.584.334 15.194.644 31.086.844 23.247.124 33.285.184 49.759.774 46.368.484 330.746.513

1.5 Peta Agrosistem
Peta penampilan kinerja agrosistem dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang pengalokasian sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan ke berbagai sub sistem usaha agrosistem. Disamping itu peta penampakan kinerja agrosistem juga dapat memberikan deskripsi tentang arus uang, barang dan jasa serta informasi di lingkungan perusahaan agrosistem baik antara perusahaan agrosistem dengan pihak-pihak luar maupun sebaliknya.
Untuk lebih jelasnya mengenai peta penampakan kinerja agrosistem dapat dilihat pada gambar berikut :

3 7

4 8

2 6 9

5

20
21
17
1

14 11 10
18 13 13 12

16

15

19

Gambar 9. Peta Penampakan Kinerja Agrosistem Pada CV. Bintang Dunia di Kel. Lette, Kec. Mariso, Kota Makassar, 2009.

Keterangan Gambar :
1. Lembaga keuangan menyediakan sumberdaya finansial berupa pinjaman bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya.
2. Sumberdaya perusahaan dialokasikan ke proses investasi untuk pengadaan dan perbaikan sumberdaya perusahaan.
3. Proses investasi dipergunakan untuk memperoleh sumberdaya di pasar benda modal.
4. Pasar benda modal menyediakan sumberdaya yang disimpan di proses investasi perusahaan.
5. Benda modal yang disimpan dalam proses investasi dibutuhkan oleh perusahaan dalam menjalankan usaha.
6. Pengalokasian sumberdaya manusia dan finansial untuk pengadaan bahan baku.
7. Sumberdaya yang digunakan dalam proses pengadaan bahan baku dialokasikan ke pasar input untuk pengadaan bahan baku buah markisa, bahan pelengkap/tambahan.
8. Pasar input menyediakan bahan utama yaitu markisa, bahan pelengkap berupa natrium benzoat, CMC, asam sitrat,dan bahan lain yang diperlukan dalam proses produksi minuman sirup markisa.
9. Lingkungan alam (musim) mempengaruhi proses pengadaan bahan baku utama karena markisa merupakan tanaman/buah musiman sehingga diperoleh hanya waktu tertentu saja saat bulan November-Desember.
10. Bahan baku dan bahan penolong yang diperoleh dari proses pengadaan bahan baku dialokasikan untuk proses produksi minuman sari buah markisa.
11. Pengalokasian sumberdaya manusia, peralatan dan finansial yang dimiliki oleh perusahaan pada proses produksi minuman sirup markisa.
12. Limbah dari proses produksi sirup markisa dapat mempengaruhi alam di sekitar perusahaan.
13. Produk sirup markisa yang dihasilkan selanjutnya akan dipasarkan melalui proses pemasaran.
14. Pengalokasian sumberdaya manusia dan finansial untuk proses pemasaran.
15. Produk minuman sirup markisa yang dihasilkan didistribusikan ke pasar output.
16. Penerimaan yang diperoleh dari penjualan di pasar output dialokasikan kembali ke proses pemasaran.
17. Setelah penerimaan kembali ke proses pemasaran maka digunakan untuk pengadaan sumberdaya perusahaan.
18. Lancar tidaknya proses pemasaran ini ditentukan oleh hubungan perusahaan melihat pelaku-pelaku pasar (produsen, konsumen, dan distributor).
19. Pengalokasian sumberdaya finansial perusahaan untuk memenuhi kewajiban perusahaan secara tunai yang dilakukan secara berangsur-angsur.
20. Perusahaan memberikan dampak positif bagi lingkungan sosial dengan menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat.
21. Lingkungan sosial menyediakan sumberdaya manusia yang dibutuhkan oleh perusahaan.

BAGIAN II STUDI PROBLEMATISASI

2.1 Analisis Masalah Pengembangan Agrosistem
Analisis masalah pengembangan agrosistem merupakan suatu tahap atau kegiatan analisis yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mengenali, menguraikan dan menganalisis permasalahan yang terdapat dalam agrosistem, sasarannya adalah tersusunnya daftar persoalan yang akan mempermudah penyusunan rancangan pemecahannya. Dalam pelaksanaan analisis masalah pengembangan agrosistem ini, ada beberapa tahapan yang harus dilewati. Tahapan tersebut adalah (1) Identifikasi masalah, (2) Masalah utama dan (3) Struktur masalah.
2.1.1 Identifikasi Masalah
Menurut Kepner dan Tregoe (1992), mengatakan bahwa masalah adalah situasi yang memerlukan kita untuk bertindak dengan sepenuhnya atau sebagian yang menjadi bagian kita atau dengan kata lain ada sesuatu yang harus dikerjakan dan kitalah yang harus mengerjakannya.
Identifikasi masalah bertujuan untuk mencari, melihat dan menilai situasi mana yang menghambat dan menemukan tindakan perbaikan dan penyelesaian. Adapun pemilahan masalah yang dihadapi oleh CV. Bintang Dunia dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 11: Matriks Pemilihan Masalah pada Setiap Aspek Manajemen CV. Bintang Dunia di Kelurahan Lette, Kecamatan Mariso, Kota Makassar, 2009.
No
Uraian Masalah Aspek Manajemen
Sumber daya Pengadaan Bahan baku Produksi Pemasaran
L M F P
1 Jumlah Bahan Baku 
2. Jumlah Produksi 
3. Ketersediaan bahan baku  
4. Daerah pasokan bahan baku 
5. Pedagang pengumpul 
6. Hubungan Kerja  
7. Pendidikan tenaga kerja bagian produksi  
8. Kualitas tenaga kerja bagian produksi  
9 Kinerja tenaga kerja bagian produksi  
10. Jumlah penjualan  
11. Kapasitas penjualan  

Berdasarkan Tabel 11 di atas, dapat kita lihat bahwa terdapat beberapa masalah terpilih pada setiap aspek manajemen. Pada menajemen pengadaan bahan baku beberapa masalahnya adalah jumlah bahan baku, jumlah produksi, ketersediaan bahan baku, daerah pasokan bahan baku dan pedagang pengumpul. Beberapa masalah terpilih yang berhubungan dengan aspek manajemen bagian produksi yaitu ketersediaan bahan baku, hubungan kerja, pendidikan, kualitas dan kinerja tenaga kerja bagian produksi. Pada aspek manajemen bagian sumberdaya manusia beberapa masalah terpilihnya adalah hubungan kerja, pendidikan, kualitas dan kinerja tenaga kerja bagian produksi.

Beberapa masalah terpilih yang berhubungan dengan aspek manajemen bagian sumberdaya finansial dan bagian pemasaran yaitu jumlah dan kapasitas penjualan.
Berdasarkan matriks pemilihan masalah pada setiap aspek manajemen, maka selanjutnya melihat masalah yang terjadi pada perusahaan CV. Bintang Dunia dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 12. Matriks Kesenjangan Fakta, Masalah, dan Sasaran pada CV. Bintang Dunia di Kelurahan Lette, Kecamatan Mariso, Kota Makassar, 2009.
No Fakta Masalah Sasaran
1. Jumlah pasokan bahan baku tahun 2009 sebanyak 65.250 kg Pasokan bahan baku kurang. Jumlah pasokan bahan baku diharapkan mencapai 73.550 kg
2. Produksi tahun 2008 – 2009 sebanyak 82.217 unit sirup markisa Jumlah produksi rendah Produksi ditargetkan sebanyak 90.239 unit sirup markisa
3. Banyaknya pesaing yang membutuhkan bahan baku yang sama pada pemasok yang sama. Sulit memperoleh bahan baku markisa.

Langganan pemasok bahan baku bertambah.
4. Daerah pasokan bahan baku berasal dari Malino, Tanah Toraja, dan Malakaji. Daerah pasokan bahan baku terbatas.
Meluasnya daerah pasokan bahan baku.
5. Bahan Baku yang tersedia setiap bulannya berbeda seperti pada bulan September, November dan Desember jumlah bahan baku yang tersedia lebih banyak, sedangkan pada bulan lainnya lebih sedikit Ketersediaan bahan baku tidak tetap Bahan baku yang tersedia tiap bulannya tetap
6.

Terdapat satu pedagang pengumpul pada setiap daerah pasokan bahan baku. 1. Kurangnya pedagang pengumpul.
2. Relasi terbatas Jumlah pedagang pengumpul di setiap daerah pasokan memadai.
7. Pendidikan tenaga kerja bagian produksi rata-rata hanya sampai tingkat SD 1. Pendidikan tenaga kerja bagian produksi rendah.
2. Kualitas tenaga kerja bagian produksi rendah. Pendidikan tenaga kerja bagian produksi tinggi
8. Tenaga kerja bagian produksi dapat menghasilkan produk 274 botol per orang dalam setiap bulannya.
3. Kinerja tenaga bagian produksi rendah Tenaga kerja bagian produksi dapat menghasilkan produk 350 botol per orang dalam setiap bulannya.
9. Jumlah penjualan pada tahun 2008-2009 untuk produk markisa yaitu 67.172 Jumlah penjualan rendah. Jumlah penjualan pada tahun 2008-2009 untuk produk markisa yaitu 73.725
10 Kapasitas penjualan tahun 2008 – 2009 untuk produk sirup markisa 82%. Kapasitas penjualan rendah Kapasitas penjualan produk sirup markisa 90%

Identifikasi masalah dimaksudkan agar kita dapat melihat situasi dalam agrosistem yang memerlukan kita untuk mengambil suatu tindakan. Masalah yang ditemukan dalam agrosistem kemudian dibagi menjadi persoalan dan kendala. Adapun masalah yang ditemukan pada CV. Bintang Dunia adalah sebagai berikut:
1. Pasokan Bahan Baku Kurang
Bahan baku buah Markisa diperoleh dari petani markisa yang terdapat di Malino, Malakaji dan Toraja sangat terbatas. Jumlah pasokan yang terpenuhi di tahun 2009 sebesar 65.250 kg, padahal target awalnya perusahaan harus memenuhi pasokan buah markisa sebesar 73.550 kg.
2. Jumlah produksi rendah
Kapasitas produksi perusahaan selalu tidak mencukupi/kurang, awalnya perusahaan menargetkan akan memproduksi 90.239 unit sirup markisa, namun karena pasokan bahan baku terbatas maka perusahaan hanya mampu memproduksi 82.217 unit sirup markisa.
3. Sulit memperoleh bahan baku markisa
Buah markisa hanya terdapat pada daerah tertentu, tidak terdapat pada semua daerah.
4. Daerah pasokan bahan baku terbatas
Daerah pemasok pada CV. Bintang Dunia hanya berasal dari 3 daerah yaitu Malino, Malakaji, dan Tanah Toraja.
5. Ketersediaan bahan baku tidak tetap
Buah markisa tergantung dari musim. Dimana buah markisa hanya berbuah pada bulan November-Desember.
6. Kurangnya pedagang pengumpul
Pada daerah pasokan bahan baku hanya terdapat 1 – 2 orang pedagang pengumpul.
7. Relasi terbatas
Relasi yang kurang di setiap daerah pasokan bahan baku karena kurangnya pedagang pengumpul.
8. Pendidikan tenaga kerja bagian produksi rendah
Pendidikan tenaga kerja bagian produksi rata-rata hanya sampai pda tingkat SD.
9. Kualitas tenaga kerja bagian produksi rendah
Dengan pendidikan yang rata-rata hanya sampai pada tingkat SD maka akan mempengaruhi kualitas tenaga kerja bagian produksi menjadi rendah.
10. Kinerja tenaga kerja bagian produksi rendah
Kinerja tenaga kerja bagian produksi rendah, hal ini terjadi akibat pendidikan dan kualitas tenaga kerja yang rendah sehingga berakibat pada jumlah produksi.

11. Jumlah penjualan rendah
Jumlah penjualan yang ditargetkan oleh perusahaan belum tercapai, hal ini dilihat pada tahun 2009 jumlah penjualan produk sirup masih rendah.
12. Kapasitas Penjualan rendah
Kapasitas penjualan yang ditargetkan oleh perusahaan belum tercapai, hal ini dilihat pada tahun 2009 jumlah penjualan produk sirup masih rendah.
2.1.2 Masalah Utama
Masalah merupakan suatu penyimpangan atau ketidak seimbangan antar apa yang seharusnya terjadi dan apa yang sebenarnya terjadi. Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh perubahan tertentu. Untuk dapat menciptakan suatu masalah perlu dilakukan analisis yang berguna untuk dapat menemukan sebabnya dan akhirnya dengan pengambilan suatu keputusan. Masalah utama merupakan masalah terpilih diantara beberapa masalah yang ada.
Pada CV. Bintang Dunia yang menjadi masalah utama adalah “Jumlah Produksi Rendah“. Yang disebabkan oleh pasokan bahan baku kurang dan ketersediaan bahan baku yang tidak tetap.
2.1.3 Struktur Pohon Masalah
Struktur masalah ini bertujuan untuk menyusun masalah-masalah yang dituangkan dalam bentuk struktur pohon masalah untuk menghubungkan antara masalah yang satu dengan masalah lain, dengan struktur masalah ini dapat lebih mudah mengetahui sasaran utama dan antara.
Berdasarkan pada beberapa masalah yang diidentifikasi maka dapat diketahui bahwa masalah tersebut saling terkait antara satu dengan lainnya, dimana ada masalah yang menjadi penyebab masalah lain ataupun suatu masalah yang timbul akibat masalah yang satu atau sebelumnya. Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan sebab akibat dari masalah-masalah yang ada pada perusahaan dapa dilihat pada Gambar 10.

Akibat

Sebab

Keterangan :
Masalah utama
Sebab
Akibat

Gambar 10. Struktur Masalah Pengembangan Usaha pada CV. Bintang Dunia, Kelurahan Lette, Kecamatan Mariso, Kota Makassar, 2009.
2.2 Analisis Sasaran Pengembangan Agrosistem
Sasaran merupakan kriteria bagi keputusan yaitu perincian khusus yang harus dicapai oleh perusahaan. Sasaran ditetapkan setelah menetapkan tujuan dari keputusan dan menyetujui tindakan yang harus dicapai. Hal ini dikerjakan sebelum membahas alternatif. Sasaran adalah ukuran yang sejalan mengenai tujuan yang ingin dicapai, sebab dengan ukuran yang jelas kita dapat mengambil pilihan yang beralasan.
Analisis sasaran merupakan suatu analisis yang bertujuan untuk mencari jawaban terhadap masalah yang telah diidentifkasi pada tahap analisis masalah pengembangan usaha. Analisis sasaran ini dapat memberikan suatu informasi yang didalammnya terdapat rangkaian hubungan tindakan hasil yang ditunjukkan dalam diagram. Sasaran hasil sebagai suatu keadaan masa datang yang akan dicapai merupakan perbaikan dari masalah yang terjadi sekarang yang ditemukan dalam suatu perusahaan.
Tahapan sasaran hasil ini diawali dengan menetapkan sasaran hasil yang diperoleh dari proses transformasi positif dari masalah yang ditemukan pada diagnosa masalah kemudian sasaran-sasaran hasil itu ditetapkan sasaran utamanya selanjutnya dibuat dalam suatu struktur sasaran untuk menentukan sasaran utama yang paling esensial untuk dilakukan dengan sasaran lainnya berada dalam suatu sistem yang saling mengkait, sehingga penyelesaian sasaran utama akan memudahkan sasaran-sasaran lainnya.
2.2.1 Penetapan Sasaran
Penetapan sasaran didasarkan pada analisis masalah, dimana semua persoalan yang ditemukan pada perusahaan kasus kemudian dipositifkan untuk memperoleh sasaran yang ingin dicapai oleh perusahaan. Sasaran tersebut dapat diuraikan sebaga berikut :

1. Pasokan Bahan Baku Bertambah
Jumlah bahan baku markisa meningkat dari 65.250 kg menjadi 73.550 kg.
2. Jumlah produksi meningkat
Jumlah produksi perusahaan meningkat dari 19.500 unit menjadi 30.000 unit.
3. Mudah memperoleh bahan baku
Dengan adanya pesaing yang membutuhkan bahan baku yang sama maka perusahaan sebaiknya menambah langganan pemasok bahan baku agar lebih mudah dalam memperoleh bahan baku.
4. Daerah pasokan bahan baku bertambah
Dengan bertambahnya daerah pasokan bahan baku maka akan lebih mudah untuk mendapatkan bahan baku.
5. Ketersediaan bahan baku tetap
Tersedianya bahan baku secara tetap mengakibatkan proses produksi berlangsung dengan lancar.
6. Meningkatnya jumlah pedagang pengumpul di setiap daerah pasokan.
Semakin banyak jumlah pedagang pengumpul mengakibatkan terpenuhinya kebutuhan akan bahan baku.
7. Relasi memadai
Dengan relasi memadai yang dimiliki oleh perusahaan maka akan memudahkan untuk memperoleh bahan baku.
8. Pendidikan Tenaga Kerja Bagian Produksi Tinggi
Jika pendidikan tenaga kerja bagian produksi tinggi, maka kinerja dan kualitas tenaga kerja akan meningkat dan akan berakibat pada peningkatan jumlah produksi.
9. Kualitas tenaga kerja bagian produksi tinggi.
Dengan meningkatkan kualitas tenaga kerja bagian produksi maka akan berpengaruh juga terhadap jumlah produksi dimana akan juga mengalami peningkatan.

10. Kinerja tenaga kerja bagian produksi
Jika kinerja tenaga kerja bagian produksi tinggi atau meningkat maka target perusahaan akan produksinya dapat tercapai.
11. Kapasitas penjualan meningkat
Jika kapasitas penjualan meningkat maka akan berpengaruh terhadap jumlah penjualan dimana jumlah penjualan juga akan meningkat.
12. Jumlah penjualan produk meningkat
Jika jumlah produksi tinggi akan mengakibatkan jumlah penjualan akan meningkat.
2.2.2 Sasaran Utama
Sasaran utama yang ingin dicapai pada CV. Bintang Dunia adalah “Jumlah produksi tinggi”. Hal ini akan tercapai jika dua sasaran yaitu daerah pasokan bahan baku bertambah dan pesaing yang membutuhkan bahan baku berkurang.
2.2.3 Struktur Pohon Sasaran
Struktur pohon sasaran adalah suatu upaya untuk menyusun sasaran-sasaran yang didapatkan dari proses transformasi positif dari masalah-masalah yang ditemukan. Sasaran-sasaran tersebut kemudian disusun dalam suatu diagram pohon sasaran yang bertujuan untuk mencari tujuan hubungan tindakan hasil antara sasaran yang satu dengan sasaran yang lainnya. Untuk lebih jelasnya struktur sasaran dapat dilihat pada Gambar berikut.

Hasil

Sasaran

Keterangan :
Hasil
Sasaran antara
Sasaran utama

Gambar 11. Struktur sasaran pengembangan usaha pada CV. Bintang Dunia, Kelurahan Lette, Kecamatan Mariso, Kota Makassar, 2009.

BAGIAN III DESAIN TINDAKAN TRANSFORMASI AGROSISTEM
3.1 Analisis Alternatif Tindakan Pengembangan Agrosistem
3.1.1 Alternatif Tindakan
Alternatif tindakan merupakan hasil yang diperoleh dari evaluasi setiap alternatif yang tersedia terhadap kriteria-kriteria yang ditetapkan. Pada saat evaluasi, setiap alternatif yang tidak dapat memenuhi kriteria-kriteria yang ditetapkan segera digeser dari analisis alternatif. Pemilihan alternatif tersebut adalah dengan mengutamakan resiko paling kecil yang akan diterima perusahaan dan tidak menimbulkan kesulitan baru.
Analisis tindakan merupakan hasil yang diperoleh dari evaluasi setiap alternatif yang tersedia terhadap kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Pada saat evaluasi, setiap alternatif yang tidak dapat memenuhi kriteria yang ditetapkan segera gugur dari analisa alternatif. Berguna untuk melihat beberapa kemungkinan pilihan (alternative) hubungan tindakan (rangkaian sasaran) dianalisis sasaran yang mengarah pada suatu keadaan tertentu (Anonim 10, 2009).
Alternatif-alternatif tindakan ini diharapkan akan sampai pada sasaran utama yaitu ” Jumlah produksi tinggi (30.000 unit)” sehingga pada akhirnya jumlah penjualan tinggi. Semua penyelesaian masalah yang akan dilakukan diharapkan dapat berlangsung dengan baik. Setelah melalui evaluasi, maka alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk mencapai sasaran adalah:
• Untuk sasaran antara “Daerah Pasokan Bahan Baku Bertambah”, maka alternatif tindakan yang dapat dilakukan adalah “Menambah daerah pasokan bahan baku”.
• Untuk sasaran antara “Relasi terbatas”, maka alternatif tindakan yang dapat dilakukan, adalah “Memperluas relasi”
• Untuk sasaran antara “Pendidikan tenaga kerja bagian produksi rendah”, maka alternatif tindakan yang dilakukan adalah “Memberikan pelatihan”.
3.1.2 Analisis Keputusan
Analisis keputusan merupakan prosedur sistematis yang berdasarkan pada pola pikir yang digunakan dalam menentukan pilihan dan berguna untuk memutuskan alternatif. Selain itu, analisis keputusan juga diharapkan akan dapat menjawab tindakan apa yang diperlukan dalam upaya pemecahan persoalan yang dihadapi.
Tujuan dari analisis keputusan adalah mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan, mengembangkan kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah pilihan, mengevaluasi alternatf terpilih terhadap kriteria tersebut dan mempertimbangkan resiko-resiko yang mungkin timbul dari alternatif terpilih. Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam analisis keputusan adalah sebagai berikut :
1. Pernyataan keputusan
Tahap ini menunjukkan pusat perhatian pada persoalan yang sudah ada. Pernyataan keputusan tidak hanya menunjukkan tujuan dari suatu keputusan, tetap juga merupakan tindakan yang diambil dari keputusan tersebut.
2. Kriteria keputusan
Kriteria keputusan merupakan kemampuan memberikan gambaran mengenai suatu keadaan yang lebih jelas dan terperinci tentang hasil keputusan yang diambil. Tujuan penetapan kriteria adalah untuk menyaring sejumlah alternatif lain yang pada akhirnya akan muncul alternatif terbaik.

3. Alternatif Keputusan
Alternatif keputusan merupakan kemampuan memberikan gambaran mengenai suatu keadaan yang lebih jelas dan terpernci tentang hasil keputusan yang diambil. Tujuan penetapan kriteria adalah untuk menyaring sejumlah alternatif lain yang pada akhirnya akan muncul alternatif terbaik.
4. Evaluasi alternatif terhadap kriteria keputusan
Tahap ini merupakan prosedur yang digunakan untuk mengambil alternatif yang paling baik yang dapat memenuhi sasaran alternatif–alternatif yang diperoleh pada alternatif keputusan kemudian dievaluasi.Dalam evaluasi ini digunakan sistem pembobotan, dimana kriteria keputusan dan alternatif keputusan yang diberi bobot kemudian diperhatikan hasil perkalian yang memiliki bobot yang tertinggi adalah merupakan alternatif yang diprioritaskan.
A. Analisis keputusan untuk tindakan “ Menambah daerah pasokan bahan baku “
1. Pernyataan keputusan
“ Menentukan jumlah daerah yang akan dijadikan sebagai pasokan bahan baku”
2. Kriteria keputusan
K1 = Lokasinya mudah dijangkau = 0,25
K2 = Daerah yang banyak menghasilkan markisa = 0,40
K3 = Kualitas buah markisa yang baik = 0,35
= 1,00
Berdasarkan kriteria diatas, K3 memiliki bobot yang lebih besar daripada K1. Sedangkan K2 memiliki bobot lebih besar daripada K1 dan K3. K2 memiliki bobot sebesar 0,4. Hal ini dikarenakan bahwa dalam menentukan daerah yang akan dijadikan sebagai pasokan bahan baku.

3. Alternatif keputusan
A1 = 1 daerah pasokan
A2 = 2 daerah pasokan
A3 = 3 daerah pasokan
4. Evaluasi Alternatif Terhadap kriteria
Alternatif Kriteria keputusan Jumlah
K1(0,25) K2(0,40) K3(0,35)
A1

A2

A3 0,40
(0,10)
0,35
(0,09)
0,25
(0,06) 0,26
(0,10)
0,35
(0,14)
0,39
(0,16) 0,28
(0,10)
0,32
(0,11)
0,40
(0,14)
0,30

0,34

0,36
TOTAL 1,00
Penentuan bobot dalam alternatif keputusan adalah bahwa untuk kriteria 1, A2 memiliki bobot lebih lebih besar daripada A3 Sedangkan A1 memiliki bobot lebih besar daripada A2 dan A3. Untuk kriteria 2, A2 memiliki bobot lebih lebih besar daripada A1. Sedangkan A3 memiliki bobot lebih besar daripada A1 dan A2. Untuk kriteria 3, A2 memiliki bobot lebih lebih besar daripada A1. Sedangkan A3 memiliki bobot lebih besar daripada A1 dan A2.
5. Alternatif terpilih
Berdasarkan tabel matriks penilaian keputusan di atas apabila A1 diperhadapkan dengan K1, K2 dan K3 maka diperoleh nilai sebesar 0,30 jika A2 diperhadapkan dengan K1, K2 dan K3 diperoleh nilai sebesar 0,34, serta apabila A3 diperhadapkan dengan K1, K2 dan K3 nilai yang diperoleh sebesar 0,36.
Berdasarkan evaluasi alternative tindakan di atas dan pertimbangan sumber daya yang dimiliki maka tindakan yang terpilih adalah alternative ketiga yaitu menambah daerah pasokan sebanyak 3 daerah. Dengan menambah daerah pasokan sebanyak 3 daerah, maka jumlah daerah pasokan yang ada menjadi 6 daerah.
B. Analisis Keputusan “Memperluas Relasi “
1. Pernyataan keputusan
“ Menentukan siapa yang menjadi relasi “
2. Kriteria keputusan
K1 = Mudah diajak bekerjasama = 0,35
K2 = Memiliki hubungan baik dengan perusahaan = 0,23
K3 = Dapat dipercaya = 0,42
= 1,00
Berdasarkan kriteria diatas, K1 memiliki bobot yang lebih besar daripada K2. Sedangkan K3 memiliki bobot lebih besar daripada K1 dan K2. K3 memiliki bobot sebesar 0,42. Hal ini dikarenakan bahwa dalam menentukan siapa yang menjadi relasi dalam perolehan bahan baku adalah kriteria dalam menentukan keputusan adalah dapat dipercaya.
3. Alternatif keputusan
A1 = petani
A2 = pedagang pengumpul
A3 = pedagang besar
4. Evaluasi Alternatif terhadap kriteria
Alternatif Kriteria keputusan Jumlah
K1(0,35) K2(0,23) K3(0,42)
A1

A2

A3 0,40
(0,14)
0,35
(0,14)
0,25
(0,09) 0,28
(0,06)
0,38
(0,11)
0,34
(0,13) 0,29
(0,12)
0,30
(0,09)
0,41
(0,12) 0,33

0,33

0,34
TOTAL 1,00
Penentuan bobot dalam alternatif keputusan adalah bahwa untuk kriteria 1, A2 memiliki bobot lebih lebih besar daripada A1 Sedangkan A1 memiliki bobot lebih besar daripada A1 dan A2. Untuk kriteria 2, A3 memiliki bobot lebih lebih besar daripada A1. Sedangkan A3 memiliki bobot lebih besar daripada A1 dan A3. Untuk kriteria 3, A2 memiliki bobot lebih lebih besar daripada A1. Sedangkan A3 memiliki bobot lebih besar daripada A1 dan A2.
5. Alternatif terpilih
Berdasarkan tabel matriks penilaian keputusan di atas apabila A1 diperhadapkan dengan K1, K2 dan K3 maka diperoleh nilai sebesar 0,33 jika A2 diperhadapkan dengan K1, K2 dan K3 diperoleh nilai sebesar 0,33, serta apabila A3 diperhadapkan dengan K1, K2 dan K3 nilai yang diperoleh sebesar 0,34.
Berdasarkan evaluasi alternative tindakan di atas dan pertimbangan sumber daya yang dimiliki maka tindakan yang terpilih adalah alternatif ketiga yaitu memilih pedagang besar sebagai relasi dalam memperoleh bahan baku.
B. Analisis Keputusan “Memberikan Pelatihan “
1. Pernyataan keputusan
“ Menentukan jenis pelatihan yang akan diberikan kepada karyawan “.
2. Kriteria keputusan
K1 = Mudah diterima = 0,31
K2 = Biaya murah = 0,33
K3 = Berkualitas tinggi = 0,36
= 1,00
Berdasarkan kriteria diatas, K2 memiliki bobot yang lebih besar daripada K1. Sedangkan K3 memiliki bobot lebih besar daripada K1 dan K2. K3 memiliki bobot sebesar 0,36. Hal ini dikarenakan bahwa dalam menentukan jenis pelatihan yang akan diberikan kepada karyawan hal yang paling penting yang diperlukan adalah kegiatan yang dilakukan berkualitas tinggi.
3. Alternatif keputusan
A1 = Magang / Apprenticeship Training
A2 = Learning By Doing / On The Job Training / Bekerja Sambil Belajar
A3 = Vestibule Training

4. Evaluasi Alternatif terhadap kriteria
Alternatif Kriteria keputusan Jumlah
K1(0,31) K2(0,33) K3(0,36)
A1

A2

A3 0,45
(0,14)
0,32
(0,10)
0,23
(0,07) 0,32
(0,11)
0,40
(0,13)
0,28
(0,09) 0,25
(0,09)
0,35
(0,13)
0,40
(0,14) 0,34

0,36

0,30
TOTAL 1,00
Penentuan bobot dalam alternatif keputusan adalah bahwa untuk kriteria 1, A2 memiliki bobot lebih lebih besar daripada A3 Sedangkan A1 memiliki bobot lebih besar daripada A2 dan A3. Untuk kriteria 2, A2 memiliki bobot lebih lebih besar daripada A1. Sedangkan A3 memiliki bobot lebih besar daripada A1 dan A2. Untuk kriteria 3, A2 memiliki bobot lebih lebih besar daripada A1. Sedangkan A3 memiliki bobot lebih besar daripada A1 dan A2.
5. Alternatif terpilih
Berdasarkan tabel matriks penilaian keputusan di atas apabila A1 diperhadapkan dengan K1 dan K2 maka diperoleh nilai sebesar 0,34 jika A2 diperhadapkan dengan K1, K2 dan K3 diperoleh nilai sebesar 0,36, serta apabila A3 diperhadapkan dengan K1, K2 dan K3 nilai yang diperoleh sebesar 0,30.
Berdasarkan evaluasi alternatif tindakan di atas dan pertimbangan sumber daya yang dimiliki maka tindakan yang terpilih adalah alternative ketiga yaitu memilih pelatihan jenis Vestibule Training. Vestibule Training adalah memberikan pelatihan semacam kursus yang dijalankan di luar lingkungan kerja.

3.1.3 Analisis Terpilih
Alternatif terpilih merupakan alternatif terbaik dari alternatif keputusan yang telah diseleksi pada evaluasi dari alternatif terhadap kriteria keputusan.
Berdasarkan analisis tindakan yang akan dilakukan, maka alternatif tindakan terpilih adalah sebagai berikut :
1. Menambah daerah pasokan bahan baku sebanyak 3 daerah sehingga daerah pasokan bahan baku berubah dari 3 daerah menjadi 6 daerah.
2. Relasi yang dipilih sebagai pemasok bahan baku adalah pedagang besar.
3. Jenis pelatihan yang akan diberikan untuk meningkatkan kinerja karyawan adalah Vestibule Training (kursus).

Hasil

Sasaran

Keterangan :
Hasil
2Sasaran antara
Sasaran utama
Gambar 12. Struktur tindakan pengembangan usaha pada CV. Bintang Dunia, Kelurahan Lette, Kecamatan Mariso, Kota Makassar, 2009.

3.2 Matriks Perencanaan Pengembangan Agrosistem
Matriks perencanaan pengembangan agrosistem kasus adalah suatu usaha untuk mengembangkan rancangan proyek yang dapat memberikan suatu ringkasan mengenai rancangan proyek tersebut dalam bentuk sebuah matriks. Matriks tersebut akan menggambarkan bagaimana tindakan yang dilakukan untuk memenuhi sasaran antara dan sasaran utama serta sarana dan biaya yang diperlukan untuk mewujudkan tindakan tersebut.
Matriks perencanaan pengembangan usaha menerangkan mengapa proyek dilaksanakan (maksud dan sasaran proyek), apa yang ingin dihasilkan oleh proyek (hasil-hasil kerja proyek), bagaimana proyek akan bekerja untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan (kegiatan-kegiatan proyek), faktor-faktor di luar pengaruh langsung pengelola proyek yang perlu diawasi demi keberhasilan proyek, bagaimana keberhasilan proyek dapat dinilai secara objektif (indikator-indikator objektif), dari mana data yang diperlukan untuk menilai keberhasilan secara objektif dapat diperoleh (sumber-sumber pembuktian), dan beberapa sarana dan biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan.
Matriks perencanaan menggambarkan bagaimana tindakan yang akan dilakukan untuk memenuhi sasaran antara dan sasaran utama dimana uraian ini dijelaskan masing-masing tentang ukuran tercapainya tujuan dan sistem informasi pengendaliannya, sedangkan pada bagian tindakan dijelaskan mengenai sarana yang dibutuhkan untuk memenuhi tindakan tersebut serta perkiraan besarnya biaya yang digunakan.
Matriks perencanaan proyek pengembangan usaha ini, struktur alternatif tindakan terpilih dijabarkan ke dalam matriks perencanaan. Pada matriks ini yang dilakukan adalah mengidentifikasi dari masing-masing tingkatan tujuan, menentukan ukuran tercapainya tujuan, menentukan sistem informasi pengendalian manajerial, menentukan sarana yang diperlukan dan menentukan besarnya biaya yang digunakan untuk
mendukung tindakan pelaksanaan proyek. Untuk lebih jelasnya mengenai matriks perencanaan proyek pengembangan usaha CV. Bintang Dunia dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Matriks Perencanaan Proyek Pengembangan CV. Bintang Dunia.
Uraian Tujuan Sesuai Tingkatan Ukuran Tercapainya Tujuan Sistem Informasi Pengendalian
Sasaran Utama
– Jumlah produksi tinggi.
– Meningkat jumlah produksi dari 82.217 unit menjadi 90.239 unit.
– Laporan bulanan bagian produksi.

Sasaran Antara
a. Jumlah penjualan tinggi

b. Kapasitas penjualan tinggi.
– Jumlah Penjualan meningkat dari 67.712 unit menjadi 73.725 unit.
– Kapasitas penjualan meningkat dari 82% menjadi 90%.

– Laporan bulanan dari manajer pemasaran dan manajer produksi.

– Laporan bulanan dari manajer pemasaran dan manajer produksi.
Khusus : Tindakan Sarana yang diperlukan Biaya
– Menambah daerah pasokan bahan baku.
– Memperluas relasi.

– Memberikan pelatihan. – Kebun yang luas

– Komunikasi yang baik.

– Pemateri yang berkualitas.
– Tempat pelatihan yang cocok.
– Rp 100.000.000

– Rp 3.000.000

– Rp 2.000.000

– Rp 10.000.000

3.3 Rencana Kerja Tindakan
Rencana kerja adalah rincian lebih lanjut dari informasi yang didapatkan dalam matriks rencana proyek. Rencana ini merupakan aplikasi dari tindakan yang telah dirumuskan mengenai pelaksanaan setiap tindakan yang dituangkan dalam format yang memuat siapa penanggung jawab kegiatan, apa yang diharapkan dari kegiatan tersebut serta kapan mulai dan berakhirnya kegiatan yang dilaksanakan.
Rencana kerja proyek adalah suatu usaha untuk menyusun kegiatan proyek yang dapat memberikan suatu ringkasan mengenai pelaksanaan rencana kegiatan agar perusahaan dapat berkembang dengan pesat, yang didalamnya meliputi penanggungjawab dari masing-masing tindakan yang akan dilakukan, kegiatan serta penjadwalan kegiatan.
Untuk lebih jelasnya tentang rencana kerja tindakan CV.Bintang Dunia dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Matriks Rencana Kerja Proyek Pengembangan Usaha CV.Bintang Dunia.
Tindakan Penanggung Jawab Hasil Kegiatan Jadwal Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Menambah daerah pasokan bahan baku. Manajer Produksi Daerah pasokan bahan baku bertambah.
Memperluas relasi. Manajer produksi Relasi meluas.
Memberikan pelatihan Pimpinan dan wakil pimpinan Kualitas karyawan meningkat.

3.4 Analisis Persoalan Potensial
Analisis persoalan potensial adalah suatu prosedur yang memungkinkan kita untuk memasuki masa depan, melihat apa yang terkandung di dalamnya untuk kemudian kembali ke masa kini untuk mengambil tindakan selagi masih memungkinkan (Kipner dan Tregoe, 1992).
Analisis persoalan potensial memberikan solusi terhadap persoalan yang timbul. Dalam analisis persoalan potensial ada beberapalangkah yang harus ditempuh yaitu merumuskan pernyataan rencana kegiatan, menyusun skenario pelaksanaan kegiatan, mengidentifikasi persoalan potensial khusus dan menetapkan tindakan-tindakan pencegahan serta tindakan penanggulangan.
a. Perencanaan kegiatan adalah pernyataan yang berhubungan dengan tindakan yang akan direalisasikan. Pernyataan rencana kegiatan diperlukan untuk memberikan arah dan tujuan dari alternatif terpilih sebagai jawaban terhadap persoalan timbul.
b. Skenario Pelaksanaan Kegiatan merupakan tindak lanjut dari pernyataan rncana kegiatan yang telah ditetapkan dan merupakan susunan dari rencana kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran dalam pernyataan rencana kegiatan.
c. Identifikasi tahap-tahap rawan adalah mengidentifikasi langkah-langkah kegiatan yang dalam pelaksanaannya kemungkinan mengalami hambatan sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan dan penganggulangan. Hambatan ini dapat berupa situasi dan perlakuan dari pihak tertentu yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan.
d. Identifikasi persoalan potensial khusus dimaksudkan untuk mengetahui dengan mudah persoalan yang mungkin timbul pada tahap-tahap rawan dari skenario kegiatan.
e. Identifikasi sebab-sebab persoalan potensial khusus dimaksudkan untuk mengetahui kemungkinan yang menyebabkan timbulnya persoalan potensial khusus. Dengan demikian diharapkan bahwa kita dapat melakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan terhadap persoalan-persoalan khusus yang dapat menimbulkan akibat terhadap pengelolaan pada tahap-tahap rawan.
f. Tindakan pencegahan jauh lebih baik dan lebih efektif daripada tindakan penanggulangan. Tindakan ini dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan penyebab persoalan potensial khusus yang ada pada skenario pelaksanaan kegiatan.
g. Tindakan penanggulangan yaitu tahap ini dilakukan terhadap persoalan yang tidak dapat dicegah dengan tujuan untuk mengurangi akibat dari persoalan itu. Tindakan ini merupakan langkah akhir bila tindakan pencegahan tidak dapat dilakukan lagi.
h. Struktur tindakan merupakan upaya untuk menyusun rencana kegiatan yang juga merupakan rangkuman dari pernyataan rencana kegiatan, skenario pelaksanaan kegiatan, tahap-tahap rawan, persoalan potensial khusus, sebab-sebab persoalan potensial khusus, tindakan pencegahan dan penanggulangan.
Berdasarkan tindakan yang dilakukan maka analisis persoalan potensial masing-masing tindakan adalah sebagai berikut :
Rencana Kegiatan I : Penambahan Daerah Pasokan Bahan Baku
A. Skenario Pelaksanaan Kegiatan
1. Mencari daerah yang memiliki potensi penghasil bahan baku (markisa)
2. Menentukan daerah penghasil bahan baku yang mudah dijangkau.
B. Identifikasi Tahap-Tahap Rawan
1. Kuantitas bahan baku
2. Jarak

C. Identifikasi Persoalan Potensial Khusus (PPK)
1. Daerah penghasil buah markisa tidak dalam kuantitas yang banyak
2. Tidak mudahnya menjangkau daerah yang dipilih.
D. Identifikasi sebab-sebab PPK
1. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh petani setempat sehingga produksinya tidak terlalu besar
2. Banyak daerah penghasil yang sulit dilalui oleh alat transportasi
E. Tindakan Pencegahan
1. Memberikan pengetahuan kepada petani tentang budidaya markisa yang baik dan produktif.
2. Meninjau kembali daerah yang dipilih.
F. Tindakan Penanggulangan
1. Memberikan penyuluhan kepada petani setempat
2. Menetapkan daerah lain untuk pasokan bahan baku yang mudah dijangkau.
Rencana Kegiatan II : Menjalin kerjasama dengan relasi yaitu pada Pedagang Besar
A. Skenario Pelaksanaan Kegiatan
1. Melakukan negosiasi dengan pedagang besar
2. Menentukan harga dan jumlah bahan baku yang dibutuhkan
B. Identifikasi Tahap-Tahap Rawan
1. Pedagang besar
2. Harga dan jumlah bahan baku
C. Identifikasi Persoalan Potensial Khusus (PPK)
1. Pedagang besar tidak mau bekerjasama
2. Tidak tercapai kesepakatan harga dan jumlah bahan baku rendah

D.Identifikasi sebab-sebab PPK
1. Petani sudah bekerjasama dengan perusahaan lain
2. Harga yang ditawarkan terlalu tinggi dan jumlah bahan baku tidak memenuhi permintaan perusahaan.
E. Tindakan Pencegahan
1. Melakukan negosiasi ulang dengan petani bersangkutan
2. Meninjau kembali harga yang ditawarkan dengan mempertimbangkan biaya-biaya yang dikeluarkan dan memprediksi jumlah permintaan.
F. Tindakan Penanggulangan
1. Melakukan negosiasi ulang dengan petani lain
2. Menetapkan harga yang seimbang dan menetapkan jumlah permintaan perusahaan.
Rencana Kegiatan III : Pemberian Pelatihan dengan cara Vestibule Training
A. Skenario Pelaksanaan Kegiatan
Memberikan pelatihan kepada tenaga kerja bagian produksi.
B. Identifikasi Tahap-Tahap Rawan
Adanya tenaga kerja yang bekerja tidak optimal
C. Identifikasi Persoalan Potensial Khusus (PPK)
Sulit mencari pekerja yang benar-benar memiliki kualitas dan kinerja yang baik.
D. Identifikasi sebab-sebab PPK
Kurangnya pekerja yang berpengalaman, kualitas dan konerja yang baik
E. Tindakan Pencegahan
Mengadakan pelatihan kerja
F. Tindakan Penanggulangan
Mendatangkan ahli yang siap membantu para pekerja apabila pekerja mengalami kesulitan dalam proses produksi.

Tabel . 15 Matriks Analisis Persoalan Potensial Pengembangan Agrosistem pada CV.Bintang Dunia , 2009
Pernyataan Rencana Kegiatan Skenario Kegiatan Identifikasi Tahap-Tahap Rawan Identifikasi Persoalan Potensial Khusus (PPK) Identifikasi sebab-sebab PPK Tindakan Pencegahan Tindakan Penanggulangan
Penambahan daerah pasokan bahan baku • Mencari daerah yang memiliki potensi penghasil bahan baku (markisa).
• Menentukan daerah penghasil bahan baku yang mudah dijangkau
1. Kuantitas bahan baku

2. Jarak • Daerah penghasil buah markisa tidak dalam kuantitas yang banyak
• Tidak mudahnya menjangkau daerah yang dipilih. • Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh petani setempat sehingga produksinya tidak terlalu besar
• Banyak daerah penghasil yang sulit dilalui oleh alat transportasi
• Memberikan pengetahuan kepada petani tentang budidaya markisa yang baik dan produktif.
• Meninjau kembali daerah yang dipilih.

• Memberikan penyuluhan kepada petani setempat
• Menetapkan daerah lain untuk pasokan bahan baku yang mudah dijangkau.

Menjalin kerjasama dengan relasi yaitu pada Pedagang Besar • Melakukan negosiasi dengan pedagang besar
• Menentukan harga dan jumlah bahan baku yang dibutuhkan
• Pedagang besar
• Harga dan jumlah bahan baku
• Pedagang besar tidak mau bekerjasama.
• Tidak tercapai kesepakatan harga dan jumlah bahan baku rendah • Petani sudah bekerjasama dengan perusahaan lain
• Harga yang ditawarkan terlalu tinggi dan jumlah bahan baku tidak memenuhi permintaan perusahaan. • Melakukan negosiasi ulang dengan petani bersangkutan
• Meninjau kembali harga yang ditawarkan dengan mempertimbangkan biaya-biaya yang dikeluarkan dan memprediksi jumlah permintaan. • Melakukan negosiasi ulang dengan petani lain
• Menetapkan harga yang seimbang dan menetapkan jumlah permintaan perusahaan.

Pemberian Pelatihan dengan cara Vestibule Training Memberikan pelatihan kepada tenaga kerja bagian produksi.
Adanya tenaga kerja yang bekerja tidak optimal. Sulit mencari pekerja yang benar-benar memiliki kualitas dan kinerja yang baik.
Kurangnya pekerja yang berpengalaman, kualitas dan konerja yang baik
Mengadakan pelatihan kerja. Mendatangkan ahli yang siap membantu para pekerja apabila pekerja mengalami kesulitan dalam proses produksi.
Sumber Data : Analisis Data Penulis, 2009.

Makalah Teknologi Pasca Panen

Posted: Februari 11, 2012 in Uncategorized

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dilimpahkan kehadirat Allah SWT, atas segala karunia yang telah dilimpahkan. Makalah hasil Praktek Teknologi Pasca Panen ini memuat hasil pekerjaan selama satu hari di lapangan guna mengumpulkan data dan informasi yang selanjutnya dilakukan analisis yang akan dituangkan dalam bentuk Tugas Makalah.
Makalah ini merupakan bentuk pertanggungjawaban atas praktek yang telah dilaksanakan. Data yang ditampilkan dalam makalah ini berupa data dari hasil pengamatan di lapangan.
makalah ini saya susun dengan sesungguhnya berdasarkan hasil praktek, dan tetap mengacu pada hasil pengamatan yang telah ditetapkan oleh Dosen. Koreksi dan saran saya harapkan sebagai masukan dan perbaikan untuk penyusunan makalah yang akan datang. Sebagai seorang mahasiswa yang mempunyai pemahaman tentang mata kulia Teknologi Pasca Panen masih sangat kurang, Sehingga kami juga menyadari karena kekurangan waktu dan kesempatan sehingga keingintahuan sangat terbatas. Dan sebagai saran saya dalam mata kuliah ini, antara teori dan praktek dapat disinkronkan.

Benteng, 30 Januari 2012
PENULIS,

ADE PUTRA
DAFTAR ISI

• KATA PENGANTAR…………………………………..
• DAFTAR ISI
• BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. RUMUSAN MASALAH

• BAB II PEMBAHASAN
A. FISIOLOGI PASCA PANEN
B. PASCA PANEN
C. TEKNOLOGI PENYIMPANAN BUAH JERUK
D. TEKNOLOGI PENGOLAHAN JERUK
• BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
• DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali.
Buah jeruk sebagai makanan buah segar atau makanan olahan, dimana kandungan vitamin C yang tinggidan beberapa jenis jeruk seperti jeruk nipis dimanfaatkan sebagai obat tradisional penurun panas, pereda nyeri saluran napas bagian atas dan penyembuh radang mata. Berdasarkan latar belakang tersebut Penulis membuat makalah yang berjudul “Teknologi Pengolahan Jeruk”. Makalah ini dibuat untuk memberikan pengetahuan tentang aneka olahan buah jeruk serta pemanfaatannya.
B. Tujuan
Untuk lebih mengetahui Fisiologi pasca panen buah jeruk meliputi pemanenan dan penaganan pasca panen, cara penyimpanan buah jeruk, mengetahui berbagai hasil olahan dari buah jeruk serta pemanfaatan limbah nya.
C. Rumusan Masalah
a. Bagaimana fisiologi pasca panen buah jeruk
b. Teknologi penyimpanan buah jeruk setelah pasca panen
c. Aneka olahan dari buah jeruk
d. Pemanfaatan limbah buah jeruk.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fisiologi Pasca Panen
a. Panen
Buah jeruk dipanen pada saat masak optimal, biasanya berumur antara 28–36 minggu, tergantung jenis/varietasnya. Cara panen Buah pisang yaitu dipetik dengan menggunakan gunting pangkas.

b. Hama dan Penyakit yang menyerang tanaman Jeruk
Hama
• Kutu loncat (Diaphorina citri.)
Bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda. Gejala :Tunas keriting, tanaman mati. Pengendalian :Menggunakan insektisida bahan aktif dimethoate (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC), Monocrotophos (Azodrin 60 WSC) dan endosulfan (Thiodan 3G, 35 EC dan Dekasulfan 350 EC). Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat bertunas, Selain itu buang bagian yang terserang.

• Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.)
Bagian yang diserang adalah tunas muda dan bunga. Gejala :Daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa. Pengendalian :Menggunakan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC), Dimethoate (Perfecthion, Rogor 40 EC, Cygon), Diazinon (Basudin 60 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Malathion (Gisonthion 50 EC).

• Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.)
Bagian yang diserang adalah daun muda. Gejala :Alur melingkar transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok. Pengendalian :Semprotkan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC, Basudin 60 EC), Malathion (Gisonthion 50 EC, 50 WP)< Diazinon (Basazinon 45/30 EC). Kemudian daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah.

Penyakit
• CVPD
Penyebab :Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri. Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang. Gejala :Daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye. Pengendalian :Gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain itu penempatan lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan insektisida untuk vektor dan perhatikan sanitasi kebun yang baik.
• Tristeza
Penyebab :Virus Citrus tristeza dengan vektor Toxoptera. Bagian yang diserang jeruk manis, nipis, besar dan batang bawah jeruk Japanese citroen. Gejala :Lekuk batang , daun kaku pemucatan, vena daun, pertumbuhan terhambat. Pengendalian :Perhatikan sanitasi kebun, memusnahkan tanaman yang terserang, kemudian kendalikan vektor dengan insektisida Supracide atau Cascade.
• Woody gall (Vein Enation)
Penyebab :Virus Citrus Vein Enation dengan vektor Toxoptera citridus, Aphis gossypii. Bagian yang diserang: Jeruk nipis, manis, siem, Rough lemon dan Sour Orange. Gejala :Tonjolan tidak teratur yang tersebar pada tulang daun di permukaan daun. Pengendalian :Gunakan mata tempel bebas virus dan perhatikan sanitasi lingkungan.

• Blendok
Penyebab :Jamur Diplodia natalensis. Bagian yang diserang adalah batang atau cabang. Gejala :Kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas. Pengendalian :Pemotongan cabang terinfeksi, bekas potongan diberi karbolineum atau fungisida Cu. dan fungisida Benomyl 2 kali dalam setahun. Sumber: Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi MIG Corp.

• Embun tepung
Penyebab :Jamur Odidium tingitanium. Bagian yang diserang adalah daun dan tangkai muda. Gejala :Tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda. Pengendalian :Gunakan fungisida Pyrazophos (Afugan) dan Bupirimate (Nimrot 25 EC).

• Kudis
Penyebab :Jamur Sphaceloma fawcetti. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai atau buah. Gejala :Bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye. Pengendalian :Pemangkasan teratur. Kemudian gunakan Fungisida Dithiocarbamate /Benomyl (Benlate).

• Busuk buah
Penyebab :Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian yang diserang adalah buah. Gejala : Terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit. Pengendalian :Hindari kerusakan mekanis, celupkan buah ke dalam air panas/fungisida benpmyl, pelilinan buah dan pemangkasan bagian bawah pohon.

• Busuk akar dan pangkal batang
Penyebab :Jamur Phyrophthoranicotianae. Bagian yang diserang adalah akar dan pangkal batang serta daun di bagian ujung dahan berwarna kuning. Gejala :Tunas tidak segar, tanaman kering. Pengendalian :Pengolahan dan pengairan yang baik, sterilisasi tanah pada waktu penanaman, buat tinggi tempelan minimum 20 cm dari permukaan tanah.

• Buah gugur prematur
Penyebab : Jamur Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria sp. Gejala :Dua-empat minggu sebelum panen buah gugur. Pengendalian : Fungisida Benomyl (Benlate) atau Caprafol.

• Jamur upas
Penyebab :Upasia salmonicolor. Bagian yang diserang adalah batang. Gejala :Retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulit dikelupas. Pengendalian :Kulit yang terinfeksi dikelupas dan disaput fungisida carbolineum. Kemudian potong cabang yang terinfeksi.

• Kanker
Penyebab :Bakteri Xanthomonas campestris Cv. Citri. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai, buah. Gejala :Bercak kecil berwarna hijau-gelap atau kuning di sepanjang tepi, luka membesar dan tampak seperti gabus pecah dengan diameter 3-5 mm. Pengendalian :Fungisida Cu seperti Bubur Bordeaux, Copper oxychlorida. Selain itu untuk mencegah serangan ulat peliang daun adalah dengan mencelupkan mata tempel ke dalam 1.000 ppm Streptomycin selama 1 jam.

B. Pasca Panen

a. Pengumpulan
Di kebun, buah dikumpulkan di tempat yang teduh dan bersih. Pisahkan buah yang mutunya rendah, memar dan buang buah yang rusak. Sortasi dilakukan berdasarkan diameter dan berat buah yang biasanya terdiri atas 4 kelas. Kelas A adalah buah dengan diameter dan berat terbesar sedangkan kelas D memiliki diameter dan berat terkecil.

b. Penyortiran dan Penggolongan
Setelah buah dipetik dan dikumpulkan, selanjutnya buah disortasi/dipisahkan dari buah yang busuk. Kemudian buah jeruk digolongkan sesuai dengan ukuran dan jenisnya.

c. Penyimpanan
Untuk menyimpan buah jeruk, gunakan tempat yang sehat dan bersih dengan temperatur ruangan 8-10 o C.

d. Pengemasan
Sebelum pengiriman, buah dikemas di dalam keranjang bambu/kayu tebal yang tidak terlalu berat untuk kebutuhan lokal dan kardus untuk ekspor. Pengepakan jangan terlalu padat agar buah tidak rusak. Buah disusun sedemikian rupa sehingga di antara buah jeruk ada ruang udara bebas tetapi buah tidak dapat bergerak. Wadah untuk mengemas jeruk berkapasitas 50-60 kg.

C. Teknologi Penyimpanan Buah Jeruk
a. Untuk menyimpan buah jeruk, gunakan tempat yang sehat dan bersih dengan temperatur ruangan 8-10 o C.
b. Simpan pada lemari pendingin dan jika ingin menyimpannya untuk lebih lama lagi, sebelumnya masukan jeruk ke dalam kantong plastik.

D. Teknologi Pengolahan jeruk
a. Sirup Jeruk
Bahan
• Jeruk 1 kg
• Jeruk lemon 350 gram
• Gula pasir 1 kg
• Air 500 ml
• Citrun zuur 1/2 sdt
• Pewarna makanan orange secukupnya
Cara membuat
• Kupas jeruk hingga bersih.
• Peras jeruk lemon kemudian ambil airnya.
• Blender jeruk mandarin, jeruk lemon dan air hingga rata. Saring.
• Rebus campuran jeruk, citrun zuur, gula pasir dan pewarna orange hingga mendidih.
• Sirup siap pakai.
b. Pengusir nyamuk
Selain dimanfaatkan sebagi aroma terapi, Kulit jeruk juga dimanfaatkan sebagai pengusir nyamuk. Hal tersebut dikarenakan wangi buah jeruk yang menyegarkan sehingga nyamuk mabuk ataupun kabur ketika menciumnya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Buah jeruk dipanen pada saat masak optimal, biasanya berumur antara 28–36 minggu, tergantung jenis/varietasnya. Cara panen Buah pisang yaitu dipetik dengan menggunakan gunting pangkas. Penanganan Pasca panen yang perlu dilakukan yaitu: Pengumpulan, Penyortiran, Penggolongan ,Penyimpanan dan Pengemasan Menyimpan buah jeruk, gunakan tempat yang sehat dan bersih dengan temperatur ruangan 8-10 o C atau Simpan pada lemari pendingin dan jika ingin menyimpannya untuk lebih lama lagi, sebelumnya masukan jeruk ke dalam kantong plastik. Buah Jeruk dapat diolah menjadi : Sirup, kue jeruk berselai dan lain-lain. Limbah buah jeruk yang berupa kulitnya dimanfaatkan sebagai manisan, serta pengusir nyamuk.

B. Saran
Pada saat proses pengolahan alat yang digunakan harus steril.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.com

Management Pemasaran

Posted: Februari 11, 2012 in Uncategorized

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN PEMASARAN

Disusun Oleh :
ADE PUTRA
Semester V
Kelas Selayar
Jurusan Agribisnis

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN AGRIBISNIS
TAHUN 2011/2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan yang sukses dalam pemasaran selalu dimulai dengan rencana pemasaran. Perusahaan besar memiliki rencana pemasaran hingga ratusan halaman, sedangkan perusahaan kecil dapat bertahan dengan hanya setengah lusin lembaran. Rencana pemasaran harus mencangkup setidaknya satu tahun. Untuk perusahaan kecil, ini adalah cara terbaik untuk memikirkan aspek pemasaran secara lengkap, karena banyak hal yang berubah dan harus diantisipasi dengan rencana pemasaran. Mengembangkan rencana pemasaran adalah aspek pemasaran yang paling berat. Hal ini sangat penting karena rencana pemasaran akan melibatkan semua aspek yang ada dalam perusahaan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah agar praktikan dapat mengaplikasikan materi yang telah diperoleh berupa marketing plan, yaitu membuat sebuat marketing plan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Rencana Pemasaran
Sebuah rencana pemasaran dapat mengambil berbagai bentuk. Di satu ujung spektrum sederhana satu halaman daftar pemasaran, berbagai pendekatan dapat dicoba. Pada yang lain adalah analisis sepenuhnya rinci dari pasar, akan digunakan strategi dan taktik untuk melaksanakan strategi tersebut. Apa jenis pemasaran yang dibutuhkan jawabannya tergantung pada untuk apa dan tujuan utama rencana tersebut.

Rencana pemasaran penting bagi keberhasilan pemasaran. Mereka membantu untuk memfokuskan pikiran dan tim pemasaran perusahaan pada proses pemasaran yaitu apa yang akan dicapai dan bagaimana kita berniat untuk melakukannya. Ada banyak pendekatan untuk rencana pemasaran. Guru pemasaran telah difokuskan pada tahap kunci dari rencana.

2.2 Tahap Rencana Pemasaran
Perencanaan pemasaran melibatkan penetapan strategi pemasaran yang membantu perusahaan mancapai tujuan strateginya secara keseluruhan. Rencana pemasaran yang detil dibutuhkan oleh setiap bisnis, produk, dan merek. Kerangka bagian utama rencana produk dan merek secara umum adalah sebagai berikut: ringkasan eksekutif, situasi pemasaran saat ini, analisis ancaman dan peluang, tujuan dan isu, strategi pemasaran, program tindakan, dan anggaran, serta pengendalian.

2.3 Strategi Marketing Mix
Setelah memutuskan strategi pemasaran untuk bersaing secara keseluruhan, perusahaan siap mulai merencanakan rincian bauran pemasaran. Definisi bauran pemasaran sebagai seperangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan dan dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan dalam pasar sasaran. Kemungkinan yang banyak itu dapat digolongkan menjadi 4 kelompok variabel yang dikenal sebagai 4 P:
a. Product
Produk berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pasar sasaran.
b. Promosi
Promosi berarti aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya.

c. Harga/Price
Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh produk tadi

d. Tempat/Place
Distribusi mencangkup aktivitas perusahaan untuk menyediakan produk bagi konsumen sasaran.

2.4 Analisis SWOT
Analisis ini merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal dan eksternal, yaitu
a. Kekuatan
Kekuatan merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek, atau konsep bisnis yang ada. Dianalisis yang merupakan faktor dan terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
b. Kelemahan
Kelemahan merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada.
c. Peluang
Peluang merupakan kondisi peluang yang berkembang di masa yang akan datang. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

d. Ancaman
Ancaman merupakan kondisi yang mengancam dari luar organisasi atau proyek, atau konsep bisnis itu sendiri. Bisa ancaman dari pesaing atau bahkan yang bukan pesaing tetapi dapat menciptakan market yang kuat.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, M. Prinsip dan Dasar Manajemen : pemasaran umum dan formasi. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.

Cravens, et all. Strategiec Marketin, Eight Edition. New York. McGraw-Hill International Edition.

Gwee, J. The Truth About Selling Marketing, IV (06).70.

Kotler, et all. Dasar-dasar Pemasaran Jilid 1. Jakarta. PT Indeks.

Kotler, P. Marketing Management (11 ed). New Jersey. Prentice-Hall Inc.

Hello world!

Posted: Februari 11, 2012 in Uncategorized

Welcome to WordPress.com. After you read this, you should delete and write your own post, with a new title above. Or hit Add New on the left (of the admin dashboard) to start a fresh post.

Here are some suggestions for your first post.

  1. You can find new ideas for what to blog about by reading the Daily Post.
  2. Add PressThis to your browser. It creates a new blog post for you about any interesting  page you read on the web.
  3. Make some changes to this page, and then hit preview on the right. You can always preview any post or edit it before you share it to the world.